12: BUKU

58K 5.9K 250
                                    

Pagi ini Egan bangun pagi pagi sekali, bukan karena niat atau rajin.

Pagi ini Egan bangun karna suara dering ponselnya yang berbunyi tiada henti, ia melihat layar ponselnya yang menunjukkan nama 'tempat hidup' alias Bumi yang sedang mencoba menghubunginya dari sebrang sana.

Egan berdecak sebelum menyambungkan sambungan telefon.

"Apa sih babi?!" Sapa Egan saat nada telefon sudah tersambung.

"Pagi bestitod!"

Egan memutar bola matanya malas, sudah dipastikan manusia satu ini hanya akan berbasa basi tidak jelas.

"Orang ganteng ini nelfon buat nanyain, buku kimianya dedek Rian ada di lo?"

Egan mengerutkan keningnya heran, untuk apa Bumi menanyakan buku kimia Rian? Padahal jika ada pr atau apapun itu jenisnya dia tidak akan perduli dan memilih untuk mengosongi nilai.

"Ngapain lo nanyain bukunya Rian?"

"Ga penting, yang penting lo bawa bukunya Rian ga?"

Egan menghela nafas.

"Bentar gue cari" ucapnya lalu beranjak mengecek tas sekolahnya mencari buku kimia milik Rian.

"Sampulnya warna coklat bukan?"

"Kenapa ga lo cek namanya aja?! Bego!"

"Ck! Banyak maunya lo!"

Egan kembali mengecek buku yang ternyata benar milik Rian.

"Gimana?"

"Iya, ini bukunya"

"Emang dajjal! Kasian bocahnya, dari kemarin nyariin kemana mana, ternyata lo yang bawa!"

"Suruh siapa lupa? Orang gue udah ijin kok"

"Lo dirumah lo kan? Gue ambil sekarang, jangan tidur lagi"

Egan terdiam, pikirannya dengan sangat tiba tiba melayang pergi ke manusia bernama Reksa.

"Woi babi!"

"Ck! Ga usah, gue aja yang nganterin"

"Dih! Tumben banget dah lo!"

"Udah jangan banyak ngomong, mumpung gue baik nih"

"Ya oke lah, tapi jangan anterin ke Rian, anterin ke rumah gue aja"

"Kenapa?"

"Iya aja kenapa sih? Harus ya nanya nanya kayak gitu?"

"Iyaaa"

Egan menutup sambungan telefon, ia menatap layar ponselnya yang menyala, berfikir untuk menghubungi Reksa atau tidak.

Hari ini, hari sabtu artinya hari ini libur, apa iya Reksa akan mau mengantarnya?

"Halah bodo amat, kalau dia nolak ya pergi sendiri"

Pemuda itu menekan nomor Reksa, menghubungi untuk menanyakan kesediaannya mengantar Egan.

"Halo?"

Tidak butuh waktu yang lama, Reksa mengangkat sambungan telefon dengan sangat cepat.

"Kenapa Gan?" Ucap Reksa disebrang sana, bingung karena Egan tak kunjung menjawab sapaannya.

"Anterin gue kerumahnya Bumi"

"Kapan?"

"Sekarang"

"Oke"

Egan mengedipkan kedua matanya merasa agak aneh dengan persetujuan Reksa.

Apa hanya oke? Kenapa tidak bertanya alasan kerumah Bumi, atau kenapa tidak bertanya kenapa harus sekarang?

WAKETOS||ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang