"Kalau lo ga siap nyelesaiin hubungan lo sama Kak Arum, lo bisa nyelesaiin hubungan gue sama lo"
Hesa mendelik tak suka, pemuda itu melepaskan pelukannya pada tubuh Dani.
Menatap pemuda itu dengan tatapan sengitnya.
"Kita udah bahas ini kan Dan? Gue sayang sama lo! Gue ga akan pernah putus atau ngebiarin lo pergi dari gue! Jangan pernah ngomong gitu lagi ke gue!"
Dani mengepalkan tangannya, emosinya naik melambung tinggi.
"Egois!" Bentak Dani yang langsung berdiri hendak beranjak dari tempat itu.
Tapi sebelum hal itu terjadi Hesa terlebih dahulu memeluk tubuh Dani, tidak membiarkan pemuda berusia 17 tahun itu pergi darinya.
"Ck! Lepas bangsat!" Berontak Dani.
Hesa semakin mengeratkan pelukannya, ia mengusap usap punggung sempit Dani.
"Maaf... maafin gue" bisik Hesa disela sela pelukannya membuat Dani kembali tenang dan berhenti memberontak.
Inilah yang paling membuat Dani enggan untuk melepas Hesa, Hesa selalu berhasil membuatnya tenang dengan kasih sayangnya.
Hesa selalu membuatnya merasa aman dan nyaman dalam waktu yang bersamaan.
"Brengsek lo!" Umpat Dani, pemuda itu membalas pelukan nyaman Hesa.
.
.
.
.
.
.Bumi menegak minuman mineral yang ia beli tadi, panasnya cuaca membuatnya dengan semangat menikmati air bening itu.
Ia menyipitkan pandangan menatap keberadaan Rian yang tengah berdiri bersedekap dada di pinggir lapangan luas ini.
Bumi berlari kecil menghampiri Rian, ia melemparkan senyuman paling manisnya untuk pemuda di depannya itu.
"Kamu udah selesai belajarnya?"
"Hm"
Bumi mengangkat sebelah alisnya mendengar jawaban Rian.
Ia menarik lengan Rian menjauh dari lapangan.
Membawanya menuju kamar mandi siwa dan menarik pemuda itu ke salah satu bilik disana.
"Kenapa?" Tanya Bumi dengan wajah seriusnya.
Rian mengusap lengannya yang sakit karena tarikan Bumi.
"Ri-"
"Diem! Sakit tau!" Ucap Rian sambil mencebik lucu.
Kacamata bulatnya nampak sedikit turun ke hidung kecilnya.
Bumi menghela nafas lelah, ia memegang lengan Rian mengusap usap lengan itu lalu mengecupnya sayang
"Maaf"
Rian mengangguk kecil, ia menatap Bumi yang juga ikut menatapnya.
Pandangan kedua manusia berjenis kelamin sama itu bertemu.
Pipi gembul merah bersemu muncul di wajah Rian, ia nampak mengalihkan pandangannya menghindari tatapan Bumi.
Tentunya melihat wajah imut yang tengah memerah itu langsung membuat libido Bumi naik dengan signifikan.
Bumi menangkup pipi Rian, seringainya muncul begitu saja.
"Aku pengen-"
"Enggak! Kamu gila?! Kita kan lagi di toilet!" Protes Rian menolak permintaan gila Bumi, mau ditaruh di mana wajah imutnya ini jika ketahuan berbuat mesum di toilet sekolah?
"Tapi aku pengen itu sayang~" rengek Bumi.
"Ga mau!"
Bukan Bumi namanya jika tidak melanggar perintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKETOS||ONGOING
Teen FictionEgan si bad boy brutal jebolan ajang pencarian dosa tiba tiba dipertemukan dengan Reksa waketos kul spek kulkas 7 pintu. warn! cerita bl/gay/homo!