Sixteen

2.2K 201 7
                                    

Harusnya mereka bahagia. Ya, seharusnya begitu. Mereka tentu bahagia merayakan kelulusan dua orang yang berharga dalam hidup mereka, Jaemin dan Haechan. Keluarga dari keduanya saling bercengkrama menunjukkan kebahagiaan dan rasa bangga pada mereka. Terlebih semua datang dengan orang-orang tersayang.

Chilhyun datang dengan Sunghee, Jaehyun ditemani oleh Jungwoo. Justru terlihat sekali Jungwoo lebih antusias daripada Jaehyun. Renjun juga Dongsook yang datang untuk sang kekasih, Lee Haechan. Dan jangan lupakan Jeno datang bersama Lami. Mereka membawa dua buket bunga yang masing-masing untuk Jaemin dan Haechan.

"selamat, Jaemin" ucap Lami saat memeluk Jaemin.

"terima kasih, Lami" balas Jaemin.

Dari sorot mata Jaemin dapat Lami temukan kesedihan meski bibir Jaemin tak melepaskan senyum manisnya. Lami mengenggam tangan Jaemin membuat sang empu diam sembari menatapnya intens.

"mungkin dia sedang sibuk" kata Lami, Jaemin tersenyum lalu mengusap puncak kepala Lami.

"ya, aku tau. Aku datang ke rumahnya semalam. Sepertinya dia sekeluarga tidak di rumah" ujar Jaemin masih dengan senyuman yang dipaksa.

"jangan sedih" ucap Lami.

"tidak, semuanya ada disini. Untuk apa aku sedih, hm?"

Jeno hanya menyimak interaksi keduanya. Ia juga baru tau jika lebih dari seminggu ini Hina tidak bisa dihubungi oleh Lami. Mungkin juga itu terjadi pada Jaemin. Dan hari ini, di hari kelulusan saudara tirinya. Hina tidak datang, bahkan tidak mengabari sedikitpun. Tentu Jeno dan Lami sangat memahami bahwa Jaemin tengah kecewa.

Nomor Hina selalu aktif. Namun entah kenapa mereka tidak mendapat balasan apapun dari pesan maupun telfon. Semalam Jaemin memang datang ke rumah Hina. Rumah itu terlihat seperti biasa, tidak nampak kosong dengan lampu-lampu yang menyala. Setengah jam lebih Jaemin menunggu, tak ada yang membuka pagar. Jaemin cemas juga kecewa akan sikap Hina yang tiba-tiba hilang seperti ini.

***

Hari yang melelahkan dari seorang Jung Jaehyun karena banyak sekali yang ia kerjakan hari ini. Mulai dari meeting, kontrol lapangan, juga menghadiri kelulusan Jaemin dan Haechan. Selesai dengan pekerjaannya, Jaehyun tak langsung pulang. Ia pergi ke toko perhiasan.

Niatnya ingin membelikan ibu sambungnya kalung berlian, entah dalam rangka apa. Namun ia juga menemukan kalung cantik yang menarik perhatiannya.

"kenapa aku membeli ini saat memikirkan dia?" gumam Jaehyun saat menatap kalung itu di mejanya.

Jaehyun jadi bingung sendiri. Harus dinamai apa perasaannya sekarang. Jaehyun mengusap rambutnya sambil berpikir.

"aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya, mungkin aku menyukainya? tapi- ahh... dia benar-benar memenuhi otakku"

tok tok

"iya, masuk" seru Jaehyun.

Jaehyun tersenyum hangat melihat Jaemin muncul dari balik pintu kamarnya. Sampai-sampai ia lupa menyimpan kalungnya tadi yang sudah lebih dulu disadari oleh Jaemin.

"kau beli kalung? untuk siapa?" tanya Jaemin.

Jaehyun tertegun. Ia lantas menyimpan kalung itu di laci yang justru membuat Jaemin curiga. Kakaknya itu gugup saat ia bertanya.

"untuk ibu?" tanya Jaemin lagi.

"bukan" jawab Jaehyun. "ada apa?" bukannya mendapat jawaban, Jaehyun justru mendapat tatapan yang mengintimidasi dari Jaemin.

"untuk Irene noona?" tanya Jaemin yang lagi membahas kalung itu.

Jaehyun menghela nafas lalu berdiri sembari melipat tangannya di depan dada.

Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang