Akhirnya Loel dapat merasa lega karena akhirnya Kissmark karya mba ayang tersamarkan, Loel harus bergegas ke sekolah sekarang karena hari ini upacara, Loel sudah berjanji pada Jean bahwa ia akan menjadi anak baik disekolahnya meski Jean sudah lulus.
Disaat upacara berlangsung, memori ingatan Loel tertuju disaat dimana upacara yang sangat berkesan dalam hidupnya, upacara yang membuat akhirnya Jean mengenali dirinya.
Loel merasa semenjak Jean lulus tak ada lagi hal yang berkesan dalam kehidup sekolahnya kecuali disaat bersama teman temannya, tapi tetap saja ini terasa sangat hampa, tak ada lagi Jean yang selalu mengunjunginya disaat bel istirahat berbunyi, mengajaknya ke perpus, membacakan novel, mengelus rambutnya.
Semua bisa saja Loel dapatkan, tapi tetap saja pacaran dirumah sama disekolah itu feel-nya beda.
Ini resiko yang dapat Loel terima, menyukai kakak kelas yang pasti ujung ujungnya ia juga yang bakal ditinggal lulus duluan dengan kakak kelasnya itu.
Tapi banyak alasan untuk Loel jatuh hati pada kakak kelasnya itu, awalnya Loel melihat Jean sebagai gadis manis yang ramah, sopan dan lemah lembut, namun setelah ditelusuri lebih dalam justru Jean adalah gadis yang kuat, bertanggung jawab, mandiri serta tangguh. Aura dominannya bahkan mampu mengalahkan jiwa dominan seorang Loel Alby Persada.
Loel rasa Jean mampu membuatnya banting stir dari Dominan ke Submissive, tapi tetap saja jiwa Submissive-nya hanya kepada Jean seorang.
***
Entah mengapa hari ini terasa melelahkan dari hari sebelumnya, padahal jadwal pulang sekolah tetap sama.Loel berhenti sejenak di toko tak jauh dari sekolah untuk membeli minuman favoritnya yaitu Good Day capuccino. Loel melanjutkan perjalanannya
Loel berniat untuk healing dan melepas rasa penatnya di taman didekat daerah sini, tempat itu tak ramai pengunjung, hanya saja ramai pengendara yang lalu lalang di jalanan, biasa taman ini dijadikan tempat untuk olahraga oleh orang orang dan, taman ini biasa akan ramai pengunjung diwaktu pagi atau sore minggu, karena hari ini senin jadi taman ini menjadi sepi.
Loel duduk dikursi yang tersedia ditaman sambil mengotak-atik handphone nya dan sesekali meneguk minuman favoritnya yang dia beli tadi
Tiba tiba saja mulutnya dibekap menggunakan kain dari belakang, entah apa yang terkandung dalam kain tersebut hingga membuat kepala Loel terasa berat besertakan rasa pusing, dan akhirnya jatuh pingsan.
Sekitar 4 jam, akhirnya Loel dapat membuka matanya, Loel mengucek-ucek matanya terlebih dahulu untuk memastikan keadaan
"Sayang, udah bangun?"
Suara itu, suara yang biasa Loel dengar, lalu apa hubungannya Jean dengan kasus penculikan?
Loel meraba sakunya untuk mencari kunci motornya, syukurlah kunci motornya masih aman
"Kak, kenapa tiba tiba gue ada didalam mobil?"
"Aku nyulik kamu tadi"
"Kenapa harus diculik coba?"
"Ya biar suprise aja, jangan tegang-tegang gitu mukanya"
"Kesel abisan gue"
Jean hanya mampu terkekeh gemas melihat Loel, Loel kalau sedang kesal akan terlihat sangat lucu dimatanya
"Gue pikir lo gak bakal peduli sama ultah gue"
"Kenapa kepikiran begitu?"
"Ya karena lo terlalu sibuk sama pekerjaan lo"
"Hahaha iyaiya.. Aku minta maaf"
"Hmm"
"Ayo keluar" ajak Jean lalu diangguki Loel.
Loel menyadari lokasinya saat ini adalah di danau, tempat ini tak gelap dikarenakan pencahayaan dimana-mana
Jean mengajak Loel untuk menaiki perahu kayu yang tersedia disana
Posisi mereka saling berhadapan, Jean mengayuh perahu hingga ketengah danau.
"Disini ramai ya walaupun bukan malam minggu"
"Ya, disini selalu ramai"
"Gue gak ngerti kenapa lo bawa gue kesini, mana pake acara nyulik nyulik segala"
"El, look at my eyes"
Loel mencoba untuk menatap mata Jean, tapi entah mangapa hal sesederhana itu sangat sulit untuk ia lakukan, dengan menatap mata Jean saja mampu membuat dadanya berdebar tak karuan
"Eee.. K-kenap- hmphh"
Jean menangkup wajah Loel, lalu meraup bibir ranum kekasihnya itu, Loel hanya mampu menerima ciuman tersebut, dan sesekali membalas, ia tak semahir Jean, Loel menghajar habis habisan bibir kekasihnya itu, melumat, menggigit, bertukar saliva, mengobrak abrik di dalam mulut Loel, Jean rasa bibir itu.. Bibir yang selalu terasa manis bubblegum di indra perasanya sudah menjadi salah satu benda terfavoritnya. Ah tidak, semua yang ada pada Loel, Jean menyukainya.
"Eumhh.." lenguhan itu lolos dari mulut Loel, dia mendorong pelan tubuh Jean karena nafasnya hampir habis dan sesak mulai terasa.
Loel dan Jean mengatur deru nafasnya secara bersamaan, Jean memandang lamat lamat wajah indah Loel, yang di pandang hanya mampu menahan salah tingkah, wajahnya memanas, untung saja ini sudah malam, pencahayaan pun tak terlalu terang jadi Jean tak akan bisa melihat wajahnya yang sudah memerah padam.
"Eh itu orang orang lagi pada ngapain?"
Tanya Loel heran, karena orang orang di keliling sekitar satu persatu mulai menerbangkan lampion, Jean tak menggubris pertanyaan Loel, dan malah ikutan mau nerbangin lampion, Loel sungguh tak mengerti
Jean mengambil pancis gas dari saku celananya lalu membakar sumbu yang terdapat pada lampion terbang tersebut
"Ayo terbangin sama sama"
Loel mengangguk patuh.
"Sebelum diterbangin, buat permintaan terlebih dahulu"
"Sebelum diterbangin, buat permintaan terlebih dahulu"
"Ya Tuhan, aku berharap aku akan terus bersamanya, bersama Loel selamanya hingga maut memisahkan". -Jean
"Ya Tuhan, gue pengen cepet cepet dinikahin sama kak Jean, soalnya kalau gue yang nikahin gue belum punya apa apa" -Loel
Bersambung..
Vote dan tinggalkan komen terlebih dahulu sebelum lanjut ke chapter berikutnya, okey.
Terimakasih yang sudah meninggalkan jejak dichapter ini, hal sederhana namun mulia bagi para writer. ʕ•ﻌ•ʔ
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong Supremacy - FemdomMalesub | END
RomanceMenjinakkan seekor anjing itu sudah biasa, tapi pernah gak sih lo ngejinakin manusia? Loel Alby Persada, seorang siswa badboy anggota geng tongkrongan bernama Slavega's. Loel yang berpegang teguh pada pendiriannya untuk tetap dan selalu menjadi lela...