25: turnamen

42 16 6
                                    


Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari pembuktian untuk kerja keras mereka selama satu bulan terakhir. Tim basket yang mewakili SMA Cemerlang itu berkumpul di parkiran. Hendak berangkat bersama ke tempat turnamen bersama dengan beberapa guru pembimbing.

Turnamen basket antar SMA itu kali ini dilaksanakan di SMA Cakrawala —sekolah lama Aska. Aska sampai dibuat terkejut ketika mendengar kabar itu dari Jerry barusan. Rasanya pasti aneh. Kembali menginjakkan kaki di sekolah kesayangan, tetapi bukan sebagai muridnya di sana lagi, melainkan menjadi lawan.

Sungguh, meski Aska sudah cukup lama di Cemerlang, cowok itu masih merindukan Cakrawala dan semua yang ada di sana. Bahkan bisa dibilang, Aska lebih menyayangi sekolah lamanya itu dibandingkan sekolah tempatnya menimba ilmusaat ini. Namun, bukan berarti Aska akan memihak sekolah lamanya. Aska tetap akan sportif dan profesional dalam pertandingan nanti.

"Semua sudah lengkap. Gak ada yang ketinggalan, 'kan?" tanya Pak Irwan, guru olahraga mereka yang akan ikut serta menemani mereka ke Cakrawala.

"Aman, kok, Pak! Tenang aja." Jerry menjawab dengan dua jempol yang diacungkan tinggi. Pak Irwan manggut-manggut mengerti.

"Kapan nih, Pak, berangkatnya? Udah gak sabar, nih!" Salah satu dari anggota tim basket Cemerlang ikut bersuara, disambut dengan sahutan setuju dari yang lain.

"Sebentar-sebentar, kita sebentar lagi berangkat, kok. Tinggal nunggu Pak Rizpan sebentar, katanya lagi di perjalanan." Pak Irwan menenangkan murid-murid ajarnya itu.

Tiba-tiba saja handphone Pak Irwan berbunyi. Pria itu pamit sebentar untuk mengangkat telpon dan meninggalkan anak-anak ajarnya di parkiran.

Aska bersandar di motornya sambil bermain handphone. Cowok itu mengirimkan beberapa pesan ke kontak keluarganya.

Mama

|Mah, doain Aska ya semoga bisa menang|

|Aamiin. Good luck sayang|

Papa

|Pah, doain Aska ya semoga tim Aska bisa menang|

read.

Erinaaa

|Rin doain gue ya|
|Semoga tim gue bisa menang|

|pasti lo nge chat gini ke mama sama papa juga kan?|

|Emang kenapa?|

|Apaan sih caper banget.|
|ganggu.|

read.

———

Aska membuang napas kasar. Meski Rendra tidak menjawab, dan Erin membalas pesan Aska dengan kurang baik, tetapi setidaknya lelaki itu tetap senang karena Rani mendoakan dirinya. Aska tersenyum kecil sambil memasukkan handphone-nya ke dalam saku seragam.

Saat Aska mengangkat wajah, tak sengaja ia berkontak mata dengan Alara yang baru saja memasuki gerbang. Gadis itu berjalan sendirian, kemudian berhenti tepat di hadapan Aska. Masih dengan kontak mata yang tak pernah terputus itu.

Dengan sisa keberanian yang ada, Alara mengulurkan sebuah botol minum dan kotak bekal makanan kepada Aska. Gadis itu mengulas senyuman. "Buat kamu," katanya dengan nada pelan.

Aska menerima pemberian Alara dengan perasaan tak enak. Selama lebih dari satu minggu ia menjauhi Alara, dan tak mengacuhkan gadis itu. Namun Alara tetap bersikap baik kepadanya. Sesuatu yang membuat rasa bersalah makin menggerogoti hatinya.

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang