Fifty One

357 50 9
                                    

Hahahaha pada nyariin chapter ini kan? Kemaren kepencet. Belum waktunya update

Lami beberapa kali mendengar seorang Jeno mengatakan aku mencintaimu. Namun entah mengapa rasanya kali ini berbeda. Jeno benar-benar menatapnya begitu dalam.

"Aku mencintaimu dan ingin memilikimu seperti dulu. Tapi aku sadar, banyak kekurangan yang aku miliki hingga kadang aku merasa tak pantas untuk menjadi bagian dari hidupmu. Bukannya melengkapi, aku justru takut kau merasa kurang ketika bersamaku"

"Lami, mungkin aku hanya akan mengungkapkan ini untuk terakhir kalinya. Andai hari ini aku pun gagal memenangkan hatimu, aku tak akan lagi mencobanya. Kau pantas bahagia dengan lelaki yang jauh lebih baik dariku. Aku mencintaimu, Lami. Aku hanya ingin kau tau bahwa aku benar-benar mencintaimu"

Jeno melepaskan genggamannya dari tangan Lami dengan perlahan. Lami masih diam dengan kedua tangannya yang terkepal di sisi tubuhnya. Bagaimana bisa Jeno berkata demikian di saat Lami selalu dihantui oleh perasaan bersalah sebab keadaan Jeno yang sekarang.

"Aku tak memaksamu, Lami. Aku siap dengan semua jawabanmu." Kata Jeno sambil menunjukkan senyuman terbaiknya.

"Ku rasa kau sudah tau jawabannya, Jeno" Lami menatap Jeno yang justru menggeleng pelan.

"Aku tak tau. Tak ada yang bisa menebak isi hati seseorang dengan tepat, Lami."

"Aku juga mencintaimu, Jeno"

Mata Lami berkaca-kaca saat mengatakan itu. Ia menatap kedua manik Jeno yang sebenarnya ia pun tak berani melakukan itu.

"Dibandingkan kau yang merasa tak pantas, aku jauh lebih tak pantas berada di sampingmu. Terlepas aku hanyalah gadis biasa, tak setara dengan keluargamu, aku juga hanya seorang Lami yang penuh dosa terhadap keluargamu. Kau tau betapa beruntungnya aku di saat segalanya tentangku begitu jatuh, kau malah menyatakan perasaanmu pada adik seseorang yang membuatmu terluka"

"Andai kata aku dendam pada masa lalu, aku tak akan mau mengatakan ini padamu, Lami. Tapi justru sebaliknya. Semua itu hanya sebuah kesialan dalam hidupku. Bersyukurlah karena aku masih bertahan hingga bisa berdiri di depanmu saat ini"

Jeno menghela nafas dan masih berusaha menunjukkan senyumannya.

"Daripada marah pada penyebab semuanya, aku lebih marah pada keadaanku sendiri. Tapi aku mencoba berdamai. Itu pula yang kuharapkan terjadi padamu. Lami, bisakah kau mengesampingkan segalanya dan hanya melihatku? Sekali lagi, aku tak apa dengan segala keputusanmu"

"Aku mencintaimu, Jeno. Dan aku ingin kau ada di sampingku layaknya Hina dan Jaemin"

Lami menunduk setelah menyelesaikan ucapannya. Entah dia sedang malu, salah tingkah, atau berusaha menyembunyikan tangisnya yang hampir saja pecah. Jeno mengangkat wajah Lami, membuat gadis itu menatapnya.

"Kau menerimaku?" Tanya Jeno.

Lami tak menjawab, ia justru memeluk Jeno dan menangis kencang dengan wajahnya yang ia tenggelamkan di dada bidang Jeno.

Jeno yang terkejut hanya diam. Bahkan tak membalas pelukan Lami. Namun tangisan Lami yang semakin kencang membuat Jeno tersadar. Ia membalas pelukan Lami dengan mengusap punggung kecil gadis itu dalam dekapannya.

"Lami? Aku harus bagaimana kalau kau menangis seperti ini?" Tanya Jeno. "Banyak orang yang lewat menatap kita aneh"

Lami sontak melepaskan pelukannya dari tubuh Jeno diakhiri dengan pukulan ke dada Jeno. Ia sedang menangis, masih sempat-sempatnya Jeno menggodanya.

"Kenapa?" Tanya Jeno saat Lami malah memukul dadanya. "Hei... lihat aku"

Jeno kembali membuat Lami menatapnya. Wajah Lami sudah merah padam dan jejak-jejak air mata mengalir di pipinya.

Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang