Reksa mengusap usap punggung Egan yang gemetar ketakutan, sedangkan empunya yang berada di gendongan koala Reksa tengah terisak menahan tangis.
"Jangan.. takut.. hiks" tangis Egan kembali mengucapkan kata takut.
"Iya, enggak kok udah ya"
Reksa mengusap belakang rambut kepala Egan, mengecup bahu bad boy yang berkamuflase menjadi bayi ini dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Sebenarnya jika dibilang kecewa, tentu saja Reksa kecewa.
Bahkan sangat kecewa.
Wajahnya sudah masam saat mendengar isak tangis Egan, apalagi pelukan erat sambil mengucap kata takut semakin membuat wajah Reksa tertekuk tekuk.
Egan menyamankan kepalanya disela sela ceruk leher Reksa, terkadang bergumam tidak karuan membuat rasa penasaran Reksa kian membuncah.
Kenapa dengan Egan? Dia bahkan terlihat sangat ketakutan, padahal bad boy sepertinya tidak mungkin belum melakukan seks, pikir Reksa.
Merasa manusia yang sedang berada dalam gendongannya ini tertidur lelap dengan dengkuran halus, Reksa membawa Egan untuk merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
Menarik selimut sebatas dada, lalu tak lupa mengecup kening Egan yang halus tanpa jerawat sedikitpun.
Setelahnya Reksa beranjak menuju lemari pakaian, berganti dengan pakaian yang biasa ia pakai untuk tidur.
Sebelum menyusul Egan untuk ikut menyelami alam mimpi, ia sempat dikejutkan dengan suara ponsel yang berdering.
Reksa mengambil ponsel Egan, melihat beberapa notifikasi panggilan dari nomor tak dikenal.
Memilih abai, Reksa kembali melesat ke tempat tidur.
Reksa bersiap untuk tertidur di samping bayi cengeng yang sedang berada di atas ranjangnya ini.
"Lo napa cengeng banget sih Gan? Kan kita ga jadi kawin kalau udah begini" ucapnya yang masih kecewa akan takdirnya.
Reksa menatap wajah memerah Egan, lalu sebuah ide tiba tiba terlintas dibenaknya.
Ide yang mungkin akan membuat Egan sedikit menderita.
Reksa menyeringai, rencananya kali ini pasti akan berakhir dengan mulus.
.
.
.
.
.
.Setelah pulang mengantarkan Dani, Bumi malah mampir untuk membeli nasi goreng yang berada di pinggir jalan.
Pemuda itu benar benar lapar sehabis balapan dan menahan emosinya menghadapi lawan tanding Egan tadi.
"Bang! Nasi gorengnya seporsi aja, pedes ya bang" ucapnya pada abang nasi goreng.
"Oke mas! Tunggu bentar ya, saya bikinin dulu" seru abang nasi goreng.
Bumi hanya mengangguk mengiyakan, sambil menunggu nasi gorengnya, pemuda itu memilih untuk bermain game.
Hingga suara yang tak asing membuatnya menoleh, mendapati teman sekelasnya yang tengah memesan sebungkus nasi goreng.
Itu Rian, bocah yang mendapat julukan si paling ambis.
"Woi Ri!" Panggilnya kepada Rian.
Rian menoleh, pemuda itu menghampiri meja Bumi.
"Lo ngapain disini?" Tanya Rian.
"Lagi cuci piring" jawab Bumi yang membuat Rian menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Ya lagi mesen nasi goreng dong Ri" ucap Bumi sambil terkekeh.
Rian ber-oh ria, pemuda itu memilih diam mengamati suasana malam ini.
"Kacamata lo kemana?" Tanya Bumi tiba tiba.
Rian kembali menoleh, lalu meraba sekitar kepalanya dan benar saja kacamata bulatnya tidak ada.
Pantas saja sejak tadi pandangannya kabur.
"Ketinggalan" ucap Rian.
Rian menyangka jika kacamatanya pasti tertinggal di meja belajar apartemennya.
Tadi ia terburu buru pergi kesini, karena cacing cacing diperutnya sudah demo ingin diberi makan.
"Emang lo bisa liat?" Tanya Bumi lagi.
"Gue minus bukan buta"
Bumi terkekeh mendengar jawaban Rian, ia mengusak pucuk kepala pemuda itu.
"Lucuu banget sih!!" Ucapnya gemas.
Rian ini sebenarnya sangat savage, tapi kalau sedang berhadapan dengan Egan malah menciut dan memilih untuk diam saja.
Agak aneh, tapi ini nyata.
Di mata Rian, Egan itu bak monster berdarah dingin.
Ucapannya selalu menusuk dan membuatnya ketakutan, hingga melirik saja butuh keberanian.
"Lain kali pakek kacamatanya, lo lucu kalau pakek kacamata" celetuk Bumi, membuat Rian terdiam untuk beberapa saat.
Pesanan yang Bumi pesan tiba, pemuda itu menatap Rian yang terdiam.
"Mau?" Tanyanya.
"Enggak"
"Kenapa?"
"Pesenan gue siapa yang makan kalau gue makan disini?"
Lagi lagi kekehan Bumi terdengar memenuhi pendengaran Rian.
Ternyata Bumi ini sangat receh, semua hal yang tidak lucu membuatnya tertawa.
Atau jangan jangan dia gila?
"Nih" ucap Bumi sambil menyodorkan satu suap sendok nasi gorengnya.
Rian menatap sendok tersebut, agak bingung dengan tindakan bocah prik satu ini.
"Buat ganjel laper lo dulu" sambung Bumi.
Rian kembali menatap satu suap sendok yang berisi nasi goreng yang terlihat sangat sedap.
"Baunya enak loh" goda Bumi.
Rian membuka mulutnya menerima suapan yang Bumi berikan.
Terpaksa karena rasa laparnya lebih besar dari pada malu.
Bumi tersenyum sumringah, pemuda itu mengusak pucuk kepala Rian merasa kembali gemas dengan bocah ini.
Bumi juga ikut menyuap nasi gorengnya kedalam mulut.
"Lagi?" Tanya Bumi yang kemudian dijawab dengan sebuah gelengan.
Bukannya mengerti, Bumi malah menyodorkan sesuap nasi goreng lagi untuk Rian.
Rian terdiam, tapi kemudian ia membuka mulut menerima kembali suapan Bumi.
Persetan dengan rasa gengsinya, kali ini ia benar benar lapar.
____________________________________Tbc...
Sorry kemarin yang udah nungguin, kemarin gue capek banget😔🙏
Vote+komen+follow!!
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKETOS||ONGOING
Teen FictionEgan si bad boy brutal jebolan ajang pencarian dosa tiba tiba dipertemukan dengan Reksa waketos kul spek kulkas 7 pintu. warn! cerita bl/gay/homo!