+19
Berhari-hari terus berganti, liburan natal yang begitu dingin, kelam dan sunyi. Beberapa hari lagi libur Natal akan berakhir dan semua murid akan kembali ke sekolah untuk memulai semester kedua mereka.
Salju tebal yang begitu dingin terus menerpa kastil Hogwarts, beberapa kali badai salju datang membuat udara semakin dingin. Tak ada seorangpun yang mengetahui kondisi Aurora saat ini, bahkan para profesor sekalipun. Hanya piffin sang peri rumah keluarga Rotsfield lah yang selalu ada menemani Aurora tiap harinya.
Semenjak Draco memutuskan hubungan secata sepihak, sejak saat itu juga Aurora tidak pernah terlihat lagi keluar dari asrama atau bahkan kamarnya sendiri, dia terpenjara dalam kesedihan dan patah hati.
Aurora tau faktor dan penyebabnya adalah karena Death Eater dan juga Voldemort, Aurora tau Draco melakukan itu untuk suatu tujuan yang diperintahkan oleh Voldemort, Aurora juga tau bahwa Draco tidak memiliki pilihan lain. Dan itu jugalah yang membuat Draco melepas perasaan cinta mereka demi apa yang Voldemort mau.
Aurora juga tidak mengindahkan ucapan Hagrid waktu itu tentang profesor Dumbledore yang ingin bertemu dengan Aurora. Namun Aurora tetap dengan kekeh tidak ingin bertemu dengan sang kepala sekolah.
"Nona tidak makan sedari pagi, tolong nona makanlah sesuatu." Kata Piffin pada Aurora yang sedari tadi memandangi snow globe pemberian draco dahulu.
"Nona, piffin mohon, nona makanlah sesuatu. Jika terus seperti ini nona bisa sakit, piffin harus memberi tau tuan besar Rotsfield."
"Jangan coba untuk mengancam ku." Kata Aurora pelan dan tak bernyawa tanpa nada berarti.
"Maafkan piffin nona, piffin tidak bermaksud..." Ucapan piffin terpotong.
"Pergi ke dapur dan jangan kembali kesini tanpa seizinku!" Perintah Aurora yang terus menatap snow globe diatas rak buku.
"Nona.." ucap piffin membungkuk hormat lalu menghilang kembali ke dapur.
'tak!, tak!, tak!!' terdengar suara dari arah jendela bundar kamar Aurora. Gadis itu sontak berhenti menatapi snow globe itu, dia kini menoleh menatap pada jendela kaca bundar. Aurora bangkit dari kasurnya dan dia berjalan ke arah jendela.
Pandangan aneh dilayangkan Aurora pada apa yang nampak di luar jendela, seekor burung hantu hitam besar dan sudah sangat tua, berdiri dengan paruhnya menggigit secarik surat. Aurora membuka jendela bundar itu dan dia meraih surat yang ada pada burung itu.
"Thanks." Katanya ketika dia telah menerima surat itu dan burung itupun pergi, terbang kembali keatas udara. Aurora menatapnya dan dia menutup kembali jendela bundar kamarnya.
'Surat dari siapa' benak Aurora ketika dia membolak-balikan surat itu mencari identitas sang pengirim. Aurora kemudian duduk di depan meja belajar dengan lampu lilin yang menyala terang dan hangat.
Ia merobeknya, mengeluarkan surat itu. Aurora dengan cepat bisa mengenali tulisan siapa itu. Tulisan ceker ayam yang biasa Draco tulis di bukunya. Mungkin hanya dokter yang bisa membaca tulisan draco itu, tapi untungnya Aurora sudah terbiasa membaca tulisan draco.
Teruntuk Aurora,
my dearest love.Aku menarik semua ucapan yang pernah aku ucapkan padamu beberapa hari lalu, sungguh aku menyesal dan bertindak bodoh dengan memutuskan hubungan denganmu, Aurora...
Sejujurnya, dibalik kata-kata ku yang tidak bisa termaafkan itu, aku memiliki alasan lain dibaliknya. Percayalah, aku hanya ingin melindungi mu...

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐮𝐫𝐨𝐫𝐚 : 𝐀𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞 [𝕯.𝕸]
FanfictionSeorang gadis Informan. Ditugaskan untuk memata-matai pemuda troublemaker, yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya sendiri. Kesetiaan Aurora pada Orde of Phoenix dan Laskar Dumbledore membuat dirinya menjadi incaran sang pangeran kegelapan. ...