"Ibu sangat sibuk di dalam. Apa yang dia lakukan?" Bisik Gulf pada Win, dan adiknya mengangkat sebelah alisnya sebelum balik bertanya
"Menurutmu, apa yang dilakukan mertua saat kedatangan menantu yang begitu sempurna dan disayanginya?"
Gulf berdecak "Ibu tidak sedang memasak, kan?"
"Dia memasak banyak, mungkin ada satu ton kari di dalam" Win menjawab lucu
Gulf memijat pelipisnya. Meskipun ia tau sang ibu hanya sangat bahagia karna akhirnya memiliki menantu dan lagi menantunya memiliki nama yang tidak main-main, namun ini tetap saja berlebihan
Ia juga khawatir dengan suaminya. Mereka berdua sudah sarapan sebelum kemari, dan ini juga masih jauh dari jam makan siang
Ibu Gulf keluar dengan tergesa-gesa dan wajah berseri-seri, sambil berucap "Sayang, ayo kita makan dulu"
"Ah?" Gulf menatap Ibu dan suaminya bergantian
Ayah Gulf beranjak dan menepuk pundak menantunya "Nak, ayo kita makan dulu"
Mew tersenyum dan mengangguk, ikut berdiri dan mengikuti sang mertua. Namun, saat melihat istrinya tetap bergeming, Mew memanggilnya "Sayang, ayo?"
Gulf mengangguk dan menarik lengan Win untuk ikut "Apakah Phi Fah sudah makan?"
Pertanyaan Gulf membuat langkah mereka semua terhenti. Raut Ibu Gulf tampak canggung. Namun buru-buru mengembalikan wajah tersenyumnya "Ah, iya... Kalian ke meja makan duluan saja. Ibu akan memanggil kakakmu untuk makan bersama"
Meskipun tidak suka, Ibu Gulf tetap memanggil Fah. Ia tidak ingin menantunya menangkap sinyal bahwa sebuah ketegangan terbangun di keluarga ini. Sebagai anggota keluarga baru, Mew hanya boleh diperlihatkan sisi baik dari keluarga ini
"Hey" Nyonya Traipipattanapong memanggil dingin pada seorang wanita yang tengah duduk memainkan ponselnya
Fah mengangkat kepalanya menatap wanita paruh baya yang memanggilnya "Ada apa, bi?"
"Kenapa kamu menghindari Gulf dan suaminya? Apakah kamu sengaja ingin membuat Mew curiga bahwa kamu adalah orang yang merasa paling tersakiti di keluarga ini, hah?"
Fah menghela nafas berat dan menggeleng, tetap menjaga nada bicaranya tetap sopan dan rendah "Tidak. Bukan begitu, maaf jika memang ini terlihat salah dimata bibi"
"Ayo turun dan makan bersama. Beraktinglah seperti kamu juga anak kandungku" Ucap Ibu Gulf yang melangkah pergi meninggalkan kamar
Fah mengatur perasaannya, juga pernafasannya sebelum ikut keluar
__
Setelah Fah dan Ibu Gulf sampai di ruang makan, Gulf menatap keduanya dengan senyuman. Ekor matanya memantau Mew, penasaran dengan responnya
Namun Fah ataupun Mew tak menampilkan reaksi yang mencurigakan sedikitpun. Mereka hanya tersenyum sopan dan saling memberikan wai
"Mew, mungkin kamu tau bahwa Gulf punya kakak perempuan?"
Mew mengangguk "Gulf sangat menyayangi keluarganya. Dia selalu menceritakan saudara-saudaranya kepadaku"
Gulf mengernyit, menatap Mew yang habis merangkai kebohongan
"Kalian berdua sangat dekat satu sama lain, yah?" Tanya Ayah Gulf
"Ya, Ayah. Aku dan Gulf suka berbagi cerita sebelum tidur" Kekeh Mew
"Kalian pasangan suami istri yang bisa menjadi sahabat. Ibu sangat senang mendengarnya"
Mew dan Gulf bertukar pandang. Keromantisan dan kehangatan yang selalu mereka ucapkan dihadapan orang-orang hampir semuanya adalah kebohongan
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
Fanfiction"Aku menginginkan seorang bayi" Gulf menatapnya dengan berani, bersama keseriusan yang begitu banyak dimatanya Mew tak dapat berkutik selama beberapa saat. Bukankah ini sebuah pemberitahuan bahwa Gulf mengizinkannya menyentuhnya? __ Gulf Kanawut, pe...