20: BERCANDA DOANG

44.8K 5K 101
                                    

Bumi menarik lengan Rian menjauh dari kerumunan kantin sekolah, pemuda itu membawa Rian kearah belakang sekolah yang sepi.

"Lo kenapa sih?!" Tanya emosi, sejak tadi pagi Rian tidak mau berbicara atau melihatnya.

Rian diam tak ingin mengatakan sesuatu apapun.

"Rian!" Bentak Bumi.

Rian menunduk kedua telapak tangannya mengepal, ia juga ingin marah tapi entah kenapa segala kata katanya tak berani untuk keluar.

Bumi menghela nafas lelah, ia menangkup pipi Rian, menatap pemuda itu serius.

"Gue ga akan ngerti masalahnya kalau lo ga mau ngomong" ucap Bumi pelan.

Bulir bulir air mata turun membasahi pipi gembul milik pemuda berkacamata bulat itu.

Bumi bingung, ia tidak tau apa yang harus dilakukan.

"Kata Egan hiks lo cuman mau lubang gue doang, lo ga beneran hiks suka sama gue" ucap Rian menjelaskan sambil menangis tersedu sedu.

Helaan nafas kembali terdengar jelas, ia memegang pelipis kepalanya, pusing.

"Dan lo percaya gitu aja?" Tanya Bumi tak habis pikir.

"Lo tau sendiri kan kalau Egan itu rajanya ngibul! Lo kenapa percaya gitu aja sih sama dia?!"

Tangisan Rian semakin menjadi jadi.

"Ya gimana gue ga percaya hiks k-kalau gue tau sendiri lo suka ngegodain cewek cewek hiks apalagi lo itu kan suka gonta ganti pacar!"

Bumi tersenyum senang mendengar ungkapan Rian yang menurutnya menyiratkan arti cemburu.

Bumi mengusap air mata yang turun di pipi gembul Rian, ia mengambil kecupan di bibir pemuda manis itu.

"Dengerin gue, sebanyak apapun cewek yang gue godain tapi kalau hati gue udah ada di lo, lo ga perlu khawatir apalagi langsung percaya sama omongan tukang ngibul kek Egan"

Bibir lucu Rian mengerucut, ia merasa telah disalahkan padahal dia juga tidak tau kan kalau Egan itu berbohong.

Bumi menatap bibir yang mengerucut lucu itu, ah kenapa harus selucu ini?

Bumi menarik tengkuk leher Rian, membawa wajah imut Rian mendekat kearah wajahnya.

Beberapa detik lagi bibir imut itu akan kembali bertemu dengan pemiliknya, tapi tentu saja tidak akan terjadi karna Rian dengan cepat menjauhkan wajahnya.

"Kenapa?"

"Gimana gue mau percaya kalau lo beneran suka sama gue bukan cuman sama tubuh gue doang kalau setiap saat lo berusaha nyium gue mulu"

Bumi menatap Rian, ia kembali menarik tengkuk pemuda itu menyatukan rasa manis yang membuat gila.

Bumi melumat pelan bibir merah atas dan bawah Rian secara bergantian, merasakan candu yang hampir membuatnya kehilangan akal sehat.

"Gue suka semua yang lo punya, semuanya" ucap Bumi berbisik ditelinga Rian membuat seluruh wajah pemuda itu memerah bak kepiting rebus.

.
.
.
.
.
.

Egan menatap bekal kotak makan yang Reksa bawa.

Entah kapan pemuda itu memasak makanan yang ia bawa ini.

"Makan" ucap Reksa.

Lagi lagi Egan hanya menatap tanpa berniat untuk menyentuh.

"Kenapa?" Tanya Reksa saat menyadari Egan hanya menatap makanan yang ia bawa.

"Gue ga mau makan ini"

"Iya, kenapa?"

"Gue ga suka sama makanannya"

"Kenapa ga suka?"

"Masa iya tiap hari lo nyuruh gue makan sayur? Yang lain kek"

Reksa menghela nafasnya, kenapa Egan sangat susah sekali makan sayur? Padahal baru kemarin dia sakit.

"Terus lo mau makan apa?"

Egan nampak berpikir lalu ia tersenyum sambil menatap Reksa.

"Gue mau makan soto, boleh ya?"

Reksa mengangguk, membuat Egan kembali tersenyum senang.

"Mau kemana?" Tanya Reksa saat melihat Egan yang berdiri dari tempat duduknya.

"Ke kantin makan soto, kata lo tadi boleh makan soto"

"Ga usah, lo disini aja biar gue yang beli buat lo"

"Kenapa? Kaki gue masih ada kok, tangan juga masih lengkap"

"Udah duduk aja disini" ucap Reksa memaksa.

Mereka sedang berada di ruang osis, untungnya ruangan tersebut sedang sepi karena penghuninya yang tengah berpencar mencari makanan.

Egan menurut ia memilih duduk di sofa yang berada di ruang osis ini, ia memilih memainkan game di ponselnya sambil menunggu Reksa datang sambil membawa pesanannya.

Belum ada beberapa menit suara pintu terbuka kasar membuat Egan terlonjak kaget.

"Anjing! Lo ngapin sih babi!" Omel Egan, yang diomeli mendekat kearahnya dengan emosi yang membuncah.

Siapa lagi kalau bukan Bumi, pemuda itu ingin membalas perbuatan tak terpuji manusia satu ini.

Bumi menatap Egan dengan tatapan tajamnya, sedangkan yang ditatap sudah merasakan aura aura tak enak.

"L-lo kenapa?"

Bumi tak menghiraukan ucapan Egan, ia menarik kerah seragam pemuda itu.

Wah sepertinya akan ada adu tonjok antara dua manusia yang sama sama gila ini.

"Lo bilang apa sama Rian hah?!" Tanya Bumi emosi.

Egan hanya menampilkan deretan gigi putihnya sambil mengangkat tinggi tinggi jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Bercanda doang Bum, beneran deh hehehe"

Bumi menghempaskan tubuh Egan, mengambil nafas menetralkam emosi yang sedang membuncah.

"Lo tau ga sih?! Gue hampir aja kehilangan sumber kebahagian tau ga lo!" Omel Bumi.

"Alay lo! Orang gue cuman mau ngetes kepercayaan Rian sama lo"

Emosi yang tadi sudah redup kini kembali menyala.

"Apa lo-" ucapan Bumi terpotong kala suara berat Reksa menginterupsi.

"Sekali aja lo nyentuh Egan, gue patahin tangan lo"
____________________________________

Tbc..

Vote+komen+follow!

WAKETOS||ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang