Gulf duduk di ruang keluarganya, menikmati suasana pagi yang tenang sambil membuka laptopnya. Cahaya matahari pagi memasuki ruangan, menerangi wajahnya yang penuh dengan ambisi. Pagi itu, ia memiliki rencana besar untuk bisnis arsitekturnya yang baru.
Gulf duduk di mejanya, menghirup aroma segar teh dari cangkir keramik di tangannya. Suara keyboard laptop dan getaran notifikasi pesan handphone Gulf memecah keheningan di udara. Matanya yang dingin meninjau setiap detail pekerjaannya sejauh ini
Gulf melihat jam di dinding dan menyadari bahwa hari itu akan penuh dengan pertemuan dan keputusan strategis. Ia mengenakan setelan bisnisnya dengan percaya diri, mencerminkan keseriusan dan dedikasinya pada perusahaannya
Sejenak, Gulf menatap keluar jendela, mengagumi keindahan pagi yang mewakili awal dari setiap peluang.
Sementara itu, Mew turun dari tangga dengan langkah mantap, mengenakan pakaian formal yang mencerminkan profesionalismenya. Wajahnya penuh semangat, menunjukkan dukungannya pada langkah baru Gulf dalam bisnis arsitekturnya.
Mew memberi senyuman hangat saat melihat Gulf yang sibuk dengan persiapannya. "Sebegitu sibuknya kah calon CEO kita ini?"
Gulf menoleh pada suaminya dan hanya memberikan senyuman, menggelengkan kepalanya "Tidak juga"
Mew terdiam, matanya melebar, dan ia merasa tak percaya melihat senyuman cerah yang begitu langka dari Gulf. Jantungnya berdebar kencang, lalu dengan begitu tidak profesional, ia bertanya, "Apakah aku terlalu lelah hingga membuat mataku kehilangan penglihatan normalnya?" suaranya penuh dengan keraguan yang sulit disembunyikan.
Gulf mengangkat sebelah alisnya "Ada masalah?"
"Aku... Melihatmu tersenyum"
"Lalu?"
"Kamu benar-benar tersenyum?!" Kali ini Mew meninggikan nadanya
"Salah?"
"Tidak. Itu tidak salah sama sekali. Tapi aku hanya khawatir kamu seperti ini karna terlalu kelelahan dengan pekerjaanmu hingga kamu melupakan karaktermu"
Gulf menutup laptopnya, meninggalkan kesibukannya untuk berbicara dengan sang suami "Ini bukan tentang kelelahan. Lebih ke 'hatiku ingin menghianati karakterku'"
Mew tersenyum dan melanjutkan langkahnya "Jadi, apakah istriku ini akan mulai mendengarkan keinginan hatinya?"
"Um"
"Tidak berputar pada rasionalitas lagi?" Tambah Mew
Gulf memberikan anggukan
"Bukankah kamu bilang bahwa terlalu mengikuti keinginan hati akan membuat semuanya kacau?"
"Maka itulah gunanya rasionalitas. Tapi, aku akan menggunakannya di akhir, setelah hatiku menyebabkan banyak masalah"
Mew terkekeh dan memeluknya dengan cepat "Kenapa baru sekarang?!"
Suara bahagia Mew benar-benar tak dapat disembunyikan
..☼︎..
Suasana yang hangat dan tenang mengisi udara, diiringi dengan aroma lezat sarapan yang disiapkan dengan penuh perhatian oleh Gulf, seperti biasa. Mereka duduk berhadapan di ruang makan dengan konsep putih yang memberikan kesan bersih. Meja kayu dengan sentuhan warna cokelat tua menjadi pusat perhatian di tengah ruangan, terhias dengan sederetan piring, gelas berkilau, dan peralatan makan berbahan logam.
Cahaya alami menyusup masuk melalui jendela-jendela besar, menyoroti setiap sudut ruangan. Tirai tipis berwarna netral digantung di samping jendela, membiarkan sinar matahari pagi memainkan warna-warna lembut di sekitar ruangan. Kursi-kursi makan yang nyaman mengelilingi meja
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
Fanfiction"Aku menginginkan seorang bayi" Gulf menatapnya dengan berani, bersama keseriusan yang begitu banyak dimatanya Mew tak dapat berkutik selama beberapa saat. Bukankah ini sebuah pemberitahuan bahwa Gulf mengizinkannya menyentuhnya? __ Gulf Kanawut, pe...