09: PELUK CIUM

74.3K 6.4K 90
                                    

Rian menolehkan kepalanya ke arah pintu apartemen ketika mendengar suara bel yang berbunyi.

Rian berdiri dari meja belajarnya, berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Sudah pasti wajah Bumi yang terpampang, karena tadi pemuda ini meneleponnya dengan mengatakan jika ia sudah sampai di gedung apartemen.

Bumi tersenyum sumringah, ia mendaratkan sebuah pelukan untuk Rian, membuat yang dipeluk mengerutkan kening nya bingung dengan pelukan ini.

"Diluar dingin banget" ucap Bumi sambil semakin mengeratkan pelukannya.

Rian terdiam tak membalas pelukan atau pernyataan Bumi.

Bumi melepaskan pelukannya, berjalan lebih masuk menghampiri meja belajar Rian.

Menatap setumpuk buku yang Rian buka untuk dipelajari.

"Kalau udah malem tuh tidur, bukan belajar!" Ucap Bumi sambil menutup buku buku tersebut.

Rian masih diam, bingung dengan perilaku Bumi.

Bumi membuka jaket hodie yang ia pakai, meletakkannya sembarangan.

Menarik Rian lagi untuk ia peluk.

"Dingin" ucap Bumi lagi.

Rian mendorong tubuh Bumi agar tak memeluknya.

"Kalau malem tu ga baik kelayapan, mending balik" ucap Rian.

Bumi menatap Rian sambil mengerucutkan bibirnya yang bukannya lucu malah membuat Rian agak sedikit jijik.

"Tapi gue mau nya sama lo, lagian di rumah ga ada yang meluk" ucap Bumi mengungkapkan pembelaannya.

"Masa iya gue minta nyokap buat melukin gue? Bisa di gantung gue ama bokap" sambungnya.

Rian terdiam sambil menatap Bumi.

"Emang ga boleh ya?" Tanya Rian.

"Menurut ente?  Masa iya, gue yang udah segede gini minta cuddle sama nyokap? Terus tanggapan bokap gue gimana?"

"Oh gitu"

Bumi ikut terdiam, ia menatap wajah Rian yang tiba tiba terlihat kurang semangat.

"Kenapa?" Tanya Bumi sambil mendekatkan tubuhnya.

Rian mendongak menatap Bumi.

"Ga papa" jawab yang lebih pendek.

Bumi lagi lagi terdiam, ia menarik Rian kembali dalam pelukannya.

"Tidur yuk, udah malem" ajak Bumi.

Rian mengerutkan keningnya.

"Lo nginep gitu?"

"Hmm, cuddle nya sama lo aja"

"Ga mau"

"Kenapa?"

"Gue ga mau aja"

Bumi mengangkat tubuh Rian, membuat empunya berjengit kaget sambil meremat kaos yang Bumi pakai.

"Lo ngapain sih?!" Tanya Rian sambil mengeluarkan emosinya.

Kini posisinya, Bumi menggendong tubuh Rian ala koala.

"Turunin!!" Pinta Rian.

Bumi tak menghiraukan permintaan Rian, pemuda itu membawa Rian ke arah pintu dengan cat warna putih.

Membukanya dan betul saja itu kamar Rian.

Menutup pintu tersebut dengan satu tangan ketika ia sampai di dalam kamar.

Bumi merebahkan tubuh Rian secara perlahan di atas ranjang.

Rian sudah akan kembali bangun tapi bocah dengan gelar bad boy kedua ini sudah mengurung tubuhnya.

"Gue mau cuddle sama lo"

"Tapi gue ga mau!"

Bumi terdiam, ia tengah memikirkan cara agar Rian bisa menyetujui permintaannya.

"Lo ga mau?" Tanya Bumi yang kemudian dinawab sebuah anggukan.

"Gimana kalau kita telpon Egan, biar dia aja yang ngomong" ucap Bumi yang seperkian detik berikutnya langsung di balas dengan gelengan ketakutan dari Rian.

"Bentar gue ambil-" ucapan Bumi terpotong ketika lehernya ditarik Rian.

Kini wajahnya dan wajah Rian sangat dekat, hingga deru nafas bocah dengan kacamata bulat itu dapat terasa menyapu seluruh inci wajah Bumi.

Cup.

Rian membulatkan kedua matanya sempurna, terkejut dengan hal yang Bumi lakukan tadi.

"Yuk cuddle!!" Seru Bumi.

.
.
.
.
.
.

Egan membuka matanya secara perlahan, pemuda itu menggeliat merasakan nyamannya pelukan yang di dapat.

Ia menguap, menatap dada bidang yang sudaj dapat ditebak pemiliknya.

Memilih abai, Egan semakin menyamankan pelukannya dan menyembunyikan kepala di dada Reksa.

Reksa juga ikut membuka matanya ketika merasakan kepala Egan yang bergerak mendusel ke dada bidangnya.

Reksa mengusap pucuk kepala Egan, jika saja hari ini weekend mungkin ia bisa membawa Egan lebih kedalam pelukannya.

"Bangun Gan" ucap Reksa.

"Hmm" dehem Egan membalas ucapan Reksa.

Reksa mengulas senyum, ia mengusap punggung Egan membuat empunya semakin nyaman.

"Udah pagi, emang ga mau sekolah?"

Egan menggelengkan kepalanya.

"Ngantuk" ucapnya sedikit serak.

Reksa melepaskan pelukannya, membuat Egan menatap Reksa kesal.

Reksa menangkup kedua pipi Egan, ingin sekali pemuda itu mengecup pipi bocah sma yang berada di depannya itu, tapi harus diurungkan ketika ia menyadari tatapan kesal Egan.

"Sekolah yuk" ucap Reksa.

"Ngantuk~"

Ah, apa ini? Kenapa begitu lucu sekali?

Tanpa pikir panjang, Reksa mengecup bibir merah yang mengerucut itu, membuat empunya terdiam dengan mata yang terbuka sempurna.

Cup.

"Biar ga ngantuk lagi" ucapnya.

Kedua bola mata Egan berkedip beberapa kali, semakin membuat Reksa dibuat gemas dengan tingkahnya.

"Ayoo sekolah!" Seru Reksa, menyembunyikan keinginannya yang menggebu gebu.

Pemuda itu beranjak dari ranjangnya sambil berlari menuju kamar mandi, ia tau pemuda yang bak bayi tadi akan berubah menjadi t-rex.

"REKSAAA!!"

Reksa terkekeh mendengar pekikan suara Egan, pemuda itu memilih untuk menggosok giginya dan bersiap mandi untuk pergi ke sekolah.

Sedangkan Egan malah sedang menggila, wajahnya memerah sempurna.

Tangannya memegang bibir yang tadi Reksa cium.

"Ck!! Cowok gila!" Ucap Egan.

Pemuda itu menutup wajahnya yang kembali memerah, ia menarik nafas lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Sadar Gan! Itu cuman ciuman doang! Ciuman?!!"

Lagi lagi wajah yang tadi sudah agak mendingan kini semakin memerah setelah teringat kejadian singkat tadi.
_____________________________

Tbc...

Buat yang nungguin book sequel, sabar yaa gue masih butuh waktu buat mikirin lagi alurnya mau dibawa kemana.

Vote+komen+follow!

WAKETOS||ONGOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang