25. Keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi

1.2K 160 60
                                    


_Happy Reading_

Melalui jendela-jendela kaca yang luas itu, pemandangan megapolitan yang gemerlap terbentang di luar. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, sinar matahari pagi memantul di permukaan kaca.

Gulf dan satu orang pria dengan badan tegap duduk bersebrangan meja yang terletak di tengah-tengah ruangan. Meja tersebut terbuat dari kayu berkualitas tinggi dan dikelilingi oleh kursi-kursi modern berlapis kulit putih

Fokus benar-benar memenuhi wajah Gulf, meneliti desain-desain arsitektur yang terpampang di layar tab kerjanya. Dan pria yang diketahui bernama Daniel itu tak kalah serius mengamati dokumen-dokumen kontrak yang tersebar di depannya. Mereka berdua terlibat dalam diskusi yang serius tentang proyek besar yang menanti di depan mereka

"Saya harap kita bisa menjaga kepercayaan terhadap satu sama lain" suara Gulf penuh keyakinan, sorot matanya menatap langsung ke mata Daniel dengan serius.

"Tentu"

Jujur saja, Daniel cukup terpukau dengan orang ini. Bagaimana dia bisa terus menjadi cantik di situasi apapun

Tidak.

Maksud Daniel, Gulf memiliki integritas yang tinggi dan dedikasi yang kuat

"Gulf"

Gulf memindahkan sorotnya ke arah Daniel "Um?"

"Bisakah kita tidak berbicara formal? Kita ini teman SMA. Rasanya cukup aneh"

Gulf berfikir sejenak sebelum mengangguk "Apapun yang membuatmu nyaman"

"Siapa sangka kita akan bertemu kembali dengan kondisi seperti ini? Kamu sudah menjadi pemilik perusahaan, sekarang"

Gulf tidak begitu mengerti tentang jenis jenis pujian. Namun, dari pujian Daniel, dia merasa sangat berlebihan. Wajah kagum yang dipasang Daniel terkesan seperti yang dikagumi dari dirinya bukanlah tentang siapa dia saat ini

Caranya memandang wajah Gulf, sungguh aneh. Tapi, Gulf membalasnya dengan balik memuji

"Dibandingkan aku, mungkin kamu jauh lebih hebat. Bagaimana bisa kamu mendapatkan izin membangun di tanah itu?"

"Itu bukan hal yang besar" Ucap Daniel, berusaha merendah

"Jika bukan karna kamu, proyek ini terancam gagal"

Daniel terkekeh, merasa puas betapa Gulf mengapresiasi kontribusinya dalam proyek ini

Gulf, yang hendak menyambung percakapan seriusnya dengan Daniel, menyadari bahwa panggilan masuk ke handphonenya.

Dengan cepat, dia mengambil handphone dari saku jasnya dan melihat layar dengan serius. Ekspresi wajahnya berubah sedikit lebih lunak

"Maaf. Aku harus mengangkat telfon" Gulf beranjak untuk pergi ke sudut ruangan yang lebih tenang untuk berbicara

"Sayang, kamu belum selesai?" Mew langsung masuk ke topik inti begitu Gulf mengangkat panggilannya

Gulf menatap jam tangannya sebelum menjawab "30 menit lagi. Bisa?"

"Aku ingin mengajakmu pergi untuk menjemput Hayden. Gurunya menelfonku bahwa ada jam kosong"

Sejenak, Gulf menjadi heran mengapa ini terasa aneh. Namun ia tetap menjawabnya "Baiklah, aku akan pulang, sekarang"

"Tidak. Akan aku jemput"

Gulf mengernyit bingung dengan tindakan tiba-tiba suaminya. Mengajaknya ke sekolah Hayden dan menjemputnya begitu saja. Mereka tidak sering melakukan ini karna alasan kesibukan pekerjaan satu sama lain.

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang