Bunga mawar merah sihir yang indah mengeluarkan serbuk bercahaya emas keperakan. Aurora meletakan bunga itu di vas kaca yang indah. Menaruhnya di atas nakas sebelah tempat tidurnya.
Ia tersenyum menatap bunga itu, hubungannya dengan Draco perlahan mulai membaik dan semakin membaik. Hari ini, tepat di siang hari saat istirahat jam makan siang, Aurora tengah berada di aula besar bersama teman-temannya.
Hingga tanpa ia sadari, di pintu masuk aula besar sudah berdiri pria paruh baya bertubuh tinggi tegap, berambut hitam sehitam jas jaket hitamnya, mukanya yang tampan serta dingin dan tegas membuat para murid menatapnya dengan penuh ingin tahu.
Pria paruh baya itu berjalan memasuki aula besar dengan puluhan pasang mata menatap kearahnya.
"Siapa dia ?" Tanya Hannah. Aurora menatap Hannah lalu ia mengikuti arah pandang Hannah menatap kearah pintu aula besar.
Aurora menoleh ke samping. Betapa terkejutnya dia, ketika dirinya melihat pamannya sendiri ada di Hogwarts saat ini. Wajah Hector yang tanpa senyum dan dingin menyapa Aurora.
Gadis itu berdiri dari duduknya menyambut pamannya itu.
"Paman.." ucap Aurora menatap pamannya lalu ia langsung menghamburkan tubuhnya ke pelukan Hector. Hector membalas pelukan keponakan kesayangannya itu. Menghiraukan setiap bisikan dan ucapan penuh tanya dari para murid.
"Kenapa paman malah kesini ?" Tanya Aurora dengan melepas pelukannya.
"Paman tidak akan pernah menginjakan kaki paman kesini kalau bukan karena hal penting." Jawab Hector sedingin raut mukanya yang kaku tanpa ekspresi.
Aurora mengangguk mengerti, namun sebelum itu dia mengenalkan terlebih dahulu pamannya dengan teman-teman Aurora.
"Ini temanku, Hannah Abbot..." Hannah tersenyum dan menunduk hormat.
"Itu Anthony ricket, Wayne hopkins, Zachariah Smith, Susan Bones, Justin finch-fletchley, dan yang itu paman sudah mengenalnya, Ernie atau Ernest Mcmillan." Ucap Aurora menunjuk satu persatu teman-temannya.
Hector menatap Aurora dengan tatapan tanpa ekspresi yang berarti.
"Wie oft hast du mir gesagt, dass ich nicht mit Muggelkindern befreundet sein soll?" Ucap Hector yang bicara menggunakan bahasa Jerman.
Translate :"Berapa kali paman katakan, untuk tidak berteman dengan anak kelahiran Muggle?."
Senyum Aurora mulai hilang dari wajahnya. Ia menatap pamannya walau tidak berani menatap kearah matanya.
"Ich habe dir gesagt, ich wähle meinen eigenen Weg, das ist mein Leben." Jawab Aurora pelan.
Translate : "sudah kubilang, aku sudah memilih jalanku sendiri, ini hidupku."
Hector menghela nafas pelan dan dengan muka dingin tanpa ekspresi. Hingga kemudian datanglah wanita kodok Umbridge yang memakai Cardigan berbulu berwarna pink menyebalkan.
"Mr Rotsfield, sebuah kejutan bagiku." Ucap umbridge nyaring layaknya anak perempuan yang manja.
"Dolores Jane Umbridge, saya bekerja untuk kementerian dan juga sekolah ini." Ucap umbridge dengan mengulurkan tangannya pada Hector.
Hector menatapnya aneh tanpa ekspresi, ia bahkan tidak menjabat tangan Umbridge sama sekali. Sehingga umbridge yang merasa dipermalukan itu memilih menarik tangannya sendiri.
"Well, tidak jabat tangan, baiklah. Mungkin kau mau meluangkan waktu minum teh, denganku. Berdua." Kata umbridge lagi.
Aurora memandang profesor umbridge dengan jijik. 'Yang benar saja, mata lalat dan kodokmu ternyata lebih jelalatan ketika melihat seorang duda.' pikir Aurora menatap umbridge penuh ketidaksukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐮𝐫𝐨𝐫𝐚 : 𝐀𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞 [𝕯.𝕸]
FanfictionSeorang gadis Informan. Ditugaskan untuk memata-matai pemuda troublemaker, yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya sendiri. Kesetiaan Aurora pada Orde of Phoenix dan Laskar Dumbledore membuat dirinya menjadi incaran sang pangeran kegelapan. ...