16: menghindar

47 18 4
                                    

Beberapa hari terlewati. Sikap Alara berubah menjadi aneh. Setiap Aska ingin menjemput atau mengantar gadis itu, Alara selalu menolak dengan berbagai macam alasan. Di sekolah pun sama, Alara sulit untuk Aska temukan. Dan saat mereka berpapasan, gadis itu menghindar dan pergi begitu saja. Aska bingung, apakah dia berbuat kesalahan sehingga Alara marah?

Aska berdiri di lantai dua sambil menatap pemandangan di bawah sana. Di sampingnya ada Jerry yang sedang memakan permen karet sambil memainkan handphone.

"Menurut lo kenapa cewek mendadak berubah?" tanya Aska saat tak sengaja menatap Alara yang sedang berjalan di pinggir lapangan sambil membawa tumpukan kertas di tangannya.

"Hm?" Jerry mengalihkan atensinya kepada adik kelasnya itu. Beberapa detik kapten basket SMA Cemerlang itu terdiam, sampai akhirnya sebuah kalimat panjang keluar dari mulutnya, "Cewek berubah karena ada masalah. Ultramen juga berubah kalo ada penjahat yang nyerang kota. Nah, cewek juga sama. Kalo ada yang gak beres, dia pasti bakal berubah. Bedanya bukan berubah jadi Ultramen, tapi sikapnya yang berubah dingin."

Aska manggut-manggut mengerti. "Penjelasan yang bagus dan mudah dipahami. Pasti ini adalah hasil dari penelitian ilmiah yang harus melakukan banyak observasi dan riset yang mendalam," katanya.

Jerry terkekeh mendengarnya. Ia menepuk punggung Aska dua kali. "Gue 'kan udah bilang, urusan cewek gue jagonya. Lo kalau mau konsultasi masalah cewek, ke gue aja. Gini-gini gue lulusan Sarjana Perbucinan."

Mendengar itu Aska memutar bola mata malas. Lelaki bernetra cokelat tua itu menggeleng tidak habis pikir. "Kapten basket ternyata alay juga," gumamnya dapat terdengar oleh Jerry.

"Ngajak ribut lo?!"

"Males."

Setelah membuat Jerry kesal, Aska malah melangkah pergi meninggalkan sang kapten basket itu begitu saja, membuat Jerry misuh-misuh sendiri. Saat ini tujuan Aska adalah Alara. Tadi dia melihat Alara masuk ke ruang guru, entah ada kepentingan apa.

Aska menunggu Alara keluar dari ruang guru sambil bersandar ke tembok. Tidak berselang lama, seseorang keluar dari sana. Tanpa aba-aba, Aska menahan tangan gadis berambut sebahu itu agar menghentikan langkahnya.

"Ra,"

Alara menoleh dan terkejut melihat Aska yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Gue mau ngomong," kata Aska tanpa melepaskan tangan Alara dari genggamannya. "Lo marah sama gue?"

"Enggak," jawab Alara pelan sambil menunduk. Gadis itu melepaskan genggaman tangan Aska dari tangannya. "Duluan, ya. Bentar lagi bel masuk bunyi."

Tanpa membiarkan Aska mencegahnya lagi, Alara bergegas pergi dari sana. Aska menghela napas berat dengan tatapan yang tak kunjung beralih dari punggung Alara yang mulai menjauh dari pandangannya.

•••

Askara
| Ra
| temenin gue keluar yuk

Alara
| maaf gak bisa
| aku lagi belajar

Askara
| kalau besok gimana?

Read

•••

Alara yang sudah siap untuk berangkat sekolah dan selesai sarapan, pamit kepada ibunya yang juga sedang bersiap untuk pergi kerja. Saat berjalan menuju pintu keluar, sebuah notifikasi pesan terdengar, membuat Alara berhenti sejenak.

Askara
| gue depan rumah lo nih

Membaca pesan itu Alara langsung berbalik dan berlari menuju kamarnya. Diam-diam dia mengintip di balik gorden untuk memastikan apakah pesan yang Aska kirim benar.

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang