Jeno ragu. Sejak tadi duduk lalu berdiri mengayunkan kakinya ke udara. Ia gusar, takut yang ditunggu tidak akan datang. Udara sedang dingin, hidung mancungnya bahkan sudah memerah dan berair. Ia merapatkan coatnya sambil menatap ke arah langit yang mulai menjatuhkan benda putih nan dingin itu.
"Jeno!"
Jeno langsung mengalihkan perhatiannya. Ia senang melihat Lami, seseorang yang ia tunggu datang. Jeno mengrenyit melihat pakaian Lami yang tipis namun berbalut coat coklat.
"maaf menunggu lama. Aku tadi-"
"kenapa kau pakai dress tipis? harusnya kau pakai baju hangat dan coat. Ini musim dingin, Lami. Bukan musim semi yang cocok dengan dress mu itu"
Lami hanya tersenyum mendengar Jeno memotong perkataannya lalu mengomel karena pakaiannya. Padahal ia juga sudah menggunakan coat, tetap saja Jeno mengomel.
"Aku terlambat, Jeno. Kita janji pukul tujuh malam kan? lihat sekarang hampir pukul delapan. Aku yakin kau sudah menunggu lama disini. Dan baju ini, tadi aku demo di depan client. Aku tak sempat ganti baju karena aku tidak mau membuatmu menunggu lebih lama lagi" jelas Lami penuh dengan kesabaran.
"maaf" ucap Jeno.
"kenapa kau minta maaf?"
"karena aku, kau jadi buru-buru"
"hei, itu bukan masalah. Sudahlah, ayo! malam ini kita mau kemana?"
"aku hanya ingin mengobrol dan makan malam denganmu"
Lami menganggu semangat. Keduanya berjalan menuju tempat Jeno memarkirkan mobilnya. Tiba-tiba Jeno melepas coatnya dan menyisakan sweater cukup tebal yang ia gunakan. Jeno menanggalkan coatnya pada Lami. Terlihat kebesaran, tapi ia rasa cukup membuat Lami hangat.
"hei, kenapa kau lepas? pakailah, Jeno. Aku sudah pakai coat" tolak Lami.
Tapi Jeno justru mengancingkan coatnya hingga Lami tidak bisa bergerak karena tangan dan tubuhnya terkunci.
"kau masih kedinginan" balas Jeno seadanya.
"lalu apa bedanya denganmu sekarang, ayolah lepaskan dan pakai coatmu"
"aku sudah pakai baju hangat dan sweater, Lami. Jangan khawatir. Aku ini lelaki, aku kuat asal kau tau"
Lami terkekeh mendengar ucapan Jeno yang membela dirinya sendiri. Sampai di mobil, Lami melepaskan coat Jeno. Mereka tak banyak bicara selama perjalanan hingga mereka tiba di salah satu resto khas jepang.
"aku rindu makanan jepang, tidak apa kemari? kalau tidak suka, kita cari tempat lain" ujar Jeno.
"tidak apa. Aku sudah lapar, ayo turun" balas Lami semangat membuat Jeno senang.
Tentu saja Lami melakukan itu untuk menghargai Jeno dan paling tidak itu akan membuat Jeno senang. Keduanya memilih meja indoor. Lami sibuk memilih menu seperti permintaan Jeno. Lami begitu teliti karena ia takut ada campuran kepiting pada menunya.
Lami menyerahkan kembali menu setelah selesai memesan. Jeno juga langsung mengalihkan perhatiannya karena sejak tadi ia hanya memperhatikan Lami.
"senang rasanya ada yang perhatian padaku setelah berapa lama" ucap Jeno.
"kenapa?" tanya Lami.
"ya, kau tau aku tak punya banyak teman selama di jepang. Aku sibuk belajar hingga tidak punya waktu bermain. Aku selalu sendirian"
Lami menyimak cerita Jeno dengan seksama. Sudah lama memang. Lami merasa kehilangan Jeno yang ceria dan terbuka setelah Jeno dinyatakan cacat. Jeno jarang bicara dan jarang bergaul kalau tidak bersama Jaemin, Haechan, dan Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️
FanficTidak ada yang bisa menebak takdir kehidupan. Semua ingin menjalani tanpa beban dan penuh keberkahan. Tapi apakah Tuhan memberikan secara cuma-cuma? Before and After of CRASH