Jeno terus mengerang. Mata yang tadi terpejam kuat kini terbuka. Mata Jeno memerah dan berair. Ia menangis karena tidak tahan dengan rasa sakit di kepalanya. Nafas Jeno juga memburu. Bola matanya bergerak gelisah saat ia tidak bisa mendengar apapun selain bunyi nging di telinganya. Jeno semakin kesakitan.
"Jeno, bertahan ya?!" kata Haechan.
"jangan dipukul!" cegah Jaemin saat Jeno mulai memukul kepalanya.
"ARGH! SAKIT!"
"Jeno!"
*
*
*Jaemin dan Haechan terus memanggil nama Jeno. Mereka tau Jeno masih sadar meski matanya terpejam. Tak lama Renjun datang dengan dokter dan para perawat. Mereka meminta ketiga remaja itu untuk keluar.
Jaemin tak henti-hentinya menitihkan air mata. Ia duduk di lantai, bersandar pada dinding dan mengacak rambutnya frustasi. Haechan mondar-mandir di depan pintu sedangkan Renjun berdiri sibuk dengan ponselnya menghubungi orangtua Jaemin dan Jaehyun. Sama halnya dengan Jaemin, Renjun dan Haechan juga begitu kacau.
duk duk duk
Renjun dan Haechan kompak menoleh pada Jaemin yang membenturkan kepala belakangnya ke dinding dengan mata terpejam dan berderai air mata. Renjun dan Haechan ikut berjongkok. Haechan sudah memegang kepala Jaemin agar anak itu menghentikan aksinya.
"jangan lakukan ini. Kau menyakiti dirimu sendiri" tegur Renjun.
"aku sangat takut. Jeno, dia kesakitan" ujar Jaemin.
"dia akan baik-baik saja. Jeno akan kembali pada kita" kata Haechan penuh harap.
"anak-anak!" suara berat Chilhyun mengintrupsi.
"Jeno kenapa?" tanya Sunghee.
Belum ada yang menjawab. Sunghee melihat Jaemin yang hanya menunduk sedang duduk di lantai. Sunghee ikut berjongkok menggenggam tangan Jaemin.
"Jaemin, ada apa nak? apa yang terjadi?"
"aku tidak tau, bu"
sreeet
Pintu ruang rawat Jeno terbuka. Dokter dan satu perawat dangan raut gusar mendekati keluarga Jeno. Chilhyun dan Sunghee langsung mendekat sedangkan Jaemin masih bertahan di posisinya ditemani Haechan dan Renjun.
"terjadi pembekuan darah di otaknya, saya sudah mengatakan itu pada kalian. Dan pembekuan darah tersebut pecah. Harus ada tindakan operasi saat ini juga" jelas dokter.
"tapi Jeno akan baik-baik saja kan?" sergah Sunghee.
"kemungkinan untuk selamat hanya 30 sampai 40%. Tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin"
Rasanya Sunghee tidak mampu menompang tubuhnya dan akhirnya meluruh dalam pelukan Chilhyun. Jaemin semakin kacau. Pikirannya melayang kemana-mana. Bagaimana jika Jeno tidak selamat? Apa itu artinya ia akan dtinggalkan untuk yang ketiga kalinya? Apa ini sebagai pembuktian bahwa kehadirannya memang sebuah bencana. Jaemin membawa kesialan.
Jika saja Jaehyun dan Jeno tidak datang menyalamatkannya dari amukan Taeyong, mungkin Taeyong hanya akan melampiaskan semuanya padanya. Jaehyun tidak akan diserang dan berakhir dengan Jeno yang menyelamatkan Jaehyun. Mungkin Jaemin yang akan ada di dalam sana, ia yang akan pergi. Ia yang akan mati dan semuanya akan berakhir. Tidak ada lagi yang sakit dan terluka karena dia. Semuanya terasa memenuhi kepalanya.
"lakukan yang terbaik untuk putra kami" pinta Chilhyun.
"mari ikut saya, ada beberapa data yang harus diisi" kata si perawat.
Chilhyun menitipkan Sunghee pada Renjun. Anak itu membawa Sunghee duduk di kursi tunggu sambil memeluknya. Haechan masih setia bersama Jaemin yang bahkan tak berkutik dan berbicara barang satu kata.
Entah sudah keberapa puluh menit mereka duduk di depan ruang operasi. Jaehyun yang baru saja datang tidak berani bertanya apapun. Ia langsung duduk di samping Jaemin.
Setelah Jaehyun, Junho datang. Chilhyun langsung bicara pada Junho. Jaehyun hanya menyimak dan untuk pertama kalinya ia melihat pria itu menitihkan air mata. Mendadak Jaehyun mengepalkan tangannya kuat untuk menahan emosi. Entah kenapa ia merasa ini karena Jeno yang menyelamatkannya sehingga adiknya itu harus kembali merasakan dinginnya ruang operasi.
*.*.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️
FanfictionTidak ada yang bisa menebak takdir kehidupan. Semua ingin menjalani tanpa beban dan penuh keberkahan. Tapi apakah Tuhan memberikan secara cuma-cuma? Before and After of CRASH