Jeno membuka matanya begitu merasa cahaya sudah masuk melalui celah gorden. Ia memijit pangkal hidungnya, sedikit merasa pening tapi bukan masalah bagi Jeno. Ia rasa peningnya akan segera hilang setelah minum obat.
Jeno keluar dari kamar begitu ia sudah siap. Menggunakan setelan kemeja dan sneakers putih, ia sudah siap untuk ke kantor pagi ini. Meski ia belum bisa mendengar apapun karena alat bantunya rusak.
"pagi" sapa Jeno pada ayah dan pamannya.
Alat bantunya akan datang besok. Ayah sudah minta rekan kerja yang sedang di jepang untuk membeli langsung.
"em, terima kasih ayah"
Pergi bersama supir seharian ini hingga besok.
Jeno mengangguk, sedikit tidak enak hati pada ayahnya. Jeno sudah sudah dewasa dan memiliki pekerjaan sendiri tapi rasanya semua yang ia lakukan masih harus ada campur tangan dari Junho.
***
Sunghee baru saja pulang dari rumah sakit. Ia masih berada di luar dan hendak masuk namun sudah lebih dulu melihat Jaemin keluar dengan pakaian santai dan rapi. Sunghee yakin Jaemin tidak pergi ke kantor menggunakan pakaian seperti itu.
"ibu" sapa Jaemin mencium kening ibu sambungnya sejenak.
"kau mau kemana? Jaehyun menyuruhmu istirahat, bukan?" cemas Sunghee.
"aku baik-baik saja. Ini hanya luka kecil dan akan segera sembuh"
"tapi ibu khawatir"
"ada yang harus segera aku selesaikan, bu. Aku tidak ingin masalah ini berlarut-larut tanpa ujung"
"kau mau menemui Hina?"
Jaemin menghela nafas lalu mengangguk. Sunghee mengusap pipi Jaemin dan Jaemin menggenggam tangan Sunghee yang tadi di pipinya. Jaemin mencium tangan wanita yang sudah hampir enam tahun menjadi ibu sambungnya.
"semoga akan baik-baik saja setelah ini" kata Sunghee.
"aku janji, bu. Aku pergi"
***
Butuh waktu kurang dari tiga puluh menit untuk Jaemin sampai ke rumah sakit. Apalagi ia mengendarai mobilnya dengan cukup kencang. Mendadak ia ragu untuk melanjutkan langkahnya ke ruang rawat Hina. Akhirnya Jaemin memutuskan untuk ke ruang Jaehyun.
Jaemin menunduk memberi salam pada dokter dan satu suster yang baru saja keluar dari ruang rawat kakaknya. Jaehyun tersenyum lega begitu ia melihat Jaemin masuk, justru terlihat baik-baik saja dibandingkan Jeno tadi malam.
"kau tak apa?" tanya Jaehyun dibalas anggukan oleh Jaemin. "syukurlah"
"kau sudah boleh pulang?" tanya Jaemin karena melihat infus yang sudah tidak lagi terpasang di lengan Jaehyun.
"iya, sore nanti menunggu hasil pemeriksaan akhir" jawab Jaehyun. "ku rasa kau tidak berniat kemari. Mau mengganti perban atau... menemui Hina?"
"dua-duanya"
"temui Renjun dulu dan ganti perbanmu. Lalu segera temui Hina. Jika kau kemari dan hanya duduk diam disitu masalahmu tak akan selesai"
Jaemin menghela nafas. Benar nasehat dari Jaehyun. Ia lantas berdiri dan hendak berpamitan.
"Jaem-" panggil Jaehyun ragu. "jangan... minum obat selain dari dokter"
"maafkan aku, hyung. Aku akan berusaha untuk itu, sekali lagi maafkan aku"
Jaehyun bisa tersenyum lega. Ia lalu mengarahkan tangannya menyuruh Jaemin keluar untuk menyelesaikan urusannya. Tapi daripada mengikuti saran Jaehyun untuk menemui Renjun, Jaemin memilih menemui Hina terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️
Fiksi PenggemarTidak ada yang bisa menebak takdir kehidupan. Semua ingin menjalani tanpa beban dan penuh keberkahan. Tapi apakah Tuhan memberikan secara cuma-cuma? Before and After of CRASH