Seperti yang dibilang Reksa, saat pulang sekolah Egan langsung menuju ke lapangan basket.
Dengan adanya perintah Reksa, Egan membatalkan pertemuan dengan teman temannya, bahkan ia yang seharusnya siang ini pergi untuk nongkrong seperti biasa harus dibatalkan karena waketos satu ini.
Egan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Reksa.
"Loh Gan? Ngapain lo disini?" Tanya Jervan, salah satu teman sekelas Egan yang lumayan akrab dengannya.
"Anu.. apa...? e-eh"
"Anu lo ketinggalan disini?" Ucap Jervan bercanda.
"Ck! Reksa mana?!" Tanya Egan mulai sewot.
"Ngomong dong, gitu doang pakek ana anu"
"Dia keknya lagi di ruang osis deh, kalau lagi ekstra kadang tu bocah dateng kalau udah selesai pemanasan" sambung Jervan menjelaskan kebiasaan temannya itu.
Egan mengangguk mengerti.
"Emang kenapa? Tumben nyariin Reksa?"
"Mau tau aja kerjaan lo!"
Egan berjalan meninggalkan Jervan yang mengelus dadanya mencoba sabar.
Pemuda itu terlihat mengambil langkah menuju ruang osis, bisa bisanya Reksa tidak bilang tentang hal ini.
Kan dia bisa makan dulu sebelum ke lapangan basket.
Egan membuka pintu ruang osis tanpa mengetuk pintu tersebut.
Saat ia masuk semua anggota hingga ketua osis menatapnya.
Reksa juga ikut menatap Egan, terkejut dengan kedatangan bocah ini.
"Loh Gan? Lo ngapain disini?" Tanya Hesa.
Egan diam, ia menatap Reksa dengan tatapan kesalnya.
Reksa tersenyum tipis, merasa gemas dengan wajah Egan yang kesal sedangkan Hesa menatap Reksa dan Egan bergantian, pemuda itu menghela nafasnya.
"Duduk sono bentar lagi selesai, jangan ganggu kita lagi rapat" suruh Hesa yang membuat beberapa anggota merasa aneh.
Egan menurut, pemuda itu duduk di sebuah sofa yang memang tersedia di ruangan tersebut.
Reksa menatap setiap pergerakan Egan, ia mengambil tas sekolahnya, merogoh beberapa makanan ringan yang ia dapatkan dari fansnya.
Reksa berdiri dari duduknya, memberikan beberapa makanan ringan tersebut untuk Egan.
"Makan dulu, bentar lagi selesai" ucap Reksa.
Ia mengusap pucuk kepala Egan, hal itu pasti menyedot perhatian seluruh manusia yang sedang berada di ruang osis, apalagi yang melakukannya adalah si dingin Reksa, tentu saja sangat sangat terlihat aneh.
Egan mengambil makanan ringan tersebut dari tangan Reksa dengan kasar, nampaknya bayi ini masih kesal dengannya.
Reksa hanya bisa tersenyum, lalu ia kembali ke kursi duduknya untuk melakukan rapat osis.
Sekitar 15 menit, rapat selesai.
Egan terlihat sibuk sendiri dengan ponselnya yang berisi beberapa karakter yang sedang bertarung.
Hesa mendekat kearah Egan, merebut ponsel yang lebih muda.
"Eh woi! Ck! Apasih lo?!" Ucap Egan emosi.
"Noh! Suami lo udah selesai rapat, sono cabut!"
Egan menatap Reksa yang bersedekap dada menatapnya dengan raut wajah datar.
"Bacot! Balikin!"
Hesa mendengus, pemuda itu mengembalikan ponsel Egan.
Ia berdiri dari duduknya, berjalan mendahului Reksa sambil tetap berfokus pada game yang ia mainkan.
"Jangan main hp kalau lagi jalan" tegur Reksa.
Egan hanya memutar bola matanya malas.
"Maaf, gue tau gue salah" ucap Reksa meminta maaf dengan tulus.
Egan menatap Reksa.
"Lo tau ga sih?! Gue tuh laper! Demi lo gue sampe kagak makan dan buru buru ke lapangan babi!"
Reksa terkekeh, pemuda itu malah gemas dengan kemarahan Egan.
"Ihh! Kenapa ketawa sih?!!"
"Lo lucu mangkannya gue ketawa"
Egan mengerucutkan bibirnya kesal.
"Nanti pulang kita makan apapun yang lo mau gue yang traktir gimana?"
Egan tidak menjawab ajakan Reksa, pemuda itu hanya diam sambil melangkah pergi menuju lapangan basket.
.
.
.
.
.Sebenarnya Bumi juga ikut di ekstrakulikuler ini, tapi sampai saat ini Egan tidak melihat keberadaan pemuda tinggi itu.
Reksa menghampiri Egan ketika ia diberikan waktu ketika beristirahat.
"Nih" ucap Egan menyodorkan botol minum yang sebelumnya Reksa berikan kepada pemuda itu karena ia mengeluh haus.
Reksa mengambil botol minum tersebut, kemudian ia mengambil handuk kecil berwarna putih lalu memberikannya kepada Egan.
Egan menatap Reksa seolah bertanya 'apaan?'.
"Tolong lap in keringat di leher gue" ucap Reksa meminta tolong.
Egan lagi lagi memutar bola matanya malas.
Ia mengusap keringat Reksa, sedangkan Reksa sendiri tengah meneguk air di botol yang Egan berikan tadi.
"Udah nih!" Ucap Egan sambil menyerahkan kembali handuk yang Reksa berikan tadi.
Reksa menatap Egan dengan senyum manisnya, sedangkan yang di tatap hanya terdiam sambil menatap ke arah lain.
"Kemarin gue lagi ada olimp, jadi gue sibuk banget sampe gue kagak sempet nagih utang ke lo" ucap Reksa menjelaskan hilangnya pemuda itu selama seminggu ini.
"Tapi tenang, olimp nya udah selesai kok, jadi gue kagak sibuk" sambung Reksa.
Egan mendengus "kagak nanya!".
"Tapi nanti kalau gue sibuk lagi, lo bisa nyari gue ke perpustakaan, gue pasti ada disitu"
"Ck! Gue udah bilang, gue ga nanya!"
"Gue ngasih tau, biar lo ga ngebela belain dateng pagi banget cuman buat nyariin gue"
Egan mengalihkan pandangannya, kenapa Reksa bisa tau? Ck! Memalukan.
Reksa terkekeh melihat tingkah malu malu Egan.
Pemuda itu menoleh saat namanya dipanggil, sepertinya latihan dimulai lagi.
"Gue balik latian lagi, lo disini duduk yang anteng, bentar lagi selesai" ucapnya sambil mengusap pucuk kepala Egan sebelum kembali untuk latihan.
Egan menatap punggung tegap Reksa, warna merah di pipinya membuat Egan terdiam sebentar, ia pikir dirinya gila.
Tersipu karena sebuah usapan di kepala? Kenapa dengannya? Sungguh gilaa!!
__________________________________Tbc...
Vote+komen+follow!
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKETOS||ONGOING
Teen FictionEgan si bad boy brutal jebolan ajang pencarian dosa tiba tiba dipertemukan dengan Reksa waketos kul spek kulkas 7 pintu. warn! cerita bl/gay/homo!