Tubuh kurus dan pucat itu masih terlihat tampan meskipun dengan balutan pakaian tahanan. Rambutnya sudah terlihat panjang dan berantakan. Sorot matanya nampak begitu menyedihkan dan penuh penyesalan. Ia lantas duduk di suatu ruangan yang tidak begitu luas dan suram, tentunya dijaga ketat oleh petugas.
Sooyeon sebagai satu-satunya wanita di sana tidak bisa menahan air matanya melihat si sulung di hadapannya. Rasa rindu Sooyeon tak terbendung hingga kemudian memeluk erat tubuh kurus Taeyong yang tampak tanpa asa. Kyungwoo pun demikian, pria itu hanya mengelus surai hitam anaknya.
"Taeyong, kau sudah makan, eum?" Tanya Sooyeon.
"Sudah ku bilang hentikan semuanya. Untuk apa kalian berupaya membebaskan penjahat sepertiku?" Alih-alih menjawab pertanyaan ibunya, Taeyong lebih dulu mengutarakan pikirannya.
"Taeyong, kau tidak membunuh. Perbuatanmu memang salah, tapi masih bisa diupayakan untuk meringankan hukuman dan mendapat ampunan" jawab Lee Taemin, pengacara sekaligus sahabat Taeyong.
"Cih," Taeyong berdecih lantas tersenyum hambar. "Apa itu? Mendapat ampunan? Bagaimana bisa aku mendapat ampunan setelah apa yang aku lakukan?"
"Kau bisa, aku akan mengusahakannya." Kata Taemin penuh keyakinan.
"Aku tidak mau, biarkan aku membusuk di penjara"
"Taeyong, sadarlah-"
"Aku sadar sekali, Lee Taemin."
"Semua bisa diperbaiki-"
"Apa yang diperbaiki?! Aku kehilangan adikku untuk selamanya dan aku hampir membunuh tiga orang sekaligus! Apa yang diperbaiki?!" Erang Taeyong hingga nafasnya menderu.
"Kau tidak benar-benar membunuh!"
Taeyong kini terisak dipelukan ibunya yang juga menangis dalam diam. Taemin menghela nafas lantas memijit pangkal hidungnya.
"Bahkan Lami, satu-satunya alasanku tetap bertahan tidak lagi mengharapkan kehadiranku. Lalu untuk apa kau bersusah payah mengeluarkanku dari tempat terkutuk ini? Apa hanya kau ingin membalas budi setelah aku membantumu dulu? Aku tidak butuh itu semua, Taemin." Isak Taeyong.
"Tidak. Kau salah jika menganggap aku melakukan ini hanya semata-mata ingin membalas kebaikanmu padaku. Tapi aku melihat ada peluang untukmu bebas lebih cepat. Kau bisa memperbaiki semuanya setelah kau keluar dari sini. Masih banyak waktu untuk berubah menjadi lebih baik, Taeyong. Aku percaya padamu" jelas Taemin meremas kedua bahu Taeyong untuk meyakinkannya.
***
"Huh?!"
"Jaehyun, kenapa?"
Sooyoung terkejut karena tadinya Jaehyun yang tertidur tiba-tiba terbangun. Jaehyun masih terdiam menetralisir nafasnya yang sedikit menderu. Sooyoung yang ada di sebelah Jaehyun cukup khawatir karena sepertinya Jaehyun mimpi buruk.
"Aku belikan air dulu-"
"Tidak usah, teteplah disini."
Jaehyun menahan Sooyoung yang akan turun dari mobil. Setelah pulang kerja Jaehyun mengajak Sooyoung jalan-jalan. Karena Sooyoung tidak begitu suka ke tempat mewah, mereka memilih untuk menikmati langit indah di sungai Han. Tapi mungkin karena Jaehyun kelelahan jadilah ia tertidur sekitar sepuluh menit hingga akhirnya terbangun.
Sooyoung masih diam sembari mengusap tangan Jaehyun. Menelisik setiap inci wajah Jaehyun yang sempurna bagi Sooyoung. Tangannya lantas bergerak mengusap rambut Jaehyun yang sedikit basah.
"Terima kasih, sayang" ucap Jaehyun, Sooyoung hanya tersenyum. "Tiba-tiba kejadian Jeno terluka kembali terlintas dalam mimpiku. Saat itu benar-benar mengerikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️
FanfictionTidak ada yang bisa menebak takdir kehidupan. Semua ingin menjalani tanpa beban dan penuh keberkahan. Tapi apakah Tuhan memberikan secara cuma-cuma? Before and After of CRASH