sebelumnya...
Jaehyun kembali ke kantor sore setelah mengantar Irene. Ia mampir cukup lama ke cafe bersama Irene untuk menceritakan kronologi hilangnya Hina sesuai yang ia tau. Setelah mendengar cerita Jaehyun Irene pun langsung menghubungi Jaemin untuk sekadar mengingatkan makan siang bersama Jeno dan tidak patah semangat memerjuangkan Hina.
Hari semakin gelap dan masih ada bebrapa karyawan dan staff di kantor. Jaehyun sudah akan pulang, namun ia menghentikan langkahnya melihat Sooyoung masih berkemas di ruang kerja. Jaehyun mengedarkan pandangan dan tidak menemukan Jungwoo disana.
"Jungwoo sudah pulang?"
"presdir Jung" Sooyoung tersentak saat Jaehyun tiba-tiba berdiri di ambang pintu. "tadi Jungwoo-ssi ikut direktur Jung kontrol lapangan di SM COEX. Dia juga pamit langsung pulang" Jaehyun hanya mengangguk paham.
"pulanglah bersamaku, sudah gelap" kata Jaehyun.
"ya? tapi... saya bisa pulang sendiri" tolak Sooyoung.
Tentu sja ia sungkan karena Jaehyun pernah mengantarnya pulang. Ternyata Sooyoung tinggal dikontrakan yang cukup bagus namun sederhana bersama dua temannya. Lagi pula Sooyoung cukup tau diri dengan siapa ia berhadapan.
"tidak perlu sungkan, aku yang memintamu untuk pulang bersama ku"
"tapi presdir-"
"kau tau, hilangnya mantan kekasih adikku membuatku sedikit trauma. Bagaimana jika orang-orang terdekatku hilang"
orang-orang terdekat
kalimat itu terngiang di telinga Sooyoung. Mendadak ia jadi gugup. Jaehyun yang menyadari perubahan ekspresi Sooyoung meruntuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu pada Sooyoung.
"jadi... ayo pulang" ajak Jaehyun dengan nada acuhnya. Baiklah, mau tak mau Sooyoung mengikuti perintah atasannya ini.
sepanjang perjalanan baik Jaehyun maupun Sooyoung tak ada yangbersuara. Tapi sesekali Sooyoung melirik Jaehyun yang fokus menyetir. Terlihat Jaehyun sedang banyak pikiran dan raut lelah. Pasti Jaehyun iku memikirkan maslaah yang menimpa adiknya saat ini. Jaehyun menghentikan mobilnya melihat rambu lalu lintas menyala merah. Sooyoung mengedarkan pandangannya ke sepanjang jalan.
Mata Sooyoung membulat sempurna melihat seseorang yang begitu ia kenal sedang berduaan di salah satu cafe. Sooyoung meremas ujung pakaiannya menyaksikan pemandangan yang terasa begitu menyakitkan.
"presdir, saya akan turun disini" ucap Sooyoung terburu-buru melepas seatbelt.
"Sooyoung-ssi, ada apa?" tanya Jaehyun kebingungan.
"terima kasih tumpangannya. Hati-hati di jalan"
"hei! Sooyoung-ssi!"
Bukannya menjawab pertanyaan Jaehyun, Sooyoung justru berpmitan dan bergegas keluar dari mobil. Lampu menyala hijau, beberapa mobil menyalakan klakson karena Jaehyun yang tak kunjung melaju. Jaehyun mengumpat kesal.
Akhirnya Jaehyun memarkirkan mobilnya sedikit jauh. Ia lantas berlari mencari dimana Sooyoung berada. Yang ia lihat tadi Sooyoung berlari ke arah cafe. tanpa pikir panjang Jaehyun masuk ke cafe dan mencari keberadaan Sooyoung.
Dari jarak lima meter dapat Jaehyun lihat Sooyoung berdiri di depannya. Pandangan Sooyoung menatap lurus ke arah meja di ujung jendela dimana nampak seperti sepasang kekasih sedang bermesraan. Bahkan si perempuan menyandarkan kepalanya di bahu si lelaki yang sesekali menciumi pucuk kepala perempuannya.
Jaehyun juga melihat Sooyoung nampak menahan air matanya agar tidak jatuh dan tangannya terkepal kuat. Jaehyun dapat membaca situasi ini. Sooyoung melangkah pasti mengampiri dua sijoli yang kasmaran. Tangan kosong Sooyoung mendarat indah di pipi lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️
ФанфикTidak ada yang bisa menebak takdir kehidupan. Semua ingin menjalani tanpa beban dan penuh keberkahan. Tapi apakah Tuhan memberikan secara cuma-cuma? Before and After of CRASH