45: EDINBURGH

29K 2.6K 105
                                    

Yaelah cuman di prank gitu doang udah sakit hati, marah marah, protes sana, protes sini, elah lemah banget, lah gue yang ga di hargain sama readers sendiri biasa aja tuh, di prank gini gitu gue juga masih manggil cinta ke kalian, emang dunia terlalu ehehehe banget.

.
.
.
.
.

Dua minggu sudah Egan berada di Scotland, tepatnya di kota yang penuh dengan bangunan klasik yang mirip dengan castle yang ada di film film.

Kota Edinburgh.

Egan memilih kota ini karna dulu ibunya pernah berkuliah disini karna itu ia memilihnya.

Walaupun ia kecewa dengan ibunya, tapi Egan masih sayang kepada orang yang sudah tiada itu.

Egan menatap penuh lembar kertas formulir yang kini sudah berada di tangannya, ia mendaftar di Edinburgh University.

Kedua matanya kini memancarkan kesedihan, tidak seperti dulu yang selalu cerah dengan kebahagiaan.

Di tambah dengan mata bengkaknya karena terlalu sering menangis, Egan nampak terlihat sangat menyedihkan.

Tapi mau bagaimana lagi? Ini semua keputusannya.

"Hey Egan!" panggil pemuda dengan rambut blonde dan kedua bola mata biru yang indah.

Cristoper Robert Hans, orang yang selama dua minggu ini menjadi temannya.

Ia mengenal Robert sudah lama, sejak Kakeknya tau jika Egan mempunyai rencana untuk pergi ke Scotland, Kakek kesayangannya itu sudah mencarikan teman untuknya.

Dan Robert ini adalah anak dari teman ibunya dahulu, jadi Egan juga masih bisa akrab dengan pemuda bule satu ini.

"Oh hai Robert" Sapa Egan.

"What are you doing here?" Tanya Robert dengan aksen bahasa inggris britishnya

Egan sedikit mengerti dengan aksen british tapi sayangnya untuk berbicara dengan aksen british maka ia akan langsung angkat tangan.

Egan menunjukkan kertas formulir di tangannya.

Robert mengangguk anggukkan kepalanya mengerti, sebelumnya ia kira Egan bocah dengan kepribadian yang asik dan banyak biacara.

Tapi ternyata Egan tak banyak bicara dan terlihat agak murung.

"You okey?"

Egan menengok kearah Robert, seakan bertanya 'emangnya gue kenapa?'.

"I mean, you look so gloomy"

Helaan nafas terdengar dari Egan.

"Ya, I'm okey" balas Egan dengan senyuman tipisnya.

Keduanya terdiam untuk beberapa saat, jujur saja Robert sedikit gugup dengan Egan.

Bagaimana ya? Egan kalau tidak ditanya tidak akan membuka obrolan, hal itu juga yang membuat Robert gugup.

"My mom invite you to dinner, you wanna go?" Ucap Robert, padahal ibunya tidak mengundang Egan untuk makan malam.

"Tonight?"

"Ya, tonight"

"Eumm.. okay, I'll go"

Robert mengulas senyum tampannya.

"Okey!!" Serunya senang.

Egan lagi lagi terdiam, membuat Robert juga ikut ikutan diam.

.
.
.
.
.

Setelah menghabiskan makan malam di rumah Robert, Egan pulang kembali ke apartemen yang Kakeknya berikan.

Memencet beberapa angka lalu membuka pintu apartemen.

WAKETOS||ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang