Seventeen

1.8K 196 8
                                    

Jaemin tidak bisa mengalihkan atensinya dari komputer. Sekitar seminggu ini ia sudah gila kerja. Entah di rumah atau di kantor Jaemin akan banyak melakukan aktivitas editing.

Sesekali pikirannya menerawang jauh pada sang ayah. Jung Chilhyun menjadi workholic begitu ditinggalkan bidadarinya bernama Kim Yujin. Dan inilah yang terjadi pada Jaemin saat Hina tiba-tiba menghilang tanpa kabar.

Kendati demikian, ada rasa tenang setelah mengetahui Hina dan keluarganya masih terlihat di rumahnya. Setidaknya itulah informasi yang Jaemin dapatkan saat dua hari yang lalu mengunjungi rumah Hina. Bukannya bertemu Hina atau keluarganya, tapi Jaemin bertemu oleh seorang nenek yang merupakan tetangga Hina. Nenek itu berkata masih melihat Hina bersama ibunya setiap hari.

"Permisi, tuan"

"ya?"

Jaemin tidak menoleh pada seseorang yang datang ke ruangannya. Serasa tidak ada yang menarik untuk dipandang selain monitor komputer. Jeno saat itu juga datang tanpa suara. Ia meminta map yang dibawa oleh karyawan tadi lalu menyuruhnya pergi.

"Jaemin" barulah Jaemin menoleh lalu berdiri melihat raut tegas dari seseorang yang datang.

"direktur" ucap Jaemin lalu menunduk.

Jeno meletakkan map tadi ke meja Jaemin. Ia terdiam sejenak menatap Jaemin yang juga menatapnya bingung. Jeno menghela nafas.

"satu jam lagi makan siang. Datang ke ruanganku" kata Jeno kemudian berlalu begitu saja.

Jaemin hanya bisa mematuhi apa yang kakaknya suruh. Terlebih ini di kantor, Jaemin masih berstatus bawahan dari Jung Jaehyun dan Jung Jeno.

Di sisi lain, Jeno kembali ke ruang kerjanya setelah keluar menyelesaikan beberapa tugas. Sampai di ruang, senyumnya mengembang melihat seseorang yang sudah duduk manis sambil meneguk secangkir teh.

"hai" sapa Lami dengan senyum manisnya.

"sudah lama?" tanya Jeno, Lami menggeleng.

Lami memperhatikan Jeno yang melepas jas hitamnya. Menampakkan tubuh kekar Jeno yang kini dibalut kemeja putih dengan dasi silver membuat Jeno semakin menawan. Lami tidak bisa melepaskan pandangan matanya dari rambut hitam Jeno yang tertata rapi hingga sepatu mahal yang menutupi kedua kaki Jeno.

"aku bawa makanan" ucap Lami.

"nanti makan siang, aku sudah meminta Jaemin kemari" balas Jeno. "kenapa tiba-tiba mengajak makan siang bersama?"

"ya, aku semalam bertemu dengan Jaehyun oppa untuk membicarakan kontrak dengan butik. Syukurlah Jaehyun oppa menerima desain baju kami untuk para model"

"lalu?"

"Kau dan Jaemin sedang gencar-gencarnya bekerja hingga lupa waktu. Jaemin bahkan mengahabiskan lebih dari delapan cup kopi sehari dan kau banyak melewatkan waktu istirahat"

"sebenarnya aku tidak melewatkan waktu istirahat, tapi aku mengalami insomnia beberapa hari ini. Dan Jaemin, ku rasa pelampiasan karena Hina tidak ada kabar"

"ada yang mengganggu pikiranmu?"

Jeno terdiam saat Lami memberikan pertanyaan itu. Ia hanya tersenyum canggung, bingung harus bagaimana ia menjawab pertanyaan itu. Jeno merasa tangannya digenggam oleh Lami dengan lembut.

"aku tau kau sedang memikirkan sesuatu. Aku akan menunggu sampai kau bercerita. Tapi tolong perhatikan dirimu sendiri. Jangan memikirkan sesuatu yang berat, kau tidak boleh melakukan itu" ujar Lami.

"iya, aku paham"

tok tok

"masuk"

Jeno dan Lami mengalihkan pandangan mereka ke pintu yang terbuka, menampakkan Jaemin tengah tersenyum manis. Tanpa menunggu dipersilakan oleh pemilik ruang, Jaemin sudah duduk di samping Lami.

"belum jam makan siang" kata Lami.

"ya, tapi pekerjaanku sudah selesai. Dari pada aku berdiam diri di sana lebih baik bergabung dengan kalian. Apa aku mengganggu?" ujar Jaemin yang diakhiri oleh pertanyaan yang membuat Jeno dan Lami kompak menggeleng.

Sembari sedikit berbincang hingga akhirnya jam makan siang datang. Lami sudah menyiapkan semua makanan yang ia bawa. Senang rasanya melihat Jeno dan Jaemin makan dengan lahap juga candaan-candaan yang dilontarkan keduanya. Tadinya Lami ingin bertanya mengenai Hina, ia urungkan. Lami tidak ingin merusak moment bahagia Jaemin.

***

Lami kembali ke butik setelah menyelesaikan makan siangnya bersama Jeno dan Jaemin. Hari adalah hari sibuk untuk semua orang. Terbukti setelah menyelesaikan makan siangnya tadi Jeno sudah melakukan rapat internal dengan beberapa devisi, meski bukan rapat formal yang harus dilakukan di ruang meeting. Sedangkan Jaemin langsung terjun ke lapangan untuk melakukan videoshot. Dan sekarang Lami tidak berhenti berkutat dengan buku juga PC untuk merancang beberapa pakaian.

"Kim Lami, sudah malam. Ayo pulang" ajak rekan kerjanya.

"eoh, pulanglah dulu. Aku akan bereskan ini" balas Lami.

"benar tidak apa aku tinggal?"

"iya, pulanglah"

"baiklah. Tapi kau harus benar-benar pulang setelah ini. Nona Han tidak menyuruh kita untuk lembur, kau harus istirahat"

"iya, aku akan pulang setelah ini"

Sepeninggal rekannya tadi, Lami benar-benar mengemasi barang-barangnya, merapikan meja kerjanya lalu keluar dari butik yang kebetulan ada ahjussi yang menjaga di luar. Lami tersenyum memberi salam lalu beranjak. Berjalan menuju halte bus yang tidak begitu jauh dari butik sambil menikmati keramaian malam.

"Lami!"

Lami menghentikan langkahnya saat merasa terpanggil oleh seseorang. Ia terkejut sekaligus senang. Lami berlari kecil ke arah orang itu lalu memeluknya begitu saja.

"kemana saja, hm? Banyak yang ingin ku ceritakan padamu" protes Lami setelah melepaskan pelukannya. Yang mendapat protes hanya tersenyum. " Jaemin mencarimu, Hina"

"iya aku tau" balas Hina pelan.

"kau sudah membalas pesannya? dia selalu menunggu kabar darimu. Kau gila, tidak mengakat telfon dan tidak membalas pesan dari kami. Kau tidak datang ke acara kelulusannya dan Haechan kemarin, aish... dasar" gerutu Lami. "eh, kau sudah mengabarinya kalau bertemu denganku? atau aku saja yang mengabari? eoh! kau sudah bertemu dia ya?"

Hina terlihat bingung dan hanya diam menanggapi ocehan Lami yang mungkin terlalu panjang. Melihat respon Hina seperti itu membuat Lami yang sudah jengkel kini bertambah jengkel lagi.

"aku akan telfon Jaemin"

"Lami, jangan!"

Lami menghentikan gerakannya yang mengambil ponsel di tas kecil yang menggantung di bahunya.

"kenapa?"

"jangan beritahu Jaemin kau bersamaku sekarang. Ah, jangan pernah beritahu siapapun tentang pertemuan kita malam ini"

"tunggu, jelaskan dulu kenapa?"

"Lami-"

"aku butuh alasanmu, Nakamura Hina!"

Hina tersentak. Untuk pertama kalinya Lami memanggilnya dengan nama jepangnya ditambah intonasi tingga yang menunjukkan kemarahan.

Disinilah keduanya sekarang. Duduk di salah satu meja restoran, meja paling ujung dan sepi. Hina masih menunduk sedangkan Lami tengah menunggu penjelasan sahabatnya ini dengan geram. Hina menghela nafas, setelah beberapa menit akhirnya ia berani menatap Lami.

"aku akan mengakhiri hubunganku dengan Jaemin" 

*

*

*

tbc...

Warning Typooooo


haloooo

maaf menghilang lama. Lagi banyak tugas dan apa ya? sampe lupa dan males buat ngetik.

Trus juga masih proses penyembuhan dari luka yang mungkin tidak bisa terobati.

Minta keikhlasannya untuk mendoakan ibuku disana ya? aku tau kalian baik:)

aku sayang kalian, Readers:)

Beautiful Time (YOU AND I) | Book II ⚠️ON HOLD⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang