49: bully

39 12 0
                                    

"Ssstt, sstt! Ada yang datang tuh!"

"Eh, masih punya muka dia?"

"Tumben sendiri?"

"Emang ada gitu orang yang mau nemenin orang kayak dia?"

Erin mendengus mendengar gosipan sekumpulan cewek ketika ia memasuki kantin. Sejujurnya dia sangat risi dengan tatapan orang-orang kepadanya, begitu juga dengan gosipan mereka. Entah sejak kapan, Erin mulai terpengaruh.

Karena kasus yang menimpa dirinya, Erin memutuskan untuk menutup sementara semua akun media sosialnya. Bahkan sekarang Erin masih belum berani menyentuh handphone karena trauma dengan komentar-komentar jahat yang menghujani akun sosmed-nya.

Di sekolah, Erin selalu dijauhi. Gadis itu benar-benar tak memiliki teman satu pun. Erin jadi lebih sering sendiri —terkadang Aska juga menemani gadis itu. Jangan tanyakan ke mana hilangnya Sandra, Lulu, dan Invia. Mereka bertiga menjauh karena tak mau ikut terseret ke dalam masalah Erin.

Sementara itu, Rendra yang telah mengetahui apa yang terjadi kepada putrinya, berhasil menghapus postingan thread beserta akun yang mengirim postingan tersebut ---berkat kekuatan koneksi dan uang yang ia miliki. Namun, tetap saja, kasus Erin sudah banyak disebar di internet dan terlanjur viral. Menghapus sumber, tidak terlalu berpengaruh.

Entah sampai kapan, Erin harus menjalani hidup sebagai seorang yang dijauhi dan dibenci. Rasanya berat karena setiap hari harus menghadapi pandangan buruk orang-orang terhadap dirinya. Jelas saja Erin tidak terbiasa dengan itu. Seumur hidupnya ia selalu disegani.

Semua masalah yang Erin hadapi, sedikit demi sedikit mulai memengaruhi psikis gadis itu. Di mana pun ia berada, Erin merasa diawasi dan dibenci. Seolah ketenangan sudah direnggut paksa dari hidupnya. Bahkan ketika Erin mencoba untuk fokus belajar, konsentrasinya selalu buyar.

Hari ini adalah hari pertama PAS. Erin cukup frustrasi karena tak bisa mengerjakan soal dengan performa terbaik. Gadis itu merasa telah mengacaukan ujiannya. Sesuatu yang membuat Erin makin stress.

Seharusnya Alara yang rasain ini.

Disadari atau tidak, tetapi saat ini keadaan berbalik drastis. Alara yang dulu anti sosial dan dijauhi banyak orang —kini terlihat mulai berbaur dengan anak-anak lain. Sedangkan Erin? Sepanjang harinya diperlakukan seperti sampah.

Perubahan yang tak pernah Erin bayangkan sebelumnya.

Dengan pikiran yang kusut, Erin berjalan menuju stand nasi goreng yang ada di kantin. Langkahnya lemas, wajahnya lesu. Melihat orang-orang langsung menyingkir dan menjauh ketika Erin datang, membuat gadis itu makin geram. Namun, Erin tak mungkin melampiaskan kemarahannya dengan marah-marah seperti dulu. Bisa-bisa ada orang kurang kerjaan yang memvideokan perilakunya, dan Erin kembali viral di jagat internet.

Erin tak mau itu sampai terjadi.

Setelah selesai memesan nasi goreng, Erin duduk sendirian di salah satu meja kantin. Gadis itu memakan nasi goreng hangat di atas meja dengan tidak nafsu. Aktivitas gadis itu terhenti ketika tiga orang cewek berhenti di depan mejanya. Kepalanya mendongak, menatap tiga orang cewek yang ia ketahui adalah kakak kelasnya.

"Oh, jadi ini yang udah bikin nama sekolah kita jelek?" sindir salah seorang cewek yang berdiri di tengah. Tangannya dilipat di depan. "Bisa-bisanya masih punya muka sekolah di sini?"

Erin melirik cewek itu dengan sinis. "Maksud lo?"

"Menurut lo?" Cewek berambut sebahu itu malah balik bertanya. "Di video itu lo lagi pake seragam Cemerlang, dan gara-gara itu nama sekolah kita jadi tercemar! Sadar gak sih, lo? Malu-maluin tahu gak!"

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang