57: kejutan semesta

47 15 3
                                    

"Kak Askara?"

Suara itu menyapa indera pendengaran Aska. Seluruh badan Aska rasanya membeku saat ia kembali mendengar suara milik saudari kembarnya, setelah sekian lama. Tangannya yang memegang telpon rumah itu gemetar. Bahkan matanya hampir mengeluarkan tangis.

"Shaki? Ini kamu?"

"Iya ... ini Shakira."

Suara perempuan yang terdengar sedang menangis itu, entah mengapa terasa sangat familier di telinga Aska. Satu nama muncul di kepalanya saat mendengar suara itu. Beberapa saat Aska dibuat tertegun.

"Kak ... Aku gak tahu Kak Askara bakal datang ke panti hari ini," kata perempuan itu dengan isakan tangis, terdengar sangat menyesal. "Kenapa aku harus kecelakaan sih? Aku mau ketemu Kak Askara ...."

Aska kembali tersadar ke realita. Laki-laki itu masih tampak khawatir. "Sekarang keadaan kamu gimana? Kecelakaannya gak terlalu parah, 'kan?"

"Aku udah baikan, kok, cuma luka-luka kecil aja," jawab perempuan itu di seberang sana. Suaranya terdengar bergetar. "Kak? Tolong datang ke sini, aku mau ketemu. Aku belum kasih tahu satu pun keluarga aku tentang kecelakaan aku."

"Iya, Shaki, aku pasti dateng. Kamu ada di mana sekarang?"

Setelah Shaki memberitahu alamat Rumah Sakit tempatnya dirawat, Aska langsung pergi ke sana dengan mengendarai motor. Laju kecepatan motornya cukup tinggi. Aska tidak mau membuang-buang waktu walau sedetik. Ia ingin menemui Shaki secepat mungkin.

Sampai di rumah sakit, dia langsung mencari Shaki di ruangan yang diberitahukan gadis itu di telpon. Aska berlari dan sampai di ruangan non-VIP yang diisi oleh beberapa orang. Aska melewati satu persatu brankar pasien dan mencari pasien yang sendirian —tidak dijenguk keluarganya. Berhubung pasien lain dijenguk oleh keluarga mereka, seharusnya cukup mudah untuk menemukan Shaki.

Hingga akhirnya Aska sampai di brankar paling ujung. Terlihat seorang gadis berambut sebahu sedang berbaring dengan mata terpejam. Kepalanya dililit perban, dan terdapat luka-luka kecil yang menghiasi wajah serta anggota badannya. Jantung Aska serasa berhenti detak. Laki-laki itu hanya mematung dengan tatapan tidak percaya.

Ternyata ... dugaannya benar.

Suara perempuan itu ..., saat Aska pertama kali mendengar di telpon, ia langsung memikirkan satu orang. Dan orang itu benar-benar ia temukan saat ini, di brankar rumah sakit dengan luka-luka karena kecelakaan.

"Ini ... gak mungkin," gumam Aska dengan lirih.

Aska berjalan menghampiri gadis yang tengah berbaring di brankar itu dengan sorot tidak percaya. Tangannya bergerak menggenggam lengan pucat itu, membuat tidur gadis itu terganggu. Perlahan kedua mata itu terbuka, menunjukkan iris cokelat terang yang tampak damai.

"As ... ka?" Gadis itu memanggil bingung.

"Alara?" Aska menyebut nama gadis di hadapannya dengan senyuman kecut. Matanya menyorot sendu. "Atau ... Shakira?"

Gadis itu membelalak kaget. Perlahan ia mencoba untuk beringsut duduk, dibantu oleh Aska. Kedua matanya memperhatikan wajah Aska dengan lekat, masih dengan tatapan tak menyangka.

Benar, gadis yang ada di hadapan Aska saat ini adalah Alara Pertiwi.

Namun, bagaimana mungkin?

"Tunggu ..." Alara memegang kepalanya yang mendadak sakit. Ia menggeleng pelan, mencoba untuk menolak dugaan yang tiba-tiba muncul di kepalanya. "Ini gak mungkin .... Kalian gak mungkin orang yang sama!"

Aska menatap Alara dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Tangannya bergerak, menyentuh wajah gadis itu dengan lembut. "Lo Shaki? Lo Shakira? Gimana bisa?" tanyanya tak menyangka. "Bukannya lo itu Alara? Alara Pertiwi?"

Sampai Jumpa Lagi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang