Keesokan harinya, Aurora mendapat kabar dari teman-temannya. Kabar yang begitu buruk terutama bagi anggota Quidditch Gryffindor.
Gadis itu kini tengah berada di common room Gryffindor bersama teman-temannya itu. Duduk di sofa berlengan dengan ditemani hangat nyala perapian.
"Aku tidak boleh bermain Quidditch seumur hidup.." kata Harry geram.
"Hukuman macam apa itu ?. sangatlah tidak adil." Ucap Aurora.
"Kau harus memberitahu itu pada Dumbledore, Harry." Sambung Aurora yang sama kesalnya.
"Tidak, aku tidak mau menambah pikiran bagi Dumbledore, lagipula ini bukanlah urusannya." Jawab Harry.
"Itu salahku.. andai aku bisa bermain Quidditch dengan benar." Kata Ron.
"Itu bukan salahmu Ron. Nyanyian itu yang menganggu." Kata Hermione.
"Yeah, tapi andai kata aku lebih bisa fokus lagi." Jawab Ron lesu.
"Dengar. Itu bukan salahmu. Malfoy lah yang sepatutnya disalahkan, kau mengerti?!" Kata Harry yang nampak terpacu emosi.
Ron terdiam, Hermione menghela nafas panjang lalu ia beranjak dari duduknya, berjalan menuju ke jendela yang menampakan di luar kastil tengah turun salju begitu lebat.
"Maafkan aku.." kata Aurora menyesal. Ron dan Harry sontak menatapnya heran.
"Mengapa kau minta maaf ?" Tanya Ron.
"Entahlah..ulah draco waktu itu memang sangatlah keterlaluan, aku jadi merasa bersalah pada kalian. Sungguh aku minta maaf." Kata Aurora menurunkan Pandangannya.
"Astaga, demi jenggot Merlin, itu bukan salahmu Aurora." Kata Harry mendengus kesal.
"Aku tau. Tapi, hanya saja..." ucap Aurora di sela oleh Hermione.
"Astaga Aurora, berhentilah bersikap itu adalah salahmu, itu bukan salah siapapun diantara kalian. Ini semua salah si brengsek Malfoy dan anjing-anjing Slytherin itu!" Berang Hermione yang ikut terbawa emosi.
"Kita urus itu nanti, dan kau tidak perlu pusing akan hal itu Aurora. Kau mengerti?" Kata Harry meyakinkan.
Aurora menarik nafas pelan dan membuangnya. Ia mengangguk setuju dan ia lalu memandang jendela menara Gryffindor yang menampakan hujan badai salju yang teramat lebat.
....
Keesokan harinya, salju yang dingin menyelimuti seluruh daratan Scotland. Udara sedingin es menusuk kulit. Para murid Hogwarts kini wajib memakai syal dan juga sarung tangan kulit naga.
Aurora bersama anak Hufflepuff lainnya keluar dari kelas PTIH. Kini mereka tengah menuju kelas Ramuan bersama profesor Snape yang hari ini kelas digabung dengan Slytherin.
Aurora masuk, belum sempat ia memposisikan dirinya di depan kuali miliknya. Tangannya kini telah ditarik oleh Draco yang membawanya ke meja paling belakang.
"Lagi-lagi kau tidak membiarkanku bernafas dengan damai." Kata Aurora.
Draco terkekeh mendengarnya. Lalu ia mengecup pipi Aurora.
"Bagaimana dengan lukamu Draco ?" Bisik Aurora ketika profesor Snape telah memulai pembelajaran.
"Lebih baik, hanya saja aku masih merasa sakit saat untuk makan" jawab Draco yang Aurora bisa lihat luka di bibirnya mulai kering.
"Nanti malam, datanglah ke lorong dapur saat acara makan malam dimulai." Bisik Aurora.
"Terdengar bagus, apa kita akan kabur ke Hogsmeade?" Kata Draco mengada-ada dan tersenyum pada Aurora.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐮𝐫𝐨𝐫𝐚 : 𝐀𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞 [𝕯.𝕸]
FanficSeorang gadis Informan. Ditugaskan untuk memata-matai pemuda troublemaker, yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya sendiri. Kesetiaan Aurora pada Orde of Phoenix dan Laskar Dumbledore membuat dirinya menjadi incaran sang pangeran kegelapan. ...