15+
Aurora duduk di dalam ruang rekreasi Hufflepuff bersama dengan teman-temannya. Menghangatkan diri dengan api di perapian dan secangkir coklat panas. Hujan dan mendung gelap hampir setiap hari melanda wilayah kastil Hogwarts. Aurora menggelar buku miliknya di meja sembari mendengarkan Ernie yang tengah bermain gitar untuk Susan.
Seperti telah diramalkan Aurora, jam-jam bebas kelas enam bukanlah waktu santai menyenangkan seperti yang diharapkan Hannah, melainkan waktu untuk mengerjakan sejumlah besar PR yang diberikan kepada mereka. Mereka tak hanya belajar seakan ada ujian setiap hari, pelajaran-pelajarannya sendiri semakin lama semakin sulit.
Hannah nyaris tak memahami setengah dari apa yang dikatakan Profesor McGonagall kepada mereka hari-hari ini, bahkan Aurora terpaksa memintanya mengulangi instruksi satu-dua kali.
Yang luar biasa, dan membuat Aurora semakin sebal adalah Harry. Karena pelajaran yang paling dikuasai Harry tiba-tiba saja adalah Ramuan, dan semua itu berkat si Buku milik Pangeran Berdarah-Campuran.
Kini Aurora, ia berada di perpustakaan, turut kesal karena dia beberapa kali mendapat gangguan dari Zachariah Smith yang terus menerus menanyakan kisah Aurora yang berada di kementrian sihir beberapa bulan lalu.
"Hai Aurora." Ucap seseorang yang berdiri di belakang Aurora dengan senyum hangat. Aurora menoleh.
"Oh, hai Kevin." Jawab Aurora yang membalas senyum Kevin Entwhistle.
"Apa boleh aku bergabung ?" Tanya Kevin.
"Tentu saja, duduklah." Jawab Aurora mempersilahkan Kevin duduk disebelahnya. Ia kembali membaca bukunya, buku yang dulu Hector berikan untuk Aurora.
"Apa yang kau baca ?" Tanya kevin.
"Umm, hanya buku keluarga." Jawab Aurora. Kevin mengangguk dan mulai mengeluarkan bukunya sendiri untuk bacaan.
"Belakangan ini aku lebih sering melihatmu di perpustakaan daripada bersama Malfoy atau anak-anak Gryffindor." Kata Kevin mencari topik pembicaraan. Aurora berhenti dari aktivitasnya dan mulai menoleh menatap pemuda berambut coklat pekat disebelahnya.
"Yeah, mereka punya kesibukan masing-masing. Aku sendiri juga harus bersiap untuk ujian Newt. Aku tidak mau gagal di ujian itu." Kata Aurora. Kevin nampak tersenyum dengan tatapan terus tidak lepas dari Aurora.
"Kau tidak akan gagal, kau selalu berhasil dalam setiap tantangan. Ujian Newt mu pasti akan sangat bersinar. Aku dan anak Ravenclaw juga memiliki pemikiran seperti itu. Kami tidak akan pernah mau sampai gagal dalam ujian. Tak ada dari kami yang tidak membawa buku kemanapun kami pergi, pasti ada saja buku bacaan yang akan di bawa." Kata Kevin lalu dia terkekeh pelan. Aurora tersenyum mendengarnya.
"Aku tidak ingin terlalu bersinar, Kevin." Ujar Aurora.
"Kenapa ?, Semua orang menginginkan namanya bersinar dan sukses." Heran Kevin.
"Semakin bersinar seseorang, maka semakin cepat juga dia akan padam. Aku tidak ingin seperti itu." Kata Aurora.
"Benar juga. Namun ada kalanya dengan bersinar akan membuka jalan lain yang jauh lebih baik. Sehingga kau tidak akan berhenti disitu tapi bisa terus berlanjut." Kata Kevin.
"Dan juga, lagi pula tidak selalu didalam kegelapan pasti sama gelapnya. Pasti ada saja setitik sinar atau cahaya. Tak ada yang tau bukan?" Sambung Kevin tersenyum.
Aurora terdiam dan hanya tersenyum sembari memikirkan ucapan Kevin. Hingga pada akhirnya dirinya memutuskan untuk pergi keluar dari perpustakaan di jam lima sore hari.
Dia berjalan menuju asrama Hufflepuff yang berada di ruang bawah tanah. Melewati aula depan kemudian masuk ke salah satu pintu. Ketika dia tengah menuruni tangga batu pualam ruang bawah tanah, langkahnya terhenti saat profesor Slughorn memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐮𝐫𝐨𝐫𝐚 : 𝐀𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞 [𝕯.𝕸]
FanfictionSeorang gadis Informan. Ditugaskan untuk memata-matai pemuda troublemaker, yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya sendiri. Kesetiaan Aurora pada Orde of Phoenix dan Laskar Dumbledore membuat dirinya menjadi incaran sang pangeran kegelapan. ...