Sebelas tahun yang lalu ....
"Ka, Mama kenapa sering mukul kita, ya?"
Di dalam lemari dua anak kecil itu meringkuk ketakutan. Di luar sana terdengar suara barang-barang yang pecah dan dilempar. Kata-kata umpatan turut serta membuat ramai, yang seharusnya tidak didengar oleh anak sekecil mereka.
"Aku gak tahu," jawab Askara kecil dengan gemetar. Beberapa bagian tubuhnya terasa sakit dan perih, karena mendapat kekerasan fisik dari orang yang ia panggil ibu. Anak berumur 6 tahun itu hampir akan menangis mengingat memori-memori menakutkan itu.
"Ka, aku takut."
Aska memandang anak perempuan di hadapannya. Seketika tangisnya yang hampir akan turun, tertahan. Melihat bagaimana saudari kembarnya gemetar sambil menangis, membuat Aska merasa sakit. Anak laki-laki itu memeluk sang kembaran dengan erat.
"Aku juga takut, Shaki. Aku takut."
Shakira menangis kencang di pelukan saudara kembarnya.
"Aku mau disayang Mama, bukan dipukul-pukul."
"Kenapa Mama jahat, Ka?"
"Shaki takut sama Mama."
Aska mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Shaki, yang juga selaras dengan apa yang ia rasakan. Pelukannya semakin erat, memberi kehangatan kepada sang kembaran. Sama-sama saling menguatkan di saat ketakutan.
Tiba-tiba saja pintu lemari terbuka. Aska dan Shaki terperanjat kaget. Wanita dengan penampilan kacau itu berjongkok, memandang dua anak kecil tersebut dengan tatapan seolah akan menerkam. Tangis Shaki semakin kencang.
"Keluar! Keluar!" bentak wanita itu sambil menarik lengan Shaki dengan kasar, hingga anak perempuan berambut panjang itu terseret keluar dari lemari.
Aska terkejut, ikut keluar dari tempat 'persembunyian' favorit mereka. Anak laki-laki itu berlari, dan mencoba untuk melepaskan cengkeraman ibu mereka dari lengan Shaki. Meski tenaganya tak cukup, Aska terus berusaha.
"Lepasin Shaki! Lepasin dia! Lepasin!"
"Anak kurang ajar!" Wanita itu melepaskan lengan Shaki, dan langsung melayangkan pukulan kepada Aska, hingga anak itu jatuh tersungkur ke lantai. "Berani kamu? Berani?!"
Aska menangis kesakitan ketika tubuhnya mendapat berbagai kekerasan. Semua rasa sakit itu tak bisa Aska hindari. Apa yang bisa ia lakukan sebagai anak-anak? Selain menangis dan meminta pertolongan entah pada siapa.
*
Dua orang anak kecil berlari mengelilingi sebuah pasar malam yang ramai bersama ibu mereka. Setelah menaiki berbagai macam wahana dan membeli banyak jajanan, dua anak berumur 6 tahun itu masih belum lelah bermain di pasar malam.
"Kalian seneng?" tanya Ibu kepada dua anak kecil yang sedang ia gandeng. Wanita itu tertawa pelan melihat si kembar mengangguk semangat secara kompak —seperti biasa. "Askara sama Shakira selalu kompak."
"Aska seneeeng bangett!" Aska bercerita dengan senyum gembira. Seolah hari ini adalah hari paling bahagia yang pernah ia dapatkan. "Ini kali pertama Ibu ajak Aska sama Shaki jalan-jalan."
Yang Aska katakan adalah sebuah fakta. Dia dan Shaki lebih sering berada di rumah dan bermain di halaman rumah. Jarang sekali keluar karena ibu mereka melarang keras. Alasan jelasnya, Aska tidak tahu. Yang sering ia dengar setiap kali ibunya memarahi mereka berdua adalah 'Saya malu punya kalian'. Terkadang Ibu bahkan tidak segan untuk memukuli dua anak polos itu, seperti kemarin.
Hari ini Ibu tiba-tiba saja mengajak Aska dan Shaki pergi ke pasar malam. Untuk pertama kalinya, si kembar merasa sangat gembira karena dapat jalan-jalan, serta jajan banyak makanan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa Lagi [Selesai]
Fiksi RemajaAska harus pindah ke SMA Cemerlang setelah adiknya -Erin- menjadi korban tabrak lari dan berakhir koma di rumah sakit. Dia ditugaskan sang Papa, untuk mengawasi seseorang di sekolah itu. Orang yang sama dengan orang yang pernah dia selamatkan. Haru...