BAB 43 - Courage and Kindness

308 26 1
                                    

Pada hari ini Aurora tengah berada di Aula besar di rumahnya. Ruangan yang luas dengan bermandikan kerlap-kerlip cahaya lampu Chandelier yang kristalnya berpantulkan cahaya emas terang. Aula besar itu berlokasi di sayap kanan rumah, dekat dengan kamar Aurora.

Ruangan itu berlantai dua, dengan di tiap sisi kanan dan kiri memiliki koridor balkon yang leluasa dan pilar-pilar yang menjulang kokoh. Aurora berdiri di lantai dua, memandang ke lantai bawah dimana ada sekitar selusin Penyihir bayaran yang bertugas menjaga keamanan manor yang luas itu.

Alex dan Thomas dibawah sedang merencanakan tugas-tugas dan setiap keamanan yang harus dilakukan di manor itu.

"Keamanan manor adalah inti dari semua ini, perkuat penjagaan di wilayah gerbang depan dan belakang..." Kata Alex.

Aurora yang sedari tadi menyaksikan dan mendengarkan dari lantai dua hanya sesekali mengernyitkan dahi seraya menatap heran pada seorang anak lelaki muda dewasa bertubuh tegap, berambut hitam gelap kecoklatan, wajahnya rupawan dan memiliki pandangan mata yang tajam dan tegas.

"Siapa dia?" Tanya Aurora pada Estela yang sedari tadi juga ikut nimbrung berdiri di sebelah Aurora, menyaksikan dibawah sana ayahnya tengah menginstruksikan keamanan keluarga Rotsfield.

"Cal!, Jangan berlarian di Koridor rumah!" Kata Estela menegur anaknya yang bernama Calvin yang masih berusia dua tahun setengah, balita menggemaskan itu sedari tadi bermain bersama Anjingnya yang bernama Caesar II.

"Ya Mummy" jawab Calvin dengan menggemaskan menarik Caesar meninggalkan tempat. Estela kembali memandang Aurora.

"Maaf, tadi kau bilang apa ?" Tanya Estela meminta mengulangi ucapan Aurora yang sempat diajukan.

"Aku hanya penasaran, siapa lelaki disana itu?" Tanya Aurora.

"Bisakah lebih spesifik yang mana satu yang kau maksud ?" Kata Estela.

"Lelaki yang paling muda di antara mereka." Ucap Aurora.

"Aah, maksudmu Jericho." Kata Estela sedikit tersenyum memandang Aurora disebelahnya.

"Jericho?, Siapa dia ?" Tanya Aurora.

"Anak ketiga dari Mr Gilbert Davison. Dia baru lulus dari salah satu sekolah sihir biasa di Inggris." Jawab Estela, sementara Aurora mengangguk dan mulutnya sedikit terbuka dengan gumaman 'Owh' pelan.

Estela masih menatap adiknya itu yang sedari tadi memandang kearah Jericho. Estela tersenyum dengan lebar dan pikiran jahil di pikirannya mulai melayang.

"Aku tau dia tampan, tapi, bisakah kau tidak menatapnya seperti itu ?" Kata Estela berhasil membuat lamunan Aurora buyar dan dengan salah tingkah dia menatap kakaknya itu.

"Apa maksudmu?, Aku tidak menatapnya seperti itu. Aku ..." Ucapan Aurora terhenti ketika dia bingung memikirkan alasan apa yang ia akan pilih. Estela menyeringai sembari memiringkan kepalanya, dia terkekeh puas ketika melihat wajah adiknya yang memerah.

"Aku tidak memandangnya, aku hanya sedang memikirkan ucapan ayah barusan. Kenapa pengamanan hanya di pusatkan di wilayah manor saja. Kenapa sekitar Mausoleum dan hutan tidak diberi keamanan yang sama." Ucap Aurora beralasan. Estela semakin terkekeh.

"Kau memang pandai dalam mengalihkan pembicaraan adikku," Ucap Estela setelah berhenti terkekeh.

"Tidak ada yang lucu sama sekali." Ucap Aurora sebal.

"Tapi ya. Kau benar Aurora, seharusnya ayah tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Memusatkan pertahanan hanya di sekitar manor. Sedikit saja celah bisa berakibat fatal pada keamanan kita semua." Ucap Estela.

𝐀𝐮𝐫𝐨𝐫𝐚 : 𝐀𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞 [𝕯.𝕸]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang