Back to CRASH 6

360 48 3
                                    

Comment Juseyo🙏🏻

*

*

*

Sudah hampir dua bulan Jeno dirawat di rumah sakit. Keadaannya sudah semakin membaik. Mungkin, secara fisik dia membaik. Entah bagaimana mental dan batinnya.

Sejak bangun dengan keadaan sunyi, sangat jarang bagi keluarga Jung juga Lee mendengar suara Jeno. Bahkan mungkin suara berat itu tak lagi terdengar. Jeno lebih memilih menulis jika dia memang sangat membutuhkan sesuatu. Selebihnya ia hanya menggeleng, mengangguk, juga yang pasti ia memilih diam.

Jeno tak tau bagaimana suaranya sekarang. Mungkin juga Jeno lupa bagaimana suaranya sendiri juga orang-orang di sekitarnya.

Tiga orang dewasa itu nampak mengawasi Jeno dari jauh. Ini hari ke enam Jeno sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Keseharian Jeno monoton. Seperti saat ini, ia hanya menatap layar lebar televisi di ruang keluarga Jung. Tayangan kartun yang sebelumnya sering ia lihat bersama Jaemin dan Jaehyun jika mereka berkumpul di hari libur. Hanya sebuah gambar bergerak. Tak ada suara yang bisa Jeno dengar.

"Jadi di Jepang ada dokter handal?" Tanya Chilhyun tanpa mengalihkan perhatiannya dari Jeno.

"Aku masih memastikan. Aku juga mencari beberapa. Masih ada harapan Jeno bisa mendengar" jelas Junho. "Aku bicara dengan dokter di rumah sakit kemarin, sebaiknya sekolah Jeno dihentikan. Dia bisa homeschooling. Mulai belajar bahasa isyarat-"

"Anakku tidak bisu" potong Sunghee.

Chilhyun dan Junho saling pandang. Chilhyun mengerti maksud Junho, namun tidak dengan Sunghee. Dari nada bicaranya terdengar tak terima anaknya diperlakukan berbeda. Tapi jika dipaksakan sekolah seperti sebelumnya belum tentu fisik dan psikis Jeno mampu.

Tiba-tiba terdengar suara dari televisi yang semakin keras membuat ketiganya terkejut. Jeno menekan tombol volume up pada remote hingga suara televisi semakin keras lalu membantingnya.

PRAK

"Jeno! Jeno!"

Junho dan Chilhyun refleks berlari pada Jeno yang kini mulai meracau. Sunghee pun juga ikut bergegas menghampiri Jeno yang kini memukul kedua telinganya dan menangis keras.

"Argh!" Erang Jeno.

Chilhyun mencabut kabel televisi dari stopkontak sedangkan Junho menahan tangan Jeno agar berhenti memukul telinganya sendiri. Chilhyun menatap nanar putra tirinya yang kini dalam dekapan kedua orang tua kandungnya. Semua ini sangat menyakitkan bagi Jeno.

"Jangan ya, nak. Jangan dipukul" ucap Sunghee sambil mendekap Jeno dari samping, tak peduli Jeno tak bisa mendengar suaranya.

***

Kelelahan menangis membuat Jeno terlelap dalam dekapan Sunghee. Junho dibantu Chilhyun kini memindahkan Jeno ke kamar. Gurat lelah sangat kentara di wajah pucat Jeno. Ia bahkan merasa tak terganggu saat dipindahkan.

Kini Sunghee ikut merebahkan diri di samping Jeno dengan kepalanya yang bertumpu pada tangan kanannya. Tangan kirinya sibuk membelai rambut Jeno yang sedikit basah.

"Sunghee, kalau Jeno kembali ke sekolah lama dia belum tentu siap secara mental. Jika sampai mentalnya terganggu, fisiknya pun juga akan sama. Justru semakin bahaya. Aku ingin kau sadar bahwa kenyataannya putra kita memang perlu perawatan khusus" ujar Junho memberikan pengertian.

"Tapi bukankah lebih baik kita tetap bicara pada Jeno untuk keputusan ini?" Tanya Chilhyun yang dibalas anggukan oleh Junho.

"Keputusan apapun aku serahkan pada kalian. Kalian berdua orang tua kandungnya, kurasa kalian lebih paham yang terbaik untuk Jeno. Tapi bagaimanapun dia juga putraku sekarang, aku ingin dia baik-baik saja" sambung Chilhyun.

Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang