Aurora menghabiskan sebagian besar hari minggu terakhir liburannya merenungkan makna tingkah laku dari Draco di Knockturn Alley.
Yang paling mengganggunya adalah ekspresi berpuas diri Draco ketika dia meninggalkan toko. Yang bisa membuat Draco tampak begitu senang kalau bukan tentang Aurora pastilah sesuatu berita tidak bagus.
Namun walau begitu Aurora masih tidak dapat berspekulasi lebih jauh pada Draco. Aurora juga menjadi sedikit kesal, karena Harry berulang kali menuduh yang tidak-tidak pada Draco. Setidaknya Ron dan Hermione setuju dengan Aurora.
"Semuanya sudah siap ?" Tanya Alex pada Aurora.
Mereka kini berada di depan palang rintang menuju stasiun kings cross. Aurora mengangguk pada ayahnya lalu dia mulai berlari kecil bersama ayahnya masuk dan tembus kedalam palang rintang.
Kembali ke platform 9¾, kereta Hogwarts express telah siap dengan cerobong asapnya mengeluarkan asap putih. Stasiun telah ramai oleh para murid Hogwarts dan penyihir tua dan muda.
"Jaga dirimu baik-baik.." kata Alex menghadap Aurora. Gadis itu mendengarkan setiap ucapan ayahnya dengan begitu hormat.
"Ayah tidak perlu khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri." Kata Aurora.
"Putri kecilku tumbuh dengan cepat, hingga ayah tidak menyadari, kau semakin dewasa setiap detiknya." Kata Alex dengan mencoba untuk tetap berwibawa. Alex mencium kening putrinya. Lalu ia memeluk Aurora.
"Sekarang pergi, masuklah kedalam kereta dan cari teman-temanmu." Sambung Alex melepas pelukannya. Aurora mengangguk lalu dia mengecup pipi ayahnya.
"Aku akan baik-baik saja." Ucap Aurora, Alex tersenyum dan menatap Aurora yang mulai berjalan menjauh dan masuk kedalam gerbong kereta.
*
Kereta Hogwarts express telah melaju meninggalkan stasiun. Aurora mulai melangkahkan kaki mencari kompartemen yang masih kosong atau setidaknya ia bisa bergabung dengan teman-temannya.
Ia berjalan melewati gerbong satu ke gerbong lainnya. Sepanjang jalan ia mencari kompartemen yang kosong, melewati para anak tahun pertama hingga tahun ke tujuh, banyak pasang mata memandang Aurora.
Beberapa dari mereka berbisik-bisik tentang dirinya atau kejadian di kementerian sihir pada beberapa bulan yang lalu.
Aurora sampai di gerbong Hufflepuff, ia melihat di salah satu kompartemen ada seorang teman terbaiknya. "Ernie.." gumam Aurora tersenyum pada Ernie yang berdiri di dalam kompartemen bersama Susan.
Sebelum Aurora membuka kompartemen itu, senyumnya telah memudar dan tangannya berhenti saat terulur pada pintu kompartemen. Susan dan Ernie saling berciuman didalam kompartemen itu.
Aurora memalingkan wajahnya dan dia mulai menatap gerbong Hufflepuff yang telah ramai para anak Hufflepuff disana. Ia kembali berjalan dengan mendengar beberapa kali teman-teman Asramanya memanggil nama Aurora tapi gadis itu mengabaikan panggilan mereka.
Aurora kembali berjalan menuju gerbong Gryffindor, disana ia melihat Harry masuk kedalam kompartemen bersama Hermione dan Ron. Senyumnya kembali merekah. Ia mulai berjalan kearah kompartemen Harry.
Ia membuka pintu kompartemen yang berhasil membuat anak-anak Gryffindor itu semakin terkejut.
"Kenapa kalian terkejut ketika aku masuk ?" Tanya Aurora dengan terkekeh pelan. Ia mendekat dan duduk di sebelah Hermione.
"Haruskah kita memberi tahunya ?" Ucap Ron memandang Harry dan Hermione.
"Ada apa ?" Tanya Aurora.
"Harry menduga bahwa Malfoy adalah..." Ucapan Hermione disela.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐮𝐫𝐨𝐫𝐚 : 𝐀𝐧𝐝 𝐭𝐡𝐞 𝐄𝐧𝐝𝐥𝐞𝐬𝐬 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞 [𝕯.𝕸]
FanfictionSeorang gadis Informan. Ditugaskan untuk memata-matai pemuda troublemaker, yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihnya sendiri. Kesetiaan Aurora pada Orde of Phoenix dan Laskar Dumbledore membuat dirinya menjadi incaran sang pangeran kegelapan. ...