11: KECANDUAN

73.4K 6.3K 317
                                    

Reksa mengusap pucuk kepala Egan, lalu melemparkan senyuman untuk pemuda yang sedang berada di hadapannya ini.

"Gue pulang ya" ucap Reksa sambil kembali mengusap kepala Egan.

"Ck! Banyak bacot udah sana balik lo!" Omel Egan, sedari tadi ia menunggu Reksa pulang ke apartemennya tapi bukannya pulang pemuda itu malah terus berpamitan tanpa melajukan motornya.

"Ngusir?"

"Iyaa! Udah sono anjing!"

Reksa terkekeh, ia akhirnya menyalakan motornya lalu melajukan motor tersebut menjauh dari area kompleks perumahan Egan.

Setelah memastikan Reksa pulang, Egan menghela nafasnya.

Ia menatap gerbang tinggi rumahnya yang akhir akhir ini tidak ia lihat karena dirinya menginap di apartemen Reksa.

Baru saja ia akan memencet bel, gerbang terbuka menampilkan security rumahnya.

"Den Egan? Den dari mana aja?" Tanya security yang biasa Egan panggil Pak Selamet.

"Egan nginep dirumah temen, kenapa?"

"Itu, ee.. tuan pulang, nyariin den Egan dari kemarin"

Egan mengangguk mengerti.

"Papa sekarang di dalem?"

"Iya den, sama anu.. emm.."

"Siapa?"

Pak Selamet terdiam, ia enggan menjawab pertanyaan tuan mudanya ini.

Egan mengubah mimik wajahnya ketika melihat wanita dengan rok mini dan make up tebalnya tengah berdiri di teras rumah sambil menatapnya.

"Ck! Si iblis ternyata" ucapnya sambil mendengus sebal.

Egan melangkah masuk kedalam pekarangan rumah, ia melewati wanita yang ia sebut iblis tadi seakan tak melihat jika ada manusia disana.

Tentunya wanita yang dilewati oleh Egan tadi mendadak kesal.

Egan memasuki rumah megah dan mewah milik ayahnya, dapat terlihat pemilik rumah ini tengah duduk santai di ruang keluarga.

"Dari mana aja kamu? Ternyata masih inget sama jalan pulang, Papa kira kamu udah lupa"

"Egan bukan Papa yang suka lupa kalau dirumahnya punya anak yang sengaja di telantarkan" jawab Egan santai.

Joshua Raden Sudira, pria yang berumur sekitar 48 tahun ini menutup laptop nya menatap sang putra yang berdiri dengan santai tanpa dosa sedikit pun.

"Apa kamu bilang?"

"Selain pelupa ternyata Papa juga kurang bisa mendengar ya?"

"EGAN!" Suara Joshua menggelegar dalam satu rumah karena marah ketika mendengar putranya bertindak tidak sopan.

Wanita yang tadi berada di teras rumah Egan masuk, ia berlagak kaget padahal dari tadi menyimak dari belakang pintu.

"Egan, kamu kalau dibilangin sama orang tua yang sopan dong" ucap wanita iblis pacar Joshua, panggil saja Gita.

"Dih apasih? Lo tu ga diajak tau"

Gita menutup mulutnya, berakting menjadi orang yang seakan akan paling terjolimi.

Joshua menghampiri Egan setelah ia mendengar ucapan Egan yang menurutnya sangat sangat tidak sopan.

"Minta maaf" ucapnya sambil menatap Egan tajam.

"Enggak" jawab Egan dengan tatapan yang sama sama tajam.

Plak.

Joshua menampar pipi bagian kiri Egan, ia menatap putranya dengan nafas yang naik turun.

Egan menyeringai, ia menatap ayahnya lalu mengusap darah yang mengalir di sudut bibirnya.

"Papa bilang minta maaf Egan!"

"Enggak" jawab Egan kekeuh dengan pendiriannya.

Joshua menarik kerah seragam Egan.

"Papa emang pelupa ya, Papa harus inget juga dong kalau Papa ga pernah ngajarin Egan cara minta maaf, bahkan Papa sendiri ga pernah bisa minta maaf walaupun ngeliat Mama menderita" ucap Egan, pemuda itu mengeluarkan senyuman yang meremehkan.

Joshua terdiam, perlahan tarikan di kerah seragam Egan terlepas.

"Ada lagi yang harus Papa inget baik baik, Egan benci kalau harus disuruh ngomong baik sama dia, di mata Egan dia cuman orang ga tau malu" sambung Egan sambil menunjuk Gita yang masih berdiri dengan mulut yang ditutup, mendramatisir keadaan.

Egan mengambil tas sekolahnya yang tadi tidak sengaja terjatuh dari bahunya karena tamparan Joshua yang membuat tubuhnya terguncang.

Pemuda itu melangkah naik kelantai dua rumahnya, melangkah menuju pintu kamar lalu menguncinya rapat rapat.

Egan terduduk di lantai kamarnya, terdiam sebentar hingga air yang sejak tadi ia tahan agar tak tumpah malah turun tanpa isakan sedikit pun.

"Ck! Lemah banget sih lo anjir!"

.
.
.
.
.
.

Reksa yang baru saja sampai di dalam apartemennya menghela nafas panjang.

Apakah Egan benar benar candu untuknya? Baru beberapa menit ia sudah merindukan laki laki pendek itu.

Reksa menutup wajahnya, memilih untuk kearah kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.

Sekitar 15 menit, Reksa kembali keluar.

Mengambil ponselnya sambil tersenyum senyum seperti orang gila.

Reksa memilih untuk menutup kembali ponselnya, mengambil baju lalu menggantinya dengan pakain yang biasa ia pakai.

Tangannya kembali memengang ponsel, ia mendial nomor favoritnya yang ia dapatkan 2 hari yang lalu.

Suara yang ia tunggu tunggu akhirnya terdengar.

"Hm? Kenapa Sa?" Tanya Egan yang mendadak kalem dan soft ini.

"Lo ga papa?"

"Kamu nanya?"

Oke, saat ini baru Reksa percaya jika Egan baik baik saja.

"Gue kira lo kenapa kenapa, soalnya tadi kita kan ngelewatin kuburan baru"

"Alay lo babi! Lo kira gue kesurupan?!"

"Gitu deh, btw lagi ngapain?"

"Kamu na-"

"Gue nanya baik baik ya Gan, jangan bikin emosi!"

"Kamu bertanya tanya?"

"Si anjir, malah diterusin aja"

"Gue lagi tercandu candu sama kamu nanya"

"Ga beres ni bocah"

Diujung sana Egan terkekeh, membuat Reksa mengulas senyum sambil membayangkan wajah menggemaskan Egan.

Keduanya seakan lupa dunia mereka terus berbicara tentang hal hal random lainnya selain sindrom 'kamu nanya?'.

Bahkan Egan yang tadinya bersedih kini kembali bahagia karena waketos dingin yang sebenarnya absurd sekali.
______________________________________

Tbc...

Di sekolah gue ada pick me boy berkedok uke, kalau modelan gini harus diapain ya?

Vote+komen+follow!

WAKETOS||ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang