Sejak tadi pagi, setelah Win menelfonnya dan berteriak bahwa keadaan yang darurat dan mendesak terjadi, Gulf jadi resah
Ia tau, hal darurat yang dikatakan Win hanyalah tentang Bright. Dan, tebakannya terbukti ketika ia berkunjung ke rumah orang tuanya dan menemukan mobil Bright yang terparkir
Win terlihat mondar-mandir di teras rumah
Gulf memandangi suaminya yang mengemudi untuknya "Kenapa dia harus secemas itu?"
"Itu hanya perasaan membuncah yang membingungkan. Pasti, orang yang disukainya tengah berbicara dengan orang tua kalian"
Gulf mengernyit, memandangi sang adik. Apakah Win memang se panik itu, hingga tidak menyadari keberadaan mobilnya dan Mew?
"Apakah kamu juga seperti itu, ketika aku datang ke rumahmu dan berbicara langsung pada kedua orang tuamu?" Tanya Mew dengan jail, namun langsung dibalas gelengan oleh Gulf
Win begitu cemas, dan hanya suara klakson yang berhasil menyadarkannya. Ia tersenyum legah menyadari kehadiran sang kakak
"Kenapa Phi sangat lama?"
"Kenapa kamu malah berdiri di sini sementara tamumu ada di dalam?" Tanya Gulf, dan Win menggeleng penuh sangkal
"Dia bukan tamuku"
Mew juga datang, namun ia hanya mengambil Hayden dari gendongan istrinya dan berjalan masuk mendahului dua saudara itu
Setelah sampai di dalam, Mew berhasil mengalihkan perhatian Ibu Gulf yang tengah duduk bersama dengan Bright di ruang tamu
"Astaga, ada kejutan di sini?"
Mew tersenyum pada Ibu mertuanya, juga pada mantan kekasih istrinya "Aku akan langsung menemui Ayah. Semalam, Ayah menelfon. Dia bilang sangat merindukan cucunya"
"Ayahmu ada di ruang kerjanya. Tapi tidak apa, dia pasti senang melihat kalian"
Mew mengangguk, dan melanjutkan langkahnya agar tidak menyela pembicaraan antara Ibu mertuanya dan Bright terlalu lama
Selang satu menit, akhirnya Gulf juga menampakkan diri bersama dengan Win di belakangnya
Sebenarnya, Bright masih tidak begitu mengerti mengapa Gulf membohonginya hari itu, bahwa ia dan Win hanyalah keluarga jauh
Gulf duduk, dengan wajah santai di sebelah sang ibu. Membiarkan Win duduk di sebelah Bright
"Jadi, sampai dimana pembicaraan kita tadi?" Ailin, Ibu Gulf dan Win bertanya pada Bright. Namun, pria tampan itu hanya terkekeh
"Ah, iya! Bibi sudah ingat. Win sangat mandiri, dia bangun sangat cepat di pagi hari, dan... dia sangat pandai memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah"
Win membulatkan matanya mendengar semua cerita bohong ibunya
Sementara Gulf, memasang wajah heran dan sedikit muak. Gulf tidak menemukan satupun fakta dari apa yang dikatakan Ibunya.
Akhirnya, Gulf beralih menatap wajah Bright dengan datar dan membuka kartu
"Jangan memercayainya, itu adalah strategi marketing"
"Gulf, jangan asal bicara!" Ailin meneriaki putranya dengan kesal
"Kenapa Phi berbicara seakan-akan aku ini sebuah barang yang akan diperjualbelikan?"
"Bright akan melamarmu, kan?" Tanya Gulf. Wajah dan ekspresinya, datar.
"Mana ada?!" Win berteriak resah. Sepertinya, mengundang kakaknya kemari adalah keputusan yang sangat salah
"Memangnya, kamu mau memberiku izin?" Tanya Bright, sambil terkekeh miring
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
Fanfiction"Aku menginginkan seorang bayi" Gulf menatapnya dengan berani, bersama keseriusan yang begitu banyak dimatanya Mew tak dapat berkutik selama beberapa saat. Bukankah ini sebuah pemberitahuan bahwa Gulf mengizinkannya menyentuhnya? __ Gulf Kanawut, pe...