Dani melemparkan handuk kering untuk Hesa yang tengah duduk santai di lantai kamarnya.
"Kan bisa ngasihnya baik baik, kenapa harus dilempar sih?" Protes Hesa.
Dani tak menghiraukan protesan pemuda itu, ia memilih berjalan menuju lemarinya untuk mengambil beberapa pakaian untuk Hesa.
"Kenapa ga pulang aja sih lo?!" Omel Dani.
Hesa hanya diam sambil memainkan ponselnya.
"Nih" ucap Dani sambil menyodorkan pakaian yang ia ambil dari lemari.
Hesa mengambil pakaian tersebut, ia menatap Dani yang sedang sibuk mengeringkan rambutnya.
"Ini baju lo?" Tanya Hesa.
Dani melirik, lalu mengangguk sekilas.
"Kenapa?"
"Badan lo segini?"
Dani menatap Hesa, ia menghampiri pemuda itu, niatnya akan merebut pakaian tersebut tapi sayangnya kalah cepat dengan tangan Hesa yang menjauhkannya dari Dani.
Hesa mendekatkan wajahnya ke wajah Dani, bahkan deru nafas keduanya terasa diantara keduanya.
Dani mengerutkan dahinya, ia mendorong kepala Hesa membuat empunya sedikit menjauh.
"Lo gila?!" Ucapnya marah.
"Kan gue cuman mau mastiin badan lo tuh emang segini apa cuman hoaks aja gitu"
"Ya kenapa harus ngedeketin muka babi!!"
"Biar lo bisa ngeliat muka ganteng gue"
"Najis!!"
Hesa terkekeh mendengar umpatan Dani, pemuda itu kembali menatap baju yang Dani berikan.
"Ga cukup deh keknya Dan"
"Ck! Itu udah yang paling gede! Lagian kenapa ga pulang aja sih?! Dirumah lo kan ada baju!"
"Males"
Dani menghela nafasnya panjang, menahan emosi tak semudah membalik sebuah kolor.
"Kalau gitu pakek! Ga usah banyak bacot!"
Hesa hanya bisa terkekeh, ia suka mendengar omelan Dani yang panjang apalagi wajahnya yang memerah nampak benar benar lucu.
Pemuda itu menurut, ia masuk kedalam kamar mandi Dani sedangkan empunya keluar dari kamar menuju dapur.
Ia mencari cari keberadaan Susan, sejak tadi ia pulang ibunya itu tidak muncul muncul.
"Mi!" Panggilnya.
Dani mengecek kearah belakang rumah, tapi tetap saja ia tidak menemukan maminya.
Tadi ia sempat mengecek kamar Susan tapi alih alih menemukan manusia ia malah hanya menemukan guling dan bantal yang tertata rapi.
"Mami?!!" Teriaknya mencari keberadaan Susan.
"Mami lo ga ada dirumah" sahut Hesa yang baru saja turun dari lantai dua.
"Dih! Tau dari mana lo?!"
Hesa berdecak malas.
"Ni bocah kenapa ga pernah percaya sih?! Mami lo sama bonyok gue lagi ke rumahnya tante Lia! Katanya dia lagi lahiran jadi mereka jenguk!"
"Kok mami gue ga bilang?"
"Coba deh cek hp lo"
Dani dengan segera mengambil handphone nya yang mungkin sedang tergeletak di meja belajar dengan keadaan kehabisan baterai.
Hesa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, pemuda itu berjalan menuju arah dapur membuat beberapa susu untuknya dan untuk Dani.
.
.
.
.
.Sekitar jam 8 malam Egan terbangun dari tidurnya, melihat ke samping ada sang pujaan hati yang terlihat tampan dengan mata yang masih tertutup.
Pemuda itu memeluk tubuh Reksa menyembunyikan kepalanya di dada bidang sang pacar.
Dia sangat bahagia bersama Reksa, mungkin tadi pagi masih terjadi sedikit masalah tapi semua nya diselesaikan oleh Reksa dengan baik.
Mendongak, Egan menatap wajah yang digilai banyak orang.
Cup.
Egan mengecup dahi putih Reksa.
Cup.
Lalu beralih ke hidung yang mancung.
Cup.
Dan berhenti di bibir tipis sexy milik pacarnya itu.
"I love you Sa" ucapnya lirih.
Reksa mengembangkan senyumannya, ketika tadi Egan bangun ia juga ikut terbangun.
"I love you to sayang" ucap Reksa membalas ucapan sayang dari Egan.
Kedua pipi Egan memerah sempurna, kedua telinganya juga sudah ikut memerah.
Dengan segera ia menyembunyikan wajah itu.
"Hey, kenapa?" Tanya Reksa sambil sedikit terkekeh.
"Enggak!"
"Ga usah malu dong sayang"
"Apasih Sa?!"
Reksa mengusap pucuk kepala Egan, apakah jatuh cinta itu memang sebahagia ini?
Ah, beruntungnya Reksa bisa bertemu manusia imut seperti Egan.
Egan mendongak, menatap Reksa yang juga ikut menatapnya.
Cup.
Satu kecupan Reksa ambil dari bibir merah milik Egan.
Egan terdiam, ia mendekatkan wajahnya ke wajah tampan pacarnya.
"Lagi" ucapnya.
Tak banyak bicara dan basa basi, Reksa langsung saja menyambar bibir nikmat Egan.
Melumat pelan bibir merah atas dan bawah Egan, melesakkan lidahnya menyapa rongga mulut dan deretan gigi Egan.
Egan hanya menikmati karena ia tak pernah mencoba berciuman jadinya ia hanya diam saja tak membalas ciuman Reksa, dia tidak tau bagaimana caranya.
Puas dengan bibir itu, Reksa berpindah tempat ke leher jenjang Egan.
Dengan bersemangat Reksa menyesap leher itu, membuat empunya sedikit melenguh karna nikmat.
"Eungh.. Reksa.."
Mendengarnya lenguhan Egan, Reksa semakin menjadi jadi.
Pemuda itu semakin brutal menyesap leher Egan.
"Udah Sa" ucap Egan, lehernya terasa nyeri saat merasakan sesapan kuat Reksa.
Bukannya berhenti Reksa malah semakin menjadi jadi.
Terlihat banyak sekali kissmark yang Reksa buat, ia tersenyum senang saat melihat mahakaryanya.
"Ck! Gila lo! Besok masih sekolah ya anjing! Gimana kalau ada yang liat?!" Omel Egan saat menyadari lehernya yang penuh dengan warna merah keunguan.
"Biarin mereka liat, biar mereka tau lo tuh punya gue"
"Ish!! Nyebelin!"
Reksa terkekeh, ia memeluk tubuh Egan erat.
"Kan lo sendiri yang minta, gue cuman nurutin doang"
"Ya tapi bukan ciuman yang merah merah gini! Tolol!!"
Reksa lagi lagi terkekeh mendengar omelan Egan.
"Iya sorry, besok kita nyari cara buat nutupin merah merahnya ya"
Egan mengerucutkan bibirnya lalu mengangguk pasrah mengiyakan permintaan Reksa.
______________________________Tbc...
Vote+komen+follow!!
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKETOS||ONGOING
Teen FictionEgan si bad boy brutal jebolan ajang pencarian dosa tiba tiba dipertemukan dengan Reksa waketos kul spek kulkas 7 pintu. warn! cerita bl/gay/homo!