Thirty One

1.6K 192 46
                                    

Jaemin membulatkan matanya saat Jeno dan Haechan datang. Terlihat api amarah dari raut Jeno menatap kelima orang yang mengahdangnya. Jaemin menyadari Jeno dan Haechan menatapnya khawatir karena darah yang sudah mengotori sebagian besar pakaiannya dari sisi kiri.

Di sisi lain, Hendery mengerang kesal karena persembunyiannya telah diketahui. Ia menghampiri Hina yang kini telah duduk di kursi dalam posisi tangan dan kaki yang terikat serta mulutnya yang tertutup kain. Belum lagi beberapa luka yang Hina dapatkan di wajahnya.

Hendery kembali menjambak Hina setelah menamparnya lagi cukup keras. Hina tak bisa melakukan apa-apa selain menangisi nasibnya saat ini.

"kau benar-benar mengundang maut kekasihmu itu? baiklah jika itu yang kau mau. Kau akan melihatnya mati dihadapanmu saat ini juga!" ancam Hendery.

Air mata Hina terus mengalir. Ia menggeleng pelan, sungguh Hina menyesali semua perbuatannya. Jika saja ia menurut, jika saja ia tidak berontak dan berniat kabur semua ini tidak akan terjadi. Keluarganya akan baik-baik saja dan Jaemin akan tetap aman.

Kembali pada Jaemin, Jeno dan Haechan yang kini tengah berkelahi melawan lima orang tadi. Setelah Berhasil melumpuhkan tiga orang, kini tinggal dua orang lagi. Tapi mereka salah, justru musuh semakin banyak berdatangan. Dengan atau tanpa senjata.

"Jaem, kau baik-baik saja? lukamu-" kata Jeno khawatir.

"jangan pedulikan aku. Yang terpenting adalah Hina. Aku yakin Hina disini karena penjagaan yang ketat dari mereka" ujar Jaemin.

Para pria berjas hitam itu mengrenyit heran karena tidak memahami apa yang dibicarakan Jaemin dan Jeno.

"pergilah jika kalian memang masih ingin melihat hari esok dan jangan bersembunyi di balik bahasa kalian" ancam salah satu bodyguard.

"hahaha, kalian saja yang bodoh karena tidak memahami apa yang kami bicarakan!" sarkas Haechan, sedikit banyak ia paham bahasa jepang.

Ketiga sahabat itu saling pandang lalu mengangguk yakin untuk melawan mereka yang jumlahnya lebih banyak. Tak disangka Jaemin, Jeno, dan Haechan mampu melumpuhkan beberapa dari orang-orang suruhan Daichi Hendery meski sesekali mereka mendapat serangan.

Merasa Jeno adalah yang paling kuat diantara ketiganya, tiga orang menyerang Jeno secara bersamaan membuat Jeno mulai kewalahan.

bugh

Jeno tersungkur. Alat bantunya terlepas dari telinganya. Melihat itu salah orang yang menyerang Jeno menginjak alat bantu Jeno hingga hancur. Jeno segera bangkit, kepalanya tiba-tiba pening karena ia tidak bisa mendengar apapun selain bunyi 'nging' di telinganya.

Haechan sudah selesaia dengan orang-orang yang menyerangnya, begitu pula Jaemin. Keduanya melihat Jeno yang mengahadapi banyak orang sontak berlari menghadang mereka yang menyerang.

"Jeno!" teriak Jaemin.

"aku tidak bisa mendengar apapun" erang Jeno.

Tak disangka masih ada walaupun tidak sebanyak tadi orang-orang suruhan Hendery yang keluar. Jaemin menatap Jeno intens, ia berbicara dengan gerak bibir sejelas mungkin.

"cari Hina, aku akan menghadapi mereka. Kau dan Haechan" ucap Jaemin.

"meninggalkanmu sendirian disini? jangan gila, Jaem!" erang Jeno.

"aku bisa. Mereka tidak sebanyak tadi"

"tapi bisa saja mereka lebih kuat" sahut Haechan.

"Haechan, aku percaya padamu. Masuklah, lindungi Jeno dan temukan Hina. Mereka biar aku yang menghadapi"

Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang