Selain masakan sang istri, yang membuat Mew selalu bersemangat untuk pulang ke rumah adalah melihat kebersihan dan betapa rapihnya ruang kamar dalam tangan Gulf
Karna, pemandangan yang bersih dan teratur seperti ini begitu menyejukkan hati Mew, ditambah dengan wangi parfum Gulf yang selalu saja memenuhi ruang kamar
"Kamu selalu mengerjakan semuanya dengan sempurna"
Gulf mengedarkan pandangannya ke seluruh isi kamar, memeriksa apakah tugasnya di sini memang telah selesai atau tidak. Tapi, sesuai pujian Mew, Gulf juga puas
"Apakah melelahkan bekerja sambil mengurus rumah?" Tanya Mew, namun diberikan gelengan oleh Gulf
"Tidak"
"Lagi-lagi kamu menolak untuk mengeluh. Menjadi terlalu mandiri itu tidak baik"
Gulf hanya tersenyum simpul sembari berjalan ke luar kamar "Mandilah. Aku sudah siapkan airnya di dalam"
Mew mengangguk
Dan setelah suaminya itu masuk ke kamar mandi, Gulf bergegas pergi ke dapur untuk memanaskan beberapa hidangan yang telah dingin. Ia memasak sangat cepat, karna salah memperkirakan jam pulang suaminya
Bibi menawarkan bantuannya, namun seperti biasa, Gulf menolak. Tentang urusan masakan dan segala pekerjaan rumah yang berkaitan dekat dengan Mew, dikerjakan sendirian oleh Gulf. Karna selama menikah, Gulf tidak pernah gagal mengatur waktunya
Masakan hangat itu telah dihidangkan di atas meja, Gulf mengerjakannya dengan cukup cepat. Karna ia harus menunggu waktu sekitar 5 menit untuk Mew turun ke lantai dasar
"Aku jadi lapar hanya karna mencium aromanya" Mew menarik kursi di hadapan Gulf dengan bersemangat, menatap masakan sang istri yang telah tersaji di hadapannya
"Kalau begitu makanlah" Jawab Gulf dengan wajah yang sedikit melunak
Mew makan dengan lahap seperti biasa, hingga Gulf selalu saja merasa puas dan bahagia. Saat makan bersama, Gulf hanya selalu dibuat salah fokus oleh Mew yang menikmati masakannya
Jadi, inilah alasan yang sebenarnya mengapa Gulf tidak pernah meminta bantuan pada asisten rumah tangga mereka pada urusan dapur. Karna Gulf, ingin memuaskan Mew dengan caranya sendiri
Meskipun ia masih memegang erat keputusannya untuk berpisah, untuk saat ini biarlah dirinya mengambil 'peran istri' itu dengan benar
Setidaknya, suatu saat nanti ada hal baik yang bisa diingat Mew tentang pernikahan ini
"Kamu selalu terlihat tidak berselera saat makan" Mew bertanya heran, membuyarkan lamunan Gulf yang sudah sangat jauh
"Um?"
Mew hampir menertawai ekspresi lucu Gulf yang kebingungan "Tidak ada. Lanjutkan lamunanmu"
"Aku tidak melamun" Gulf menepisnya
"Dimana kamu belajar memasak?"
"Phi Fah" Gulf hanya ingin menjawab dengan jujur. Namun, saat merasa nama Fah sensitif di antara mereka, ia melanjutkan "Juga, aku memiliki teman baik seorang chef"
Mew mengangguk "Tapi, kamu bisa sehebat ini bukan karna orang-orang di sekitarmu pandai memasak. Tapi, kamu belajar dengan sangat baik dan berani melakukan aksi nyata"
"Aku mulai memasak sejak umur 12 tahun"
"Itu mengagumkan. Pantas saja masakan yang selalu kamu hidangkan tidak pernah gagal"
"Benarkah tidak ada yang pernah gagal?"
Mew mengangguk
"Sekitar satu minggu yang lalu kamu mengabaikan udang yang aku hidangkan. Tiga hari yang lalu, kamu juga mengabaikan kimchi yang kubuat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
Fanfiction"Aku menginginkan seorang bayi" Gulf menatapnya dengan berani, bersama keseriusan yang begitu banyak dimatanya Mew tak dapat berkutik selama beberapa saat. Bukankah ini sebuah pemberitahuan bahwa Gulf mengizinkannya menyentuhnya? __ Gulf Kanawut, pe...