Tidak ada aktifitas lain yang bisa menguras begitu banyak energi bagi Aurora selain kegiatan ranjangnya, bersetubuh dengan Draco.
Pagi hari ini ia sudah benar-benar kelabakan karena dirinya telah terlambat pergi menuju ke Hogsmeade. Dia menghampiri draco yang masih tertidur pulas di atas ranjang, lalu dengan lembut Aurora mengecup kening pemuda itu.
"Aku harus pergi..." Kata Aurora sembari dirinya membenarkan selimut untuk menutupi tubuh Draco yang masih telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Pemuda itu menggeliat pelan meregangkan ototnya dengan dirinya mulai mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Aku akan ikut." Ucap Draco pelan dengan mata sayup, suara serak dan berat.
"Tidak usah, kau lanjut saja tidur.." kata Aurora lalu kembali mengecup kening dan pipi draco. Draco tersenyum dengan mata mulai kembali tertutup, melanjutkan tidurnya.
Setelahnya, Aurora lalu berjalan keluar dari kamar, meninggalkan Draco yang telah kembali tertidur pulas dengan sedikit mendengkur pelan. Aurora menatap Draco dengan terkekeh pelan lalu ia menutup pintu kamar.
Suhu dingin akhir bulan Oktober kini sudah mulai menusuk tubuh ketika musim mulai berganti menjadi musim penghujan. Aurora memakai jaket panjang berwarna coklat perpaduan hitam.
Melangkahkan kakinya menuju taman bunga mawar yang ditengahnya ada air mancur dan patung rusa kutub. Beruntung, dia melihat satu kereta tanpa kuda masih terparkir dan belum melaju.
"Maaf aku terlambat Mr Filch..." Kata Aurora.
"Ini bukan istana mu!, naik!!" Kata Filch dengan ketus kemudian menatap Mrs Norris yang tengah mengendus-endus kaki Aurora.
Aurora menaiki kereta hitam yang tanpa kuda. Duduk bersama anak-anak tahun ke tiga yang nampak canggung ketika menatap Aurora.
Selama perjalanan menuju desa Hogsmeade, Aurora hanya sesekali mengajak bicara adik kelasnya itu, mencoba mencairkan suasana, namun nampaknya itu tidaklah semudah yang ia duga.
Sesampainya di desa Hogsmeade, Aurora langsung turun dari kereta. Menatap ke segala arah mencari keberadaan ketiga teman Gryffindornya.
Berjalan melintasi gang-gang batu yang di sisi kanan kirinya penuh akan berbagai toko yang kini telah ramai oleh para pengunjung.
Melewati toko gladrag wizardwear, belok kanan lalu melewati toko Three broomstick. Hingga kemudian pandangan Aurora berhasil menemukan teman-teman Gryffindornya itu yang tengah berdiri berdempetan di pinggir jalan.
"Harry.." panggil Aurora sembari berlari kecil kearah Harry lalu menepuk pundak pemuda berkacamata itu.
"Aurora, kukira kau tidak jadi ikut..." Kata Harry.
"Apa yang kau pikirkan, tentu aku akan ikut. Jadi bagaimana?" Ucap Aurora.
"Kita langsung saja ke Hog's Head, kita bicarakan disana. Terlalu mencolok disini, tidak aman" ujar Hermione diangguki oleh ketiga anak itu.
Mereka berjalan melewati toko permen Honeydukes, bertingkah senormal mungkin kemudian melewati toko lelucon Zonco yang tokonya begitu ramai.
"Bagaimana kalau umbridge mencoba mengawasi kita ?" Tanya Ron.
"Kita sudah diawasi olehnya dari beberapa minggu terakhir" ujar Hermione.
Mereka berempat sampai di depan toko Hog's Head. Bangunan bercat hitam yang beratap jerami seperti kandang babi dan berdebu. Harry membuka pintu bar, Aurora masuk disusul oleh Hermione dan Ron.
Aurora mengamati toko Hog's Head disana yang telah ada beberapa pengunjung dewasa, yang tengah duduk di bangku kecil hitam. Aurora menatap seorang lelaki dewasa yang tertutup oleh jubah. Bisa Aurora kenali, orang itu adalah Mundungus, dia adalah seorang pencuri, tapi dia bekerja untuk Dumbledore dan Order of Phoenix.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐮𝐫𝐨𝐫𝐚 : 𝐀𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞 [𝕯.𝕸]
FanfictionSeorang gadis Informan. Ditugaskan untuk memata-matai pemuda troublemaker, yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya sendiri. Kesetiaan Aurora pada Orde of Phoenix dan Laskar Dumbledore membuat dirinya menjadi incaran sang pangeran kegelapan. ...