Hayden berbaring di tempat tidur, matanya perlahan terpejam. Sementara angin malam bertiup lembut, suara lembut sang Ayah merajut cerita di telinganya. Ia merasakan kehangatan dan keajaiban, tersenyum lelap dalam mimpi manis.
Mew berbicara dengan volume yang dijaga, mempersembahkan dunia fantasi untuk Hayden. Sorotan cahaya lampu yang samar menyinari wajah Hayden yang tenang. Hati Mew dan Gulf penuh sukacita saat melihat Hayden terlelap, mengetahui bahwa dongeng mereka membawa kebahagiaan ke dunianya.
Mew berhenti di tengah-tengah cerita dan menutup buku sebelum ceritanya berakhir, sementara Gulf memperbaiki selimut putranya dengan hati-hati
Setelah menyimpan bukunya, Mew mengecup kening Hayden dan mengelus kepalanya "Selamat tidur, sayang"
Gulf menatap sang suami... Wajah Mew saat berada di rumah adalah wajah yang penuh cinta dan kehangatan, begitu bertolak belakang ketika ia sudah berada di luar rumah. Ketika Mew melanjutkan perannya di luar rumah, ia membangun citranya yang kejam dan tak kenal ampun. Akhirnya, Gulf menghela nafas dan bersuara
"Kamu begitu lembut dengan Hayden. Tapi mengapa begitu kejam dengan orang lain?"
Mew tersenyum singkat "Kadang-kadang, kekejaman diperlukan agar kita tetap teguh dan kuat"
Gulf tidak mengerti banyak tentang penyampaian kalimatnya. Namun, ia mengangguk
"Kamu belum mau tidur?" Tanya Mew, meraih tangan istrinya
"Kamu duluan saja. Aku masih ingin berada di sini, bersama Hayden"
Mew terkekeh, dan menatap putranya yang telah terlelap "Sayang, lihatlah betapa jatuh cintanya ibumu terhadapmu. Sangat berbeda jika dia bersama Daddy"
"Aku tidak pernah membuat perbedaan apapun" jawab Gulf
Mew mengangguk "Aku akan mengiyakan saja"
"Phi, ngomong-ngomong..."
Mew melirik tangan Gulf yang hendak menyentuh bahunya, namun terlihat enggan. Tangan Gulf hanya melayang di udara sebelum ia sempat menyentuh bahu suaminya
Pemandangan ini sungguh menggantung. Mew meraih tangannya dan meletakkannya di bahunya "Kenapa kamu selalu berusaha membuatku emosi? Aku ini suamimu, jangan enggan untuk melakukan kontak fisik"
Gulf menghela nafas
"Apa yang ingin kamu katakan?"
"Hayden bilang..." Gulf terlihat ragu. Apakah ia harus membahas aduan Hayden tentang perempuan yang ditelfon Mew seharian dan 'bunga' itu?
Jujur, hal ini mengganggu fikiran Gulf
"Lanjutkan"
"Dia sudah bosan dengan ruang bermainnya. Jadi, aku berencana untuk memindahkan ruang bermain Hayden di tempat yang lebih luas. Di lantai bawah, masih ada ruangan kosong bukan?"
Mew memperlihatkan ketidaksetujuannya dengan hati-hati. Keningnya yang berkerut mengungkapkan keraguan, tapi ia menyaring kata-kata sebelum diucapkan. "Lantai satu digunakan untuk ruang keluarga. Aku tidak ingin mengganggu desain interiornya"
Padahal, ini hanya pengalihan. Namun Gulf tiba-tiba ikut memikirkannya "Bagaimana dengan ruang kosong di samping ruang gymmu?"
"Itu bukan ide yang bagus"
Melihat wajah Gulf yang sudah berubah menjadi tidak ramah, Mew menghela nafas dan mengalah "Baiklah, jika itu yang Hayden inginkan. Tapi aku ingin ruang bermain itu dibangun dengan kualitas terbaik dan desain yang mengikuti estetika rumah ini. Aku memercayaimu untuk menyediakan staf yang akan merancang dan mengawasi proyek ini. Sebagai seorang arsitek, kamu pasti memiliki banyak kenalan, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
Fanfiction"Aku menginginkan seorang bayi" Gulf menatapnya dengan berani, bersama keseriusan yang begitu banyak dimatanya Mew tak dapat berkutik selama beberapa saat. Bukankah ini sebuah pemberitahuan bahwa Gulf mengizinkannya menyentuhnya? __ Gulf Kanawut, pe...