"EGAN!! WOI GAN!"
Egan Lingga Sudira, pemuda berkulit putih pucat dengan tinggi badan mencapai angka 170 cm, hidung bangir sempurna dan juga wajah tampan blasteran ini menoleh.
Ia menatap tajam pemuda lain yang berlari kearahnya.
"Ga usah teriak teriak! Gue ga budeg ye babi!" Omel Egan tak terima namanya diumbar umbar di muka publik.
"Ya elah gitu doang udah marah marah aja heran!"
Egan mendengus kesal, temannya yang satu ini memang agak menjengkelkan tapi asik gitu loh.
Temannya ini bernama Bumi Muda Rasena, salah satu teman Egan yang masih hidup untuk saat ini.
"Nanti malem ngikut ga Gan?" Tanya Bumi mengalihkan perhatian Egan dari kemarahannya tadi.
"Ogah"
"Lah kenapa?"
"Males anjir, menang mulu kagak pernah kalah gue"
"Sombong amat!"
Egan terkekeh, perkataannya tadi itu memang 100% benar adanya, setiap perlombaan dimulai Egan selalu menang di jalanan sirkuit balapan liar.
"Gue bakal terus nunggu moment lo kalah! Pas lo kalah gue bakal ketawa paling kenceng" ucap Bumi dengan wajah tengilnya.
"Coba aja kalau bisa"
Egan tersenyum miring, siapa yang bisa mengalahkannya dalam hal kemaksiatan ini?
"WOI BEBAN KELUARGA!" Teriak seseorang dari arah berlawanan.
Egan dan Bumi tak menggubris suara tersebut, mereka malah asik kembali mengobrol tak menghiraukan suara iblis lain yang mencoba datang.
"EGAN! BUMI!"
Pemuda berperawakan pendek bernametag Dani Luno Brainel ini mendengus kesal, ia mencoba menyamakan langkahnya dengan kedua teman laknat yang pura pura tidak mendengar ucapannya.
"Woi babi lo pada!"
"Bum kok kek ada yang ngomong ya?" Tanya Egan berpura pura tidak melihat adanya Dani di tempat.
"Anjing!"
"Iya cuk! Kek ada yang teriak teriak tapi ga ada wujudnya" balas Bumi ikut bersandiwara.
"Keknya bener dah kata Pak Mamat, sekolah ini banyak gituannya"
"Bangsat!" Umpat Dani sambil menggeplak kepala kedua sahabatnya itu.
"Tuh kan bener"
"Mending kita kabur aja deh Gan, kita kasih waktu biar setannya ngereog sendiri"
"BABI!" Teriak Dani melihat kedua temannya pergi kabur meninggalkannya sendirian di area parkiran itu.
.
.
.
.
.Jam pelajaran kedua sedang berlangsung, Egan yang notabenenya agak kurang cerdas dan malas akhirnya memilih diam sambil melipat lipat kertas yang ia sobek dari halaman tengah buku bahasa inggrisnya.
"Apa lo liat liat?! Mau gua colok mata lo hah?!" Ucapnya ketika melihat teman sebangkunya terus memperhatikan dalam diam.
"E-enggak"
Pemuda dengan kacamata bulat itu menggelengkan kepalanya sambil kembali fokus kepapan tulis.
Egan sendiri memilih untuk menengok kebelakang, melihat kedua teman laknatnya yang sedang asik bermain game di ponsel masing masing.
"Bum" panggil Egan dengan suara yang sedikit pelan.
"Bumi!" Panggil Egan lagi untuk kedua kalinya karena si empunya nama tidak mendengar panggilan dikarenakan budeg.
Untungnya guru mata pelajaran bahasa inggris yang sedang mengajar didepan sana tidak mendengar dan sibuk menulis sambil menjelaskan materi.
Bumi mengangkat kepalanya, menatap Egan seakan bertanya ada apa.
"Pindah, gue duduk disitu" ucap Egan memerintah.
"Kenapa?"
"Banyak bacot lo! Buruan elah"
"Ye si babi!"
Setelah memastikan guru pengajar tidak melihat perpindahan antara Bumi dan Egan keduanya dengan kecepatan kilat berpindah dengan mulus.
Egan duduk disamping Bumi, dan Bumi duduk disamping teman sebangku Egan.
"Hai Ri" sapa Bumi.
Rian Adi pangarep, pemuda itu membulatkan kedua matanya kaget melihat Bumi yang sudah duduk di bangku milik Egan.
"Kok lo ada disini?" Tanya Rian.
Rian ini termasuk siswa ambis yang sialnya harus sebangku dengan Egan karena paksaan guru.
Katanya sih biar Egan ketularan ambisnya Rian, bukannya ketularan ambis Rian malah menjadi bahan bullyan Egan.
"Noh si babi minta tuker tempat duduk"
Rian menoleh kebelakang dan benar saja Egan tengah melipat tangannya sambil menyembunyikan kepalanya didalam lipatan tangan.
"Lagian jadi bocah jangan ngambis mulu kerjaannya" ucap Bumi sambil terkekeh.
Bumi ini tidak sama dengan Egan, dia tidak terlalu suka membully, dia terkenal dengan sifat friendly nya kepada siapapun dan dimanapun, ya walaupun agak kurang waras.
Rian hanya terdiam, ia kurang suka berinteraksi dengan orang orang seperti Bumi.
Pemuda itu kembali lagi menatap papan tulis didepan sana, membiarkan Bumi mengoceh dengan sendirinya.
"Ri" panggil Bumi yang mau tak mau harus membuat Rian menoleh.
Baru saja Rian menoleh ia terkejut dengan Bumi yang sudah meletakkan kepalanya di paha Rian.
"L-lo ngapain?" Tanya Rian gugup, antara risih dan juga malu.
"Gue pinjem paha lo bentar, gue ngantuk"
Rian mengedipkan kedua matanya heran dengan tindakan Bumi yang baru kali ini ia temukan.
"Lo fokus aja kedepan, nanti kalau udah bel istirahat kedua bangunin gue ya"
Rian hanya bisa mengangguk sambil kembali menoleh kearah depan.
Tubuh Rian kaku saat nafas Bumi menghembus kearah pahanya, pemuda itu mencoba fokus kearah papan tulis dan guru bahasa inggris yang mengajar didepan sana.
Hingga belum ada beberapa menit suara bel berbunyi keras, tanda jam istirahat kedua dimulai.
Dan Bumi pun tak jadi tidur, karena belum sempat ia tertidur belnya sudah bersuara nyaring.
"Paha lo empuk kek bantal" ucap Bumi yang membuat kedua pipi Rian memerah samar samar.
____________________________Tbc...
Yeay!! Akhirnya gue bisa bikin book baru lagi setelah berabad abad lamanya, semoga cerita ini ga berhenti di tengah jalan ygy, mohon restu dan doanya.
Book yang ini ga up setiap hari kayak book KAKEL ya, kemungkinan seminggu 3 sampai 4 kali.
Tapi besok diusahakan up! Makasih guys! Selamat bertemu di chapter berikutnya see you!!
Jangan lupa buat vote cerita ini, komentar dan follow akun gue tq<3333
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKETOS||ONGOING
Novela JuvenilEgan si bad boy brutal jebolan ajang pencarian dosa tiba tiba dipertemukan dengan Reksa waketos kul spek kulkas 7 pintu. warn! cerita bl/gay/homo!