25: MAAF

46.3K 4.9K 194
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih 20 menit malam tapi Egan masih berada di tempat tongkrongannya.

Sebelum berpacaran dengan Reksa, pemuda itu selalu nongkrong di tempat ini hingga tengah malam.

"Ga pulang lo?" Tanya Indra teman satu tongkrongannya.

Egan menggeleng lemah.

"Pulang sono! Entar bapak lo nyariin lagi!"

Egan terdiam, ia menatap Indra lalu menghela nafasnya sejenak.

"Udah ga ada yang bakal nyariin"

"Lah iya juga ya, kan lo sekarang numpang idup di apartemennya si... siapa? Pacar lo siapa namanya? Lupa gue!"

Egan lagi lagi menghela nafasnya, kali ini bukan karna lelah tapi menahan emosi.

Indra ini memang agak menjengkelkan, suka bercanda di waktu yang tidak tepat.

"Ceilah! Digituin aja ngambek lo!" Goda Indra.

"Udah sono balik, entar pacar lo bingung nyariin" lanjut pemuda itu.

Egan hanya diam, ia menatap layar ponselnya.

Ia kira Reksa akan mengiriminya pesan atau sekedar menelfon mencari keberadaannya tapi tidak, Reksa sama saja dengan papanya.

"Gue mau nginep di-" Ucapan Egan terpotong kala suara berat nan tajam menginterupsi.

"Pulang"

Iti suara Reksa, suara dingin pacarnya itu tiba tiba muncul begitu saja.

Egan menoleh, mendapati pemuda itu berdiri di depan pintu tempat tongkrongan tapi masih lengkap dengan seragam yang ia pakai seperti tadi pagi.

Egan yang tadinya rebahan di sofa tempat tongkrongannya kini berdiri menghampiri Reksa.

"Kenapa masih pakek seragam?" Tanya Egan.

Memilih tidak menjawab, Reksa menarik lengan pacarnya itu.

"B-bentar gue ngambil tas"

Reksa memilih terus berjalan membiarkan tas Egan tertinggal di sana.

"R-reksa"

Reksa tetap diam, ia memakaikan helm ke ke kepala Egan.

"Naik" ucap Reksa tajam.

Egan memilih menurut, dari raut wajah Reksa ia terlihat sedang dalam mood yang buruk.

.
.
.
.
.
.

Setibanya di apartemen, Reksa membawa Egan ke dalam kamar.

Mengunci kamar mereka dan menghempaskan tubuh Egan ke ranjang dengan kasar.

Egan tentu saja terkejut.

Mungkin bukan hanya terkejut, bayang bayang masa lalunya kini kembali teringat.

Reksa menindih tubuh Egan.

Pemuda itu menyatukan belah bibirnya dengan bibir Egan, melumat dengan kasar membuat empunya sulit untuk bernafas.

Egan meringis saat bibir Reksa menyentuh sudut bibirnya yang terluka.

Pemuda itu turun mengolah leher Egan yang putih dan mulus, memberikan banyak sekali tanda kepemilikan dengan gerakan kasar.

"Eunghh" lenguh Egan.

"R-reksa, nghh.. akh"

Reksa menggigit leher pacarnya itu.

Reksa sedang kesetanan, ia menarik lengan Egan agar terduduk.

Membuka kancing seragam pemuda itu dengan kasar.

WAKETOS||ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang