16. Dinding

1.5K 190 27
                                    

Buat yang gak dapet notif update chapter 15, mohon untuk di cek dulu. Soalnya kalo langsung lompat ke sini rasanya agak gak nyambung gitu

_Happy Reading_

Setelah menggantung mantelnya, Mew menghampiri sang istri yang tengah duduk menghadap laptop "Sedang memikirkan apa?"

"Seperti biasa"

"Kenapa arsitek hebat ini tampak bingung?" Mew memeluk pinggangnya dengan hati-hati

"Karna, klien kali ini berbeda. Aku tidak tau harus melihatnya sebagai orang yang optimistis, atau malah pesimis"

"Maksudnya?"

Tak menggubris pertanyaan suaminya, Gulf melanjutkan "Dia tidak mencolok, namun begitu berbahaya. Haruskah aku khawatir?"

Mew merasa kalimat-kalimat yang digunakan sang istri kurang relevan. Ia pikir, istrinya hanya kurang fokus dalam hal berbicara

"Sepertinya aku harus menaruh dinding di tengah-tengah ruangan yang menyatu ini... Agar mereka menjadi dua ruangan yang terpisah"

"Aku tidak mengerti banyak tentang perancangan" Jawab Mew

"Tidak perlu membantuku memikirkan konsep. Cukup jalan keluarnya saja"

"Jalan keluar? Kupikir kamu tidak perlu menaruh dinding. Mereka terlihat lebih indah jika dua ruangan ini disatukan"

Akhirnya, Gulf menatap sang suami dengan tatapan seriusnya "Memang indah, tapi sepertinya bukan itu yang dibutuhkan. Dipisahkan, tidak selamanya buruk. Aku berfikir untuk membuat pembatas di antara mereka untuk menegaskan keberadaan ruang masing-masing"

"Aku pikir ucapanmu tentang 'dinding' bermakna lain?"

Gulf mengangguk dan tersenyum "Mereka adalah jarak yang diatur untuk mengindahkan dan menjaga satu sama lain. Jadi, jika suatu hari nanti Phi harus berpisah atau kehilangan seseorang, ingat makna dinding yang kuucapkan"

Gulf menekan ctrl+S untuk menyimpan hasil gambarnya, sekaligus sebagai akhir dari pertimbangannya selama ini

Mew menatap Gulf antara rasa keingintahuan dan ketegasan "Aku harus menghargai keputusanmu, bukan?"

"Tentu"

Mew meneliti mata indah yang selalu dirindukannya itu. Pandangan Mew cukup serius, ketika batinnya terus dibuat tidak tenang. Gulf, selalu berhasil membingungkan hatinya

"Phi sudah makan?" Tanya Gulf, mengalihkan

"Belum. Kamu sendiri?"

Gulf menggeleng "Aku menunggumu"

Mew tersenyum puas "Aku tau, pilihanku memang tidak pernah salah sama sekali"

Gulf merasakan kekarnya lengan Mew yang merangkulnya dengan hangat dan mengecup sisi kepalanya "Apa yang kamu masak malam ini?"

"Udang bakar"

Wajah Mew datar "Jangan menggodaku"

Gulf hanya tersenyum sekilas sebelum mengakhiri pembicaraan dengan diam

"Yeay Daddy cudah puyang!!!" Sorakan gembira putra mereka membuat keduanya terhenti

Mew terkekeh dan meresponnya dengan cepat "Hayden, kemari"

Gulf membuka tangannya untuk sang putra "Tadi, Hayden juga tidak makan karna menunggumu pulang"

Mew tersenyum. Istri dan putranya, memang selalu seperti itu. Dan alasan inilah yang membuat Mew selalu berusaha untuk pulang lebih awal

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang