Jeno meletakkan ponselnya setelah mengirim foto kue ulang tahun buatan Sunghee pada Junho. Jeno sangat bahagia dengan kejutan kecil yang diberikan keluarganya. Walau dalam benaknya masih ada rasa penyesalan dan kecewa karena ayah dan ibu kandungnya harus berpisah, tapi Jeno tetap bahagia.
Tadi saat sampai di bandara dan disambut oleh Chilhyun dan Jaehyun, Junho langsung berpamitan untuk kembali ke rumahnya. Padahal Chilhyun mengajak Junho untuk makan malam bersama. Tapi Junho cukup tau diri dan tidak akan merusak moment keluarga bahagia itu dengan statusnya sebagai mantan suami Sunghee.
"selamat ulang tahun Jeno!" seru Jaehyun membuyarkan lamunan Jeno, ia tersenyum sumringah saking bahagianya.
"selamat ulang tahun sayang. Semoga bahagia selalu" kata Sunghee mencium kening Jeno.
"terima kasih bu"
"Jeno, kau mau hadiah apa? aku belum membeli" tanya Jaehyun.
"aku belum menginginkan apapun, hyung" jawab Jeno.
"kalau begitu ku kirim uang ke rekeningmu. Kau bisa gunakan itu untuk membeli yang kau butuhkan"
"kau pamer gajimu banyak hyung?" ledek Jaemin.
"tentu saja. Aku seorang director sekarang"
Semua tertawa menanggapi Jaehyun yang membanggakan dirinya karena ia seorang director. Jaehyun bertanggung jawab untuk artis-artis di korea dalam pembuat MV, CF, VCR atau yang lainnya. Nama Jaehyun juga sudah cukup terkenal di agensi agensi korea karena garapannya yang luar biasa.
"Jeno, selamat ulang tahun dan selamat atas kelulusanmu" ujar Jaemin sembari menyerahkan paparbag cukup besar untuk Jeno. "maaf aku bingung memberimu apa"
"wah, terima kasih Jaemin. Boleh aku buka sekarang?" kata Jeno antusias.
"buka saja"
Jeno terperangah melihat sepatu convers denim keluaran terbaru yang Jaemin berikan padanya. Meski Jeno tidak sedang mengidamkan sepatu, tetap saja ia sangat menyukai hadiah dari Jaemin.
"aku sangat menyukainya. Terima kasih Jaemin!" seru Jeno.
"syukurlah kau suka" ucap Jaemin. "ibu, Jeno suka hadiah darimu" batin Jaemin.
Jika boleh jujur itu bukan hadiah dari Jaemin, melainkan dari mendiang ibunya, Yujin. Jaemin membeli itu dengan uang tabungan yang Yujin berikan. Bukan berarti Jaemin tidak memiliki uang sendiri, tapi Jaemin memiliki tujuan lain.
agar Jeno sama sepertiku dan Jaehyun hyung. Kami akan punya barang pemberian ibu Yujin.
Pikir Jaemin. Ia sendiri masih bingung ingin membelikan hadiah apalagi untuk Jeno.
Waktu berlalu dengan cepat. Jeno tidak ingin tidur di kamarnya. Ia ingin bersama Jaemin karena banyak hal yang ingin ia bagi malam ini.
Sembari menunggu Jaemin ke kamar, Jeno duduk di sofa dekat jendela di kamar Jaemin. Jeno ingat ia sempat iri pada Jaemin karena letak kamar yang strategis langsung menghadap jalan dan juga taman di depan rumah. Sedangkan kamar Jeno menghadap samping dimana berhadapan dengan dinding besar rumah tetangganya. Tapi Jaemin menolak untuk tukar dengannya meski kamar Jeno sedikit lebih luas dengan alasan
ibuku lebih sering ke kamarku daripada kamar Jaehyun hyung karena kamarku menghadap taman dan jalan.
Jeno tersenyum. Ya apa boleh buat. Kamar ini penuh kenangan untuk Jaemin dan mendiang ibu Yujin dan Jeno tidak ingin merusak kenangan itu.
"Jeno?" panggil Jaemin.
Melihat tak ada respon dari Jeno, Jaemin mendekat lalu menepuk pelan bahu Jeno hingga ia sedikit berjingkat.
"maaf, sebentar alat bantuku tertinggal di kamar" kata Jeno.
Dengan sedikit berlari ia keluar dari kamar Jaemin lalu kembali membawa kotak hitam kecil dimana ada dua benda menyerupai earphone yang kemudian dipasang oleh Jeno ke telinganya.
"Aku senang sekali" ucap Jeno.
"kenapa?" respon Jaemin.
"kembali ke Korea. Setelah ini aku akan cari pekerjaan. Tapi apakah mereka akan menerima seseorang yang cacat?"
Jeno tiba-tiba merenung. Yang paling ia takutkan selama empat tahun belakangan adalah orang lain tidak akan menerima keadaannya.
Jeno tampan, dia cerdas. Tubuhnya kekar dan tinggi, sama seperti Jaemin meski Jaemin sedikit lebih kurus. Tidak ada kurang sedikitpun jika dilihat dari fisiknya. Tapi dia cacat. Jeno tidak bisa mendengar, bahkan suaranya sendiri. Jeno tuli.
"kenapa berpikir seperti itu. Ku beritahu ya? Jaehyun hyung menyiapkan sesuatu untukmu" kata Jaemin berusaha menyemangati Jeno.
"apa?"
"tunggu saja"
"ya! lalu kenapa kau bicara jika akhirnya tidak memberitahuku, eoh?!"
"hehe, karena itu rahasia. Sudahlah nikmati dulu liburanmu. Kau kan baru pulang, saatnya untuk istirahat dan bersenang-senang sebelum akhirnya kau akan disibukkan dengan pekerjaanmu nanti"
Jeno mengangguk. Ia senang mendengar nasehat Jaemin. Jaemin, adiknya sudah berubah. Menjadi lebih dewasa dan bukan lagi Jaemin yang lemah. Jeno beralih pada ponselnya yang berdering. Ia sedikit terkikik membaca pesan dari seseorang.
"kapan kau menemuinya?" tanya Jaemin.
"besok? kau mau mengantarku?" balas Jeno.
"lalu akan menjadi obat nyamuk disana? oh, tidak. Terima kasih"
Jeno tidak sabar bertemu dengan orang yang sangat ia rindukan selain keluarga dan teman-temannya. Mungkin bukan seorang kekasih, tapi seseorang yang sudah memenangkan hatinya. Kendati demikian Jeno bukanlah Jeno yang sesempurna dulu. Ia tau dimana batasannya dan cukup tau diri untuk melangkah lebih maju.
*
*
*
tbcdikit dikit dulu... pokoknya lanjut
makasih ya yg udah support crash dan beautiful time. Ily, guys❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️
Fiksi PenggemarTidak ada yang bisa menebak takdir kehidupan. Semua ingin menjalani tanpa beban dan penuh keberkahan. Tapi apakah Tuhan memberikan secara cuma-cuma? Before and After of CRASH