13. Kekhawatiran orang tua

1.5K 209 41
                                    

"Hayden, hati-hati!!"

Teriakan Mark dan Win, rasanya begitu sia-sia ketika sepeda roda empat yang membawa anak tiga tahun itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh di area halaman belakang rumah

Mark dan Win berlomba untuk berlari menghampiri putra tunggal sekaligus anak kesayangan dari pasangan Mew suppasit dan Gulf kanawut itu

"Hayden, Paman sudah bilang untuk hati-hati!" Win meringis panik, namun Mark lebih panik. Bahkan bahunya menegang melihat sosok Tuannya yang berjalan dengan wajah gelap mencekam ke arah mereka

Hayden berdiri, dibantu dengan Win. Mata anak itu memantulkan banyak cahaya

"Itu... Sebenarnya kami menjaga Hayden dengan sangat baik. Tapi tadi Hayden mengayuh sepedanya terlalu cepat" Win membuat pembelaan

"Siapa yang menyuruh kalian membantu Hayden berdiri?" Tanya Mew dengan pandangan yang masih sama gelapnya seperti tadi

"Apa?" Tanya Mark dan Win heran

Mew berlutut di hadapan putranya untuk menyamakan tinggi mereka "Hayden, jangan menangis. Kamu adalah anak laki-laki yang kuat bukan?"

Hayden mengelus lengannya yang sakit. Meskipun bibirnya telah membentuk lengkungan ke bawah, ia berusaha agar tidak menangis

Mew meraih lengan kecil putranya, mengecek luka goresan yang cukup kontras "Ini hanya luka kecil"

Hayden mengangguk

"Ayo kita pergi ke Mommy untuk mengobatinya" Mew berjalan di sebelah Hayden sambil memegang bahu putranya

Mew menatap tajam ke belakang, dan berucap rendah "Setelah ini, temui aku di ruang kerjaku"

Undangan itu, membuat bulu kuduk Win dan Mark meremang

..☼︎..

"Tidak apa-apa, kan?" Tanya Gulf ketika ia mengoleskan cairan alkohol ke luka sang putra

"Titak apapa"
(Tidak apa-apa)

Meskipun cara pengucapan Hayden masih belum jelas, namun sepasang suami istri itu cukup mengerti apa yang putranya katakan

"Hayden tidak menangis?"

Hayden menggeleng

"Jadi, setelah terjatuh... Apakah Hayden dibantu berdiri oleh orang lain?"

"Eiden dibantu beydili"
(Hayden dibantu berdiri)

"Masih dibantu berdiri?" Gulf mengangkat sebelah alisnya "Lain kali, Hayden harus belajar berdiri sendiri. Mengerti?"

Hayden mengangguk "Ngelti"

"Apakah setelah ini... Hayden masih akan bermain sepeda lagi?"

Pertanyaan sang Ibu kali ini membuat Hayden terdiam cukup lama sebelum memutuskan "Eiden takut"

Mew mengelus kepala putranya, kali ini gilirannya yang bersuara "Hayden, bukankah kamu ingin menjadi pria yang tangguh seperti Daddy suatu saat nanti?"

"Napa, dad?"

"Seorang pria yang tangguh tidak akan mengenal rasa takut hanya karna sebuah insiden kecil"

Merasa bahasa suaminya terlalu berat untuk dipahami anak seusia Hayden, Gulf memperbaikinya "Hayden tidak boleh menyerah. Daddy dan Mommy yakin, anak laki-laki ini, adalah anak yang tangguh dan pemberani"

"Dan, kuat" Tambah Mew

Akhirnya, keraguan di wajah Hayden menghilang, diganti dengan senyuman percaya diri anak itu "Titak apapa cika Eiden teljatuh?" (Tidak apa-apa jika Hayden terjatuh?)

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang