Mari kita kembali ke rumah rusun Lami. Tepat sebelum akhirnya Lami memutuskan untuk pulang bertemu keluarganya.
Jeno masih menunggu Lami untuk berbicara. Apalagi Lami membuka percakapan dengan mengatakan sudah menentukan keputusan tentang hubungan mereka. Sesungguhnya Jeno gusar, takut apabila yang ia pikirkan tidak sesuai dengan kenyataan nantinya.
"Jeno?" Lirih Lami.
"Iya?" Balas Jeno pelan.
"Terima kasih kau sudah bertahan bersamaku"
Jeno kembali terdiam. Masih belum bisa menebak apakah Lami akan mengakhiri hubungannya atau tidak.
"Semua keadaan ini benar-benar menyiksaku. Namun sejauh apapun aku berlari tak akan bisa merubah kejadian yang lalu. Kesalahanku terhadap Jaemin. Kesalahan keluargaku terhadap keluargamu tak akan pernah terbayarkan. Tapi aku sangat merasa dihargai oleh kalian semua" ujar Lami.
"Semua orang bisa berubah, Lami. Dan kau sudah menentukan pilihanmu untuk memperbaiki semuanya. Menjalani hidupmu lebih baik dari pada sebelumnya" kata Jeno membuat Lami tersenyum kecil meski raut bersalahnya tak hilang.
"Aku tak tau keputusan apa yang kau ambil. Tapi aku harap kau mau mendengarkan aku untuk saat ini"
Lami menatap Jeno yang juga menatapnya intens. Mereka terlihat serius dengan pembicaraan ini. Bibir Lami masih terkatup menunggu apa yang akan Jeno katakan.
"Kim Taeyong sudah datang ke rumah. Meminta maaf pada Jaehyun hyung dan Jaemin, juga padaku. Aku yakin yang dikatakan Irene noona itu benar. Kakakmu tulus dan benar-benar menyesali perbuatannya"
"Lami, kau sudah kehilangan satu kakakmu. Kim Minhyung tak akan pernah kembali. Tapi kau jangan melupakan ada kakak yang lain yang telah kembali setelah sekian lama pergi. Semua orang pernah jahat, Lami. Dan seperti kataku, semua orang juga punya kesempatan"
"Jangan sampai kau menyesal lagi dan kehilangan kakak satu-satunya yang kau miliki"
Air mata Lami jatuh mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Jeno. Sejak ada di sini selama beberapa hari, Lami selalu merenungkan semua hal yang terjadi pada dirinya. Ia mendengarkan nasehat Hina. Dan kali ini ia mendengarkan kata-kata peringatan yang tulus dari Jeno.
Mungkin kalimat Jeno sedikit kejam dan terkesan memaksa Lami untuk memaafkan Taeyong. Namun yang terdengar di telinga Lami adalah kata-kata yang menegurnya dengan lembut. Jeno masih memikirkan perasaannya.
"Aku ingin pulang, Jeno" ungkap Lami dengan air matanya yang masih menetes. "Aku sudah merelakan semuanya"
"Kau benar, aku dan kakakku sudah berbuat jahat. Tak ada yang bisa kami lakukan untuk memperbaiki masa lalu. Kami hanya bisa berusaha memperbaikinya di masa yang akan datang"
"Kau mau bertemu kakakmu? Kau sudah memaafkan dia?" Tanya Jeno.
Lami mengangguk sembari mengusap air matanya. Sejak semalam Lami sudah membuat keputusan. Ia sudah memaafkan Taeyong. Karena sejujurnya Lami sangat merindukan kakaknya. Hanya saja egonya terus tertekan dengan rasa bersalah yang besar pada keluarga Jaemin.
"Aku tak ingin menyesal untuk kesekian kalinya" ucap Lami. "Dan tentang hubungan kita, aku menyerahkan semuanya padamu. Aku rela jika memang kau ingin mengakhiri semuanya. Meskipun sejujurnya aku tak mau. Aku benar-benar mencintaimu, Jeno. Tapi aku tak bisa memaksa diriku untuk tetap di sampingmu kalau kau tak ingin"
Akhirnya Lami mengakui perasaannya. Ia tak ingin pisah dari Jeno. Namun apapun keputusan Jeno nantinya Lami pun akan menerima. Di sisi lain Jeno tak menyangka Lami akan mengatakan hal ini padanya. Perasaannya campur aduk. Tak bisa ia deskripsikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️
Fiksi PenggemarTidak ada yang bisa menebak takdir kehidupan. Semua ingin menjalani tanpa beban dan penuh keberkahan. Tapi apakah Tuhan memberikan secara cuma-cuma? Before and After of CRASH