27: final

39 17 8
                                    

Suara sorak penonton terdengar begitu meriah. Kini dua tim yang merupakan lawan itu saling berhadapan di tengah lapangan. Aska berdiri di depan mewakili tim basket sekolahnya. Lelaki itu berhadapan langsung dengan kapten basket SMA Nirwana ---orang di balik kejadian yang menimpa kapten basket SMA Cemerlang pagi ini.

Laki-laki dengan rambut sedikit ikal itu memandang Aska dengan sorot merendahkan. Tak lupa dengan seringai yang membuat Aska merasa muak.

"Siap kalah?" tanya Rafka si kapten basket Nirwana.

"Pertanyaan itu harusnya ditujukan buat lo dan tim lo yang pengecut itu," kata Aska sambil menunjuk Rafka, "gue tahu kalian yang udah buat Jerry masuk Rumah Sakit."

Rafka malah tertawa seolah apa yang baru saja Aska katakan adalah lelucon jenaka. "Iya, emang kenapa? Mau laporin gue sama temen-temen gue? Punya bukti?"

Kedua tangan Aska terkepal. Iris cokelatnya menatap Rafka dengan tajam. Dua detik kemudian pertandingan dimulai. Bola basket dilayangkan. Dengan gesit Rafka menangkapnya. Cowok itu menggiring bola dengan lincah, dan melemparnya ke salah satu teman timnya sebelum sempat Aska merebut bola tersebut.

Satu poin dicetak oleh tim basket SMA Nirwana. Rafka tertawa sambil melakukan tos bersama teman-temannya. Padahal permainan baru saja dimulai, tetapi tim mereka telah mencetak poin. Rafka semakin optimis akan mengalahkan Cemerlang dengan mudah. Sedangkan tim basket Cemerlang kelihatan kehilangan harapan mereka.

"Emang, gak sia-sia gue bikin si Jerry babak belur. Ternyata timnya ampas kalau gak ada dia," kata Rafka tepat di telinga Aska.

Aska mengepalkan tangan. Ucapan Rafka sukses membuatnya naik pitam. Ingin sekali ia memukul wajah menyebalkan milik cowok tengil itu, tetapi Aska sadar itu bukan tindakan yang tepat. Lelaki itu menghela napas, mencoba untuk setenang mungkin. Ia tidak boleh sampai bertanding dengan emosi yang bergejolak, karena tahu rasa marah dan ambisi yang berlebihan malah akan membuat permainannya kacau.

"Lo harus gantiin posisi gue di tim."

"Gue? Maksud lo apa?"

"Gue udah lihat kemampuan lo. Lo pasti bisa jadi kapten di pertandingan hari ini. Lo mampu dan gue tahu itu."

Dialog di rumah sakit antara Jerry dan Aska itu kembali terputerdengar di benak Aska.

"Tim kita butuh kapten, dan gue gak bisa ikut tanding dengan keadaan kayak gini."

Aska berlari menghampiri bola basket yang sedang Rafka dribble. Cowok itu menghalangi setiap pergerakan Rafka, membuat kapten basket SMA Nirwana itu berdecak kesal. Dengan aksi yang lincah, Aska dapat mengambil alih bola basket dari tangan Rafka. Cowok itu berlari menggiring bola, kemudian melompat, melempar bola hingga masuk ke ring dengan tepat sasaran.

"Satu-satunya orang yang menurut gue pantas menggantikan gue, itu lo, Askara."

Suara sorakan terdengar. Teman-teman satu tim Aska menghampiri cowok itu untuk melakukan tos. Kini mereka semua yakin bahwa penilaian Jerry memang tidak pernah salah. Aska kembali membuat mereka semangat dan optimis akan menang, setelah hampir menyerah tadi.

Pertandingan terus berlanjut. Skor antara SMA Cemerlang dan SMA Nirwana saling kejar. Hingga akhirnya, di detik-detik terakhir sebelum waktu permainan berakhir, Aska kembali mencetak poin untuk timnya. Hingga skor SMA Cemerlang unggul dari skor lawan. Suara sorak terdengar begitu meriah ketika kemenangan secara mutlak berada di tangan Cemerlang.

Dengan ini SMA Cemerlang lolos memasuki babak final.

Tanpa Aska sadari, sejak lama sudah ada seorang perempuan yang menonton pertandingannya di pinggir lapangan dengan senyum, dan mata yang berkaca-kaca karena bangga.

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang