Twenty Six

1.5K 168 38
                                    

Hina membuka matanya yang berat. Rasa pening melanda karena ia tidur begitu lama. Hina melihat sekeliling, ia berada dalam sebuah tempat yang bisa dibilang bagus dan nyaman untuk disebut sebuah kamar. Akhirnya ia sadar sepenuhnya bahwa dia telah diculik oleh Hendery, calon suaminya.

brak brak

"siapapun di luar, buka pintunya!" teriak Hina.

Hina terdorong mundur saat pintu yang tiba-tiba terbuka menampakkan satu pria berbadan kekar.

"jangan berteriak nona, aku bisa berlaku kasar padamu" kata pria itu seadanya membuat Hina menatapnya tajam.

"kemana Hendery?!" tanya Hina.

"sudah aku bilang kecilkan suaramu!"

Hina tersentak. Ia harus bisa keluar dari tempat ini. Namun disisi lain jika Hina kabur, yang dalam bahaya bukan hanya dirinya. Keluarga dan Jaemin pun akan dalam bahaya.

Setelah merasa Hina tenang. Pria tadi keluar menutup pintu dengan keras lalu mengunci dari luar. Tak ada pergerakan dari Hina. Ia hanya duduk di ujung kasur kingsize yang kemudian tersendu. Hina menutup mulutnya untuk meredam tangis. Hatinya sangat sakit. Ia harus memikirkan keselamatan keluarganya dan Jaemin. Namun Hina ragu apakah ia harus berpasrah. Karena apapun keputusan yang dia ambil, bukanlah hal yang baik.

***

Berita tentang mantan kekasih ketua Jung yang menghilang sudah terdengar di kalangan karyawan kantor. Baik Jaehyun maupun Jeno tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan aksi menggosip para karyawan dan staff tentang Jaemin. Begitu pun Jaemin yang tak ambil pusing dengan perkataan orang-orang. Dia hanya memikirkan cara menemukan Hina.

Jaemin berusaha profesional menyelesaikan pekerjaannya dengan baik meski hati dan pikirannya dipenuhi oleh Hina. Seperti saat ini, setelah menyelesaikan dua pemotretan, Jaemin dan tim melakukan meeting untuk membahas konsep editing. Jika biasanya Jaemin akan tersenyum hangat pada staff yang bekerja dengannya, kali ini senyuman itu hilang.

"baiklah, meeting aku akhiri. Terima kasih dan selamat bekerja" kata Jaemin memberi semangat untuk timnya.

"ketua Jung?" panggil salah satu staff.

Jaemin yang tadinya mengemasi barang kini mendongak melihat belum ada satu orang pun yang keluar dari ruangan. Ia mengerutkan dahi sembari menunjukkan tatapan heran.

"ada yang ingin ditanyakan?" tanya Jaemin.

"tidak ada, ketua Jung"

"lalu?"

"kami adalah tim bukan?" tanya staff lain yang kali ini benar-benar membuat Jaemin bingung.

"benar, ketua. Kita, kami dan anda adalah tim" sahut lainnya.

"aku tidak mengerti maksud kalian" ucap Jaemin.

"ketua Jung, adakah yang bisa kami bantu untuk menemukan nona Nakamura?"

Jaemin tertegun. Staff satu timnya menunjukkan tatapan penuh perhatian padanya. Jika di luar sana para karyawan lain sibuk menyebarkan rumor, tapi justru mereka yang berada di ruangan ini nampak memberikan semangat secara tidak langsung.

"ketua Jung, menemukan nona Nakamura tidak akan mudah jika anda lakukan sendirian"

"maka dari itu, biarkan kami membantu anda"

Jaemin tersenyum. Itu menjadi senyuman pertama untuk hari ini. Ia menghela nafas sejenak.

"terima kasih semuanya. Untuk saat ini aku sedang mencari cara. Jika suatu saat nanti aku membutuhkan bantuan, aku akan beritahu kalian. Sekali lagi terima kasih" ujar Jaemin.

Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang