"Kamu tadi melihatnya, bukan?"
Pertanyaan itu adalah suara pertama di antara mereka setelah kembali ke dalam kamar
Gulf melepaskan mantelnya dan menjawab dengan nada rendah pada suaminya "Um"
"Jangan salah paham"
"Apapun yang kalian bicarakan, itu bukan urusanku" Gulf menjawabnya lagi sambil menggantung mantelnya dengan tenang
"Aku harus menjelaskannya sebagai seorang suami"
"Kalian terlihat cocok"
"Jangan membuatku marah"
"Ingin aku bantu meluruskan kesalahpahaman di antara kalian?" Tawar Gulf
Diamnya Mew menandakan bahwa ia tak tertarik dengan topik ini, bahkan hanya membuatnya muak
"Phi Fah tidak berniat memutuskanmu. Tapi-"
"Diamlah sebelum aku kehabisan kesabaran" Nada dingin yang menusuk itu membuat Gulf mengurungkan niatnya untuk menjelaskan
"Baiklah, tapi jangan sesali apapun suatu saat nanti" Gulf naik ke atas ranjang, menarik selimutnya dan tidur
Mew ikut naik ke tempat tidur, berbaring di sisinya "Saat aku telah menentukan pilihan, itu berarti aku sudah memikirkannya dengan matang. Jadi tidak akan ada penyesalan apapun, terutama dalam keputusan menikahimu"
Gulf berhenti menjawabnya, hingga tangan Mew mengejutkan Gulf saat ia memeluk tubuhnya dengan tiba-tiba di bawah selimut itu
Mereka saling melepaskan pikiran dari topik sensitif itu lagi, Mew mengambil inisiatif lebih dulu
"Sebelum ke kantorku, kamu bertemu dengan klien lagi?"
"Um"
"Jadi, bagaimana harimu tadi? Apakah pekerjaanmu berat?" Tanya Mew lagi
"Aku menikmati pekerjaanku"
"Mengeluh lah jika ada yang membebanimu. Aku yakin harimu juga tidak semulus yang kupikirkan"
"Aku sudah terbiasa" Gulf tetap menolak untuk mengungkapkannya, sekedar berbicara dengan santai seperti pasangan suami istri pada umumnya
"Bukankah akan lebih baik jika membaginya dengan seseorang?"
"Aku bukan orang yang seperti itu. Di sini, aku memiliki diriku"
"Sekali-kali mengadu lah padaku. Aku suamimu"
"Kamu saja yang mengeluh" Tawar Gulf, setelah ia menolak tawaran Mew mentah-mentah
"Kamu akan mendengarku?"
"Tentu. Aku akan coba memberi beberapa saran jika diperlukan"
Mew tidak yakin apakah Gulf akan mendengarkannya dengan serius atau tidak. Pasalnya pria manis itu hanya terus menatap langit-langit kamar
Gulf memang tidak terlalu membuat kontak mata saat sedang berbincang dengan seseorang saat di luar dari pekerjaan
"Apakah kamu yakin untuk mendengarkanku dengan seksama?"
"Apa yang membuatmu ragu?" Tanya Gulf, menatap Mew sekilas
"Saat aku berbicara, cobalah tatap mataku. Bukankah kamu selalu mementingkan sopan santun? Menatap mata seseorang saat berbicara akan meningkatkan kualitasmu di mata sang lawan bicara"
Gulf menghela nafas dan mengubah posisinya berbaring miring, melipat tangannya dan menatap lurus ke dalam mata Mew dengan datar dan tenang "Baiklah, lanjutkan"
Namun, segala ucapan yang telah hadir di benak Mew seketika lenyap, dihancurkan begitu saja oleh tatapan seorang Gulf
Bagaimana bisa Gulf membuat Mew membeku hanya dengan tatapan setenang itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
Fanfiction"Aku menginginkan seorang bayi" Gulf menatapnya dengan berani, bersama keseriusan yang begitu banyak dimatanya Mew tak dapat berkutik selama beberapa saat. Bukankah ini sebuah pemberitahuan bahwa Gulf mengizinkannya menyentuhnya? __ Gulf Kanawut, pe...