Rasanya baru saja ia tertawa dan bercanda bersama rekan kerjanya. Sekarang Jeno harus dihadapkan pada situasi yang berbeda. Tak ada semangat atau bahkan senyuman kecil. Jeno diam menatap gelas susunya. Tangannya ia gerakkan memutari permukaan gelas.
"susunya tidak akan berpindah ke perutmu jika hanya dilihat" tegur Junho yang berhasil mengalihkan atensi Jeno.
Tak ada ekspresi apapun yang ditunjukkan Jeno. Hanya diam dan menatap Junho datar. Seakan Jeno menunggu Junho untuk bicara.
"baiklah, maafkan ayah. Ayah tidak terus terang padamu"
"aku memang meminta ayah untuk menikah. Tapi tidak dengan wanita itu"
"panggil dia bibi, Jeno"
"tidak mau! aku tidak menyukainya!"
Junho semakin gusar akan respon yang diberikan Jeno. Ia harus ekstra sabar menjelaskan semuanya pada putra semata wayangnya. Meski sudah berusia dua puluh dua tahun, Jeno masih memiliki sisi kekanakan seperti dulu.
"Kwon Boa sudah berubah, Jeno. Dia sudah mendapatkan hukuman atas yang dilakukan dulu. Apa tidak sebaiknya kita memaafkan dia?" ujar Junho kini lebih lembut.
"memaafkan? semudah itu?" balas Jeno yang tak percaya dengan kata-kata sang ayah. "ayah akan lebih mudah memaafkan dia karena dia adalah cinta pertama ayah"
Jeno langsung berdiri. Meninggalkan ayahnya yang masih terdiam di meja makan. Namun ia menghentikan langkahnya sejenak.
"jika dulu ayah bersama dia, ingatlah tidak akan ada Lee Jeno"
Junho hanya bisa menatap putranya yang semakin menjauh. Tak lama terdengar suara cukup keras dari kamar Jeno, tentu saja karena putranya itu menutup pintu dengan keras. Ya, malam ini Jeno menginap di rumah sang ayah.
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Justru Junho bersama dua orang yang lain duduk di salah satu kursi cafe kecil. Chilhyun dan Sunghee, dua orang yang sedang bersama Junho bisa membaca raut kegelisahan yang terpancar.
"harusnya aku terus terang sejak awal" kata Junho.
"oppa, aku yakin Jeno akan menerima Boa nanti. Mungkin harus memerlukan waktu yang lama" Sunghee merespon. "lagi pula, sangat wajar jika Jeno bersikap demikian"
"dan anak kalian itu keras kepala" sahut Chilhyun membuat Junho dan Sunghee terkekeh. "yeobo, bantu Junho-ssi membujuk Jeno"
"entahlah, aku sedikit takut dengannya. Dia bukan lagi anak anak yang mudah diberitahu. Jeno memiliki pemikiran sendiri. Entah siapa yang dia tiru, aku atau Junho oppa tidak seperti itu" gerutu Sunghee.
"tapi, Junho-ssi... maaf jika ini menyinggung perasaanmu. Apa kau benar-benar yakin Kwon Boa sudah berubah?"
Junho tidak bisa menjawab pertanyaan Chilhyun. Dalam hatinya, rasa ragu kembali muncul karena sikap Jeno yang seperti itu.
"aku yakin dia sudah berubah" kata Sunghee penuh keyakinan. "selesai menjalani hukumannya, dia langsung datang dan meminta maaf padaku. Dia bahkan tidak berani menemuimu (Junho) dan Jeno. Aku memaafkannya karena aku yakin dia bukanlah Kwon Boa yang sebelumnya. Lalu dia tinggal di Amerika setelah mendapatkan maaf dariku" ujarnya.
"aku juga tidak mengerti bagaimana aku bisa bertemu lagi dengannya dan bahkan menjalin hubungan secara diam-diam selama setahun" balas Junho sambil tersenyum hambar, meruntuki dirinya sendiri.
"kau percaya kekuatan cinta pertama, oppa? kalian mencintai dengan tulus satu sama lain" kata Sunghee.
"oleh karena itu, ku rasa urusan Jeno harus segera diselesaikan agar Jeno juga tidak memupuk kebencian pada seseorang" tambah Chilhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️
FanficTidak ada yang bisa menebak takdir kehidupan. Semua ingin menjalani tanpa beban dan penuh keberkahan. Tapi apakah Tuhan memberikan secara cuma-cuma? Before and After of CRASH