Jaemin, Jeno, dan Jaehyun masih tertahan di kursinya masing-masing. Mereka bersama beberapa staff baru saja selesai meeting. Jaehyun sibuk dengan ponselnya, sementara Jeno masih berkutat dengan berkas-berkas.
Jaemin pun demikian. Begitu tenang dengan tablet di tangannya. Jeno yang duduk di samping Jaemin tak sengaja melihat apa yang sedang menjadi perhatian suadara tirinya itu.
"Kau tidak bermaksud pergi dari rumah kan?" Tanya Jeno pada Jaemin asal membuat Jaehyun juga mengalihkan perhatiannya.
"Tidak. Mencari apartemen untuk Hina" jawab Jaemin.
Ia lantas meletakkan tabletnya di meja. Bergantian menatap Jaehyun dan Jeno yang sedang diam menunggu penjelasan.
"Kakak dan ibunya mungkin tidak kembali ke Korea. Tapi Hina sudah memutuskan untuk menetap di sini" jelas Jaemin membuat Jeno dan Jaehyun menganggukkan kepalanya pelan.
"Rumah Hina terlalu besar jika ditinggali sendiri. Lagi pula keamanannya juga menurutku kurang. Aku takut masih ada yang mengganggu nanti. Jadi aku carikan apartemen dengan keamanan yang terjamin"
"Apartemen ya?" Ucap Jaehyun. "Seingatku Sooyoung punya apartemen dengan keamanan yang baik. Bahkan setiap unitnya kedap suara"
"Oh ya? Aku akan bicara dengan Sooyoung noona nanti"
Jaehyun mengangguk menanggapi Jaemin. Kini benar-benar hanya mereka bertiga di ruangan. Jaehyun melirik kedua adiknya yang sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Jeno, Jaemin" panggil Jaehyun.
"Iya, hyung?"
"Ada apa, hyung?"
Jaehyun menghela nafas gusar. Meremat kedua tangannya di atas meja. Jaemin dan Jeno saling pandang. Melihat bagaimana gelagat Jaehyun pasti ada sesuatu yang menganggu pikiran kakak mereka.
"Bicara saja, hyung" ucap Jeno.
"Aku tau, sudah berulang kali aku bertanya soal ini. Tapi jujur saja aku takut. Bagaimana nanti saat Kim Taeyong bebas?" Ujar Jaehyun diakhiri dengan sebuah pertanyaan yang sebenarnya selalu ada dalam benak mereka.
"Aku memikirkan bagaimana Irene noona. Bagaimana Jeno dan Lami nantinya? Tak bisa kita pingkiri Lami adalah adik kandung Taeyong. Juga, jujur saja aku masih sangat takut Taeyong akan jahat lagi pada Jaemin"
"Hyung, bisakah kau berhenti memikirkan aku di setiap hal yang kau lakukan?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Jaemin.
"Sudah bertahun-tahun sejak kematian ibu dan Mark hyung. Aku selalu membebani dirimu. Jadi tolong berhenti mengkhawatirkan aku seperti itu. Aku sudah tak apa, hyung. Aku kuat juga karena kalian ada bersamaku. Maaf kalau aku selalu ada di balik alasan segala sesuatu yang Jaehyun hyung lakukan. Tapi kali ini aku mohon berhenti, hyung. Kau juga punya kehidupan sendiri. Pikirkan kebahagiaanmu"
Jaehyun dan Jeno terus saja diam selama Jaemin bicara. Tak bisa mereka pungkiri apa yang ada di kepala mereka sama. Hanya saja bagaimana nanti mereka menghadapi semua ini.
***
Jeno melepas sepatunya. Ia juga berganti pakaian yang lebih santai. Karena Jeno melepas alat bantu pendengaran, ia tak tau pintunya diketuk beberapa kali oleh Boa.
Merasa tak ada sahutan meskipun beberapa kali Boa juga memanggil si pemilik kamar, wanita itu lantas mendekatkan telinganya pada pintu. Terdengar suara yang menunjukkan adanya pergerakan di dalam kamar. Sebenarnya Boa masih segan terhadap Jeno. Ia sungkan jika lancang membuka pintu tanpa persetujuan si pemilik. Tapi ia terpaksa.
"Jeno?" Panggil Boa seraya membuka pintu kamar Jeno yang tak terkunci.
Jeno sedikit terkejut pintunya terbuka menampakkan ibu barunya yang juga terkejut. Jeno bergerak mengambil alat bantu yang langsung ia pasang ke telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️
FanficTidak ada yang bisa menebak takdir kehidupan. Semua ingin menjalani tanpa beban dan penuh keberkahan. Tapi apakah Tuhan memberikan secara cuma-cuma? Before and After of CRASH