Reksa berdiri di balkon apartemennya seperti saat itu, ditemani dengan sebatang nikotin yang membuatnya candu.
Memikirkan kembali adegan yang membuat lebam penuh di wajahnya saat ini.
Setelah bogeman mentah melayang ke pipi mulus Egan, Reksa juga mendapat pukulan lain dari teman teman Egan.
Untungnya saat itu pengunjung yang berada di taman berhasil menyelamatkannya dari aksi pengeroyokan teman teman Egan.
Karna kejadian itu nyeri merambati seluruh inci wajahnya, terasa sangat sakit sekali.
Dibagian punggungnya juga terasa sakit karena tendangan mereka yang tidak main main.
Setelah kejadian itu, Reksa pulang ke apartemennya berharap Egan-nya masih ada di dalam ruangan ini menunggu penjelasannya.
Tapi tidak.
Entah kemana Egan pergi, saat ini sudah tengah malam tapi Egan tak kunjung pulang ke apartemennya.
Ponsel yang Reksa genggam dari tadi terus berdering kencang, tapi sang empu enggan untuk sekedar untuk menghiraukan nya.
Dibanding rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuh Reksa, rasa sakit Egan lebih menyakitkan dari pada miliknya.
Ini semua berawal dari hari dimana kasus tawuran Egan.
Flashback on!
"Yang tawuran geng nya Egan"
Reksa menatap wajah panik anggota osisnya, mendekat kearah gadis sipit itu lalu menatapnya tajam.
"Gengnya Egan atau Egan?" Tanya Reksa memastikan kembali.
"Egan sama gengnya juga" ucap si gadis sipit anggota osis.
Langkah panjang Reksa ambil, ia hendak melangkah menuju tempat kejadian tetapi handphonenya berdering cukup kencang dengan nama panggilan mommy nya yang tertera disana.
"Ya mom?" Ucap Reksa diawal sambungan telepon.
"Lily siuman"
Langkah Reksa terhenti ketika mendengar nama Lily disebutkan.
Lily, gadis berdarah amerika dengan wajah cantik nan manisnya.
Dia sahabat kecil yang sangat ia sayangi, Lily gadis manis yang ia cintai sejak kecil.
Di umur ke 14 Lily mengalami kecelakaan, orang tuanya meninggal dunia karna kecelakaan itu.
Lily mengalami koma selama kurang lebih 3 tahun lamanya, dan saat ini ia telah siuman.
Langkah Reksa ia putar menuju rumah sakit tempat Lily berada.
Melihat gadis yang dulu bermain dan belajar bersama dengannya tengah duduk di ranjang rumah sakit.
"Reksaa!" Pekiknya senang.
Reksa segera menghambur kedalam pelukan gadisnya ini, akhirnya Lily kembali kedalam hidupnya.
"I miss you so much!" Ucap Lily senang, ia mengecup bibir Reksa membuat empunya melunturkan senyum dengan tiba tiba.
"I love you Esaa" ucap Lily dengan senyuman yang mengembang.
Pikirannya melayang menuju nama Egan yang saat ini menjadi kekasihnya.
"Ayo kita hidup bareng Saa, selamanya!! Just you and me"
Dan begitulah awal mula bagaimana hidup Reksa mulai berubah.
Reksa tau jika dirinya salah, ia membiarkan Lily mencintainya dan membohongi kesayangannya.
Reksa tau dia tidak pantas untuk sekedar menjalin hubungan dengan Egan, tapi tanpa Egan entah apa yang harus di lakukan Reksa.
Pikirannya kacau, ia ingin menolak Lily tapi ia tidak tega apalagi mendengar jika keadaan Lily belum juga pulih sepenuhnya, tubuhnya lemah dan juga mengingat jika orang tua Lily telah tiada membuatnya semakin enggan untuk menolak gadis bule itu.
Flashback off!
Reksa menunduk dengan kedua mata yang dipenuni air.
Tingkahnya memukul wajah Egan memang bukan hal yang baik, ia telah memukul wajah manusia yang sudah ia berikan janji untuk tak pernah meninggalkannya atau menyakitinya.
Reksa monster jahat.
Jika bukan karna tubuh Lily yang lemah, Reksa tidak mungkin akan memukul wajah Egan dengan teganya.
Ia memukul wajah Egan karena perbuatan pacarnya benar benar memancing emosi.
Lily seorang perempuan, dan dengan begitu teganya ia memukul wajah Lily.
Reksa kelepasan dan parahnya ia membuat sumber kebahagiaannya hilang dan pergi.
"Sorry Gan... jangan pergi..." lirihnya dengan isakan tangis yang tak lagi bisa ditahan.
.
.
.
.
.
.Pagi ini Reksa harus mengakhiri semuanya, setelah memikirkan hal ini membuat Reksa yakin jika yang ia cintai hanya Egan saja.
Tidak ada yang bisa menggantikan Egan nya.
Hari ini, tega atau tidak tapi Reksa akan jujur kepada Lily tentang semuanya.
"Reksa! Kamu kemana aja? Aku nyariin kamu dari tadi" ucap Lily saat melihat tubuh Reksa berada di ambang pintu rumahnya.
Wajah pucat milik Reksa terpampang jelas, tubuh tegap itu kini terlihat lemah.
Apalagi wajah lebamnya membuat penampilan Reksa lebih buruk.
"I want to talk with you" ucap Reksa.
Lily berjalan mendekat kearah Reksa, mengalungkan lengannya dileher pemuda itu.
"Look! Ck! Your face... arghh! They are crazy bastards! I hate them!!" Omel Lily.
"Ly... listen please" ucap Reksa sambil mengalihkan tangan Lily dari wajahnya.
"Hmm.. what do you want to say? about our relationship?" Ucap Lily sambil sedikit terkekeh.
Bibir gadis bule itu ia dekatkan ke arah bibir Reksa tapi sayangnya sang empu menolak dengan menjauhkan tubuh Lily dari arah tubuhnya.
"I have a boyfriend" ucap Reksa jujur.
Kekehan terdengar jelas memenuhi gendang telinga Reksa.
"Are you kidding me?"
"No"
Lengan yang tadinya bertengger ria di bahu Reksa, kini tiba tiba terlepas dengan mudahnya.
"Are you gay?"
Reksa menggeleng.
"I'm gay only for my boyfriend"
Lily mendorong bahu Reksa kuat, membuat empunya mundur beberapa langkah.
"Bastard!" Umpat Lily.
Reksa mendekat, memeluk tubuh gadis kecilnya merapalkan kata maaf berkali kali.
"Maaf... Maaf Ly"
"Shut up stupid!!"
_____________________________Tbc...
Maaf kalau chapter ini kependekan dan agak kurang nyambung hehehe, intinya di chapter ini gue cuman mau ngasih tau aja kalau Reksa ga sejahat itu.
Gue berharap juga kalian ga terlalu ngejudge dia, Reksa ga se jahat itu ya ges.
Vote+komen+follow!
![](https://img.wattpad.com/cover/324985607-288-k509780.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKETOS||ONGOING
Teen FictionEgan si bad boy brutal jebolan ajang pencarian dosa tiba tiba dipertemukan dengan Reksa waketos kul spek kulkas 7 pintu. warn! cerita bl/gay/homo!